Business and Economics
DOI: 10.21070/acopen.9.2024.10440

Gen Z Muslimah Fashion Preferences Emphasizing Formality and Feminine Elegance


Preferensi Busana Muslimah Gen Z yang Menekankan Formalitas dan Keanggunan Feminin

Perbankan Syariah, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Muslimah Fashion Gen Z Consumer Behavior Feminine Style MSMEs

Abstract

Background: Muslimah fashion evolves by blending global trends with Islamic values, yet its alignment with Generation Z’s preferences remains underexplored. Gap: Limited research exists on how Gen Z’s aesthetic and religious values intersect in Muslimah fashion, particularly in academic settings. Aim: This study examines fashion trends and purchasing behavior among Muslimah students at Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) to support MSME product segmentation. Methods: Using a descriptive quantitative approach, data from 139 female students aged 19–24 were analyzed. Results: Findings reveal 74.8% prefer formal styles for academic/professional settings, dominated by Feminine-Casual and Feminine-Classic styles, characterized by pastel tones, modest embellishments, and breathable fabrics. Novelty: This study highlights how Gen Z integrates global trends, such as Korean aesthetics, with Islamic dress codes. Implications: Insights guide MSMEs in designing fashionable yet religiously compliant products for Gen Z Muslimah consumers. Highlights:
  • Fashion Preference: UMSIDA Gen Z students favor formal attire with Feminine-Casual and Feminine-Classic styles.
  • Cultural Integration: Korean-inspired trends blend with Islamic modesty, emphasizing pastel tones and simple designs.
  • MSME Opportunity: Insights support tailored product segmentation for Muslimah fashion in academic and professional markets.

Keywords: Muslimah Fashion, Gen Z, Consumer Behavior, Feminine Style, MSMEs

Pendahuluan

Tren berbusana di Indonesia terutama untuk kaum wanita dari berbagai usia seringkali mengalami perubahan mengikuti perubahan tren busana dunia termasuk juga tren busana muslimah. Perubahan tersebut meliputi perubahan fashion (mode) dan style (gaya busana). Perubahan yang sering terjadi dalam industri fashion muslimah harus sesuai dengan tujuan busana muslimah dalam Al Quran dan hadits karena busana muslimah merupakan identitas umat muslim yang mencerminnkan karakter dan keagamaan.

Al- Qur’an dalam surah Al-Ahzab ayat 59 menyatakan“ Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka’.[1]. Sejalan dengan surah Al Ahzab ayah 59, surat An-Nur: 31, memerintahkan “Hendaknya menutup seluruh bagian tubuhnya kecuali yang biasa tampak. Banyak ulama dan ahli tafsir yang mengartikan kata jalaba atau jilbab sebagai busana muslimah, yaitu suatu pakaian wanita yang tidak ketat atau longgar serta menutupi seluruh tubuh wanita (aurat), kecuali muka dan telapak tangan.[2]. Jilbab di Indonesia dalam KBBI online diartikan sebagai kerudung lebar yang dipakai perempuan muslim untuk menutup kepala dan leher sampai ke dada. Busana dapat dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan kulit budaya” yang dapat menunjukkan identitas pemakainya dan juga menentukan citra (Nordholt, 2005:1) Pandangan masyarakat Muslim di Indonesia tentang hijab dikategorikan menjadi dua yaitu: Pertama,muslimah yang memandang jilbab sebagai fashion tanpa mempedulikan ketentuan syariat Islam yang menentukan jilbab sebagai penutup aurat; Kedua, muslimah yang beranggapan bahwa jilbab adalah murni pakaian untuk menutupi aurat dan tidak mengikuti perkembangan mode sebagai sebuah bentuk fashion.[1]. Namun tren sekarang berubah bahwa busana dapat digunakan menutup aurat wanita sekaligus fashionable seperti style gamis syari modern.

Kategori busana muslimah sesuai Al Quran dan hadits meliputi beberapa hal yaitu menurutp aurat, menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan sesuai surah Al Ahzab ayat 59 dan An Nur 31, pakaian yang tidak mengundang hawa nafsu laki-laki, pakaian yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh,ketat dan tebal, pakaian yang tidak menyerupai laki-laki, pakaian yang tidak beraroma wangi, pakaian yang tidak mengandung symbol-simbol seperti orang fasik harta,pakaian Isbal (panjangnya melebihi mata kaki) dan sutra daan emas.[1].

Busana muslimah dapat mengikuti tren fashion dan style yang terus berubah tiap generasi seperti generazi Z namun tetap sesuai Al Quran dan Hadits Istilah “mode” atau fashion lebih berkaitan dengan pakaian atau garmen (Black & Eckert (2009); Pan, Y., dll (2015))dan juga mencakup perhiasan, asesoris, kosmetik, perabot rumah tangga (furniture), properti rumah, hingga kendaraan seperti mobil dan motor. Gen Z adalah mereka yang lahir setelah tahun 1995 (Brown, 2020; Francis & Hoefel, 2018; Linnes & Metcalf, 2017) atau seringkali disebut dengan generasi pasca-milenial.[3]. Salah satu karakteristik Gen Z yang kuat yang berkaitan perubahan tren yaitu undefined ID yaitu generasi yang menghargai ekspresi setiap individu tanpa memberi label tertentu dengan pencarian jati diri yang aktif sehingga memiliki keterbukaan yang besar untuk menerima perubahan dan memahami keunikan tiap individu serta communaholic dan realistic mengacu pada sifat yang menyukai komunikasi dengan berbagai objek seperti komunitas dan media social dan cenderung lebih realistis,analitis dan mencari informasi dalam pengambilan keputusan sehingga terbuka dalam menerima informasi perubahan termasuk tren berbusana.[3].

Lingkungan yang paling mudah untuk menemukan komunitas gen Z yaitu lingkungan Pendidikan seperti Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Mayoritas mahasiswa UMSIDA merupakan gen Z yang lahir >2000 yaitu mahasiswa usia produktif yang sedang menempuh studi sarjana atau perkuliahan aktif dan bahkan banyak mahasiswa yang kuliah sekaligus bekerja.. Mahasiswa merupakan pasar yang potensial untuk segmentasi produk UMKM busana dan garmen karena kebutuhan akan busana untuk kuliah dan bekerja. Mahasiswa juga target pasar yang bagus karena merupakan konsumen dengan perilaku mandiri dalam konsumsi yaitu mampu membuat keputusan pembelian pribadi.

Berdasarkan latar belakang inilah peneliti ingin meneliti karakteristik tren busana muslimah Gen Z di lingkungan mahasiswi UMSIDA untuk membantu segmentasi UMKM bidang fashion muslim dengan variable utama yaitu minat dan gaya berbusana responden, serta perilaku konsumsi produk fashion. Data sekunder penelitian ini yaitu teori fashion dan style, teori busana muslim dan teori estetika busana.

Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini adalah Indrianti, Pingki,2017 tentang Analisis Gaya Busana Kerja Muslimah, Studi Kasus: Pekerjaan Sektor Formal di Kota Jakarta. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu menjelaskan tentang tren busana muslimah dengan variable minat dan gaya busana serta perilaku konsumsi produk fashion sedangkan perbedaanya ada pada objek penelitian. Objek penelitian terdahulu yaitu tren busana kerja formal muslimah di Jakarta sedangkan penelitian ini yaitu gen Z di lingkungan UMSIDA.

1. Busana Muslimah dalam Islam

Kategori busana muslimah sesuai Al Quran dan hadits meliputi beberapa hal yaitu menurutp aurat, menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan sesuai surah Al Ahzab ayat 59 dan An Nur 31. Dalam surah Al-Ahzab ayat 59 disebutkan, “ Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka’ yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Surah Al Ahzab ayat 59 ini menyerukan bahwa anak-anak perempuan, para wanita berkewajiban menutup seluruh aurat sebagai identitas muslimah. Busana yang menutupi seluruh tubuh wanita termasuk menutupi lekukan tubuh sempurna artinya busananya menutup lekuk (besar/longgar) dan tidak tipis.

Dalam surah An Nur ayat 31 juga dijabarkan tentang tata cara berbusana muslimah.

Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka meng hentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”

Surah An Nur ayat 31 menyerukan pada para perempuan yang beriman agar menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat yaitu wajah dan telapak tangan degan cara menutupkan kain kerudung tidak hanya sampai dada saja dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada muhrim seperti suami, adik, ayah dll.Wanita hendaknya jangan sengaja memakai perhiasan untuk menjadi pusat perhatian. Ayat ini mempertegas dan menjelaskan lebih rinci surat Al Ahzab ayat 59. Kesimpulan ayat ini adalah busana wanita harus menutup aurat (kecuali wajah dan telapak tangan) dalam arti yang luas busana dan hijab tidak tipis,tidak memperlihatkan lekuk/bentuk tubuh/ketat, jilbab yang digunakan tidak sebatas dada saja tetapi lebih dari dada, dan tidak memakai perhiasan untuk mengundang perhatian orang lain.

Banyak ulama dan ahli tafsir yang mengartikan kata jalaba atau jilbab sebagai busana muslimah, yaitu suatu pakaian wanita yang tidak ketat atau longgar serta menutupi seluruh tubuh wanita (aurat), kecuali muka dan telapak tangan.[2].Jilbab di Indonesia dalam KBBI online diartikan sebagai kerudung lebar yang dipakai perempuan muslim untuk menutup kepala dan leher sampai ke dada.Dalam kamus KKBI jilbab hanya menutup sebatas dada padahal dalam Islam wajib meelebihi dada.

Busana muslimah menurut Islam yaitu pakaian yang tidak mengundang hawa nafsu laki-laki, pakaian yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh,ketat dan tebal, pakaian yang tidak menyerupai laki-laki, pakaian yang tidak beraroma wangi, pakaian yang tidak mengandung symbol-simbol seperti orang fasik harta,pakaian Isbal (panjangnya melebihi mata kaki) dan boleh memakai bahan dari sutra daan emas.[1].

Pandangan masyarakat Muslim di Indonesia tentang hijab dikategorikan menjadi dua yaitu: Pertama,muslimah yang memandang jilbab sebagai fashion tanpa mempedulikan ketentuan syariat Islam yang menentukan jilbab sebagai penutup aurat; Kedua, muslimah yang beranggapan bahwa jilbab adalah murni pakaian untuk menutupi aurat dan tidak mengikuti perkembangan mode sebagai sebuah bentuk fashion.[1]. Namun tren sekarang berubah bahwa busana dapat digunakan menutup aurat wanita dengan benar (kecuali wajah dan telapak tangan) namun tetap nyaman dan fashionable seperti style gamis syari modern. Style gamis syari modern ini menggutamakan bahan busana yang nyaman karena hampir menutup seluruh tubuh muslimah, hijab besar dan panjang melebihi dada terkadang sampai ke lutut, berwarna pastel (kalem, cerah tidak mencolok) dan juga gelap seperti coklat gelap, biru gelap (navy), hijau botol, hitam.

Figure 1.

2. Teori Mode ( Fashion )

Polhemus dan Procter (dalam Barnard, 2006) menunjukkan bahwa dalam masyarakat kontemporer Barat, istilah fashion sering digunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya dan busana.[4].Beberapa pendapat mengatakan pada konteks keseharian istilah “mode” atau dalam bahasa inggris disebut fashion lebih berkaitan dengan pakaian atau garmen [5] serta meliputi juga kategori produk seperti perhiasan, asesoris, kosmetik, perabot rumah tangga (furniture), properti rumah, hingga kendaraan seperti mobil dan motor.

Fashion busana menurut Riyanto, AA, 2009,busana adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit, yang dipakai atau disampirkan untuk penutup tubuh seseorang, memberi kenyamanan, serta menampilkan keindahan bagi si pemakai dan mencakup segala sesuatu yang dipakai mulai dari kepala sampai ujung kaki, termasuk seluruh aspek pelengkap pakaian seperti pakaian dalam, milineris atau pelengkap busana (tas, sepatu, topi) maupun aksesoris (kalung, jam tangan, bros, dan lain sebagainya).[6].

Fashion terlebih busana dengan seluruh aksesorisnya termasuk hijab dapat merepresentasikan social ekonomi dan perubahanya baik didunia dan di suatu negara. Busana dapat dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan kulit budaya” yang dapat menunjukkan identitas pemakainya dan juga menentukan citra (Nordholt, 2005:1). Sejalan dengan itu menurut Koentjaraningrat pakaian juga merupakan suatu benda kebudayaan yang sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia. Hal ini pun wajib dilaksanakan karena merupakan perintah dari Allah yang jelas tertulis di dalam Al-Qur”an.

Fashion pakaian di era 2000 an mulai berbeda karena budaya bangsa lain yang masuk ke Indonesia melalui tayangan televisi khususnya Korea yaitu drama Korea. Tahun 2000-an merupakan awal film-film Korea mulai masuk ke Indonesia dan berkeembang pesat hingga saat ini. Budaya Korea yang terlihat jelas dalam tayangan drama yaitu fashion (gaya busana) artis Korea yang fashionable dan trendy dengan warna pastel yang cerah, dan penampilan kulit wajah yang sehat, putih, bersinar (glowing) seta make up yang senada yang simple dan natural sehingga wajah terlihat segar, cerah, bersih nan cantik.

Pada era 200-an pula pengguna jilbab mengalami peningkatan pesat, baik busana maupun hijab mulai bervariasi, lebih fashionable baik bahan, model dan motif hijab. Busana muslimah lahir dengan berbagai model sesuai kebutuhan muslimah seperti busana kerja, olahraga, pesta dst. Berbagai fashion muslimah mulai lahir didukung oleh artis yang mulai menggunakan jilbab seperti Inneke Koesherawati, Ratih Sanggarwati, Zaskia Mecca, dan lain sebagainya hingga tahun 2010 muncul tren Hijabers oleh Hijabers Community yaitu sebuah komunitas wanita muslimah pengguna jilbab mulai remaja, wanita hingga usia matang yang menawarkan konsep busana muslimah yang modern, dan trendi. Sejak kemuncukan komunitas ini pengguna jilbab di Indonesia semakin bertambah pesat, khususnya di kalangan kaum muslimah.[2].

Fashion memang berkembang mengikuti budaya yang dipengaruhi budaya dari luar Indonesia namun fashion muslimah tetap harus sesuai aturan busana Al Quran dan Hadits. Tren fashion yang berkembang harus di filter atau disaring dan dipilih sesuai dengan ajaran Islam. Pengaruh budaya luar yang masuk lewat tontonan media masa dan media social sangat kuat mempengaruhi masyarakat Indonesia hingga tidak terfilter dengan baik akhirnya fungsi busana muslimah yang seharusnya menutup aurat (kecuali wajah dan telapak tangan) berubah fungsinya menjadi busana fashionable saja.

Tren baju Korea hingga saat ini mempengaruhi fashion di Indonesia tak terkecuali busana muslimah. Fashion Korea cenderung gaya feminine, girly dan energik. Gaya fashion wanita lebih ke sexy glamour yang energik namun untuk remaja lebih girly dan energik seperti model busana dengan lengan lonceng, kerah rumbai, rumbai di dada dan lengan,kerah lebar, model rok dan gamis A line (lebar) dst. Muslimah dapat mengaadopsi fashion dari budaya lain namun tetap berkiblat pada Al uran dan Hadits yaitu menutup aurat (kecuali muka dan telapak tangan).

3. Gaya Busana ( Style )

a. Karakteristik Gaya Busana Muslimah

Gaya hidup (lifestyle) secara sosiologis (dengan pengertian terbatas) merujuk pada gaya hidup khas suatu kelompok tertentu[7]Sementara dalam masyarakat modern, gaya hidup (lifestyle) membantu mendefinisikan mengenai sikap, nilai-nilai, kekayaan, serta posisi sosial seseorang[8]Gaya (style) dijelaskan sebagai suatu karakteristik maupun ekspresi artistik yang unik, dimana terdapat pada bangunan arsitektur, musik, pakaian, karya seni, lukisan, dan lain sebagainya (DR. Paul H. Nystrom dalam Stone, 2006). Gaya dalam pakaian terbentuk dari kombinasi unsur detail yang membuat suatu jenis pakaian menjadi unik serta berbeda dengan pakaian lainnya. Sebuah gaya juga sering diasosiasikan dengan cara berpakaian seseorang (artis ternama) maupun merujuk pada periode waktu tertentu, seperti gaya Yunani, Romawi, Renaissance, dan lain sebagainya.

Dalam masyarakat modern istilah ini mengkonotasikan individualisme, ekspresi diri, serta kesadaran diri untuk bergaya.[9].

Menurut Zaman (2002) karakteristik gaya (style) dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori yaitu

1) Feminine Romantic

Gaya ini merepresentasikan gaya dengan karakter penampilan yang lemah lembut, kalem, manis, dan cantik, serta penuh dengan warna pastel dan motif bunga. Gaya busana Feminine-Romantic dapat diaplikasikan dalam busana muslim wanita karean mencerminkan kodrat dan gaya wanita muslimah sesuai Al Quran dan Hadits yaitu lemah lembut, kalem, tidak mencolok namun harus tetap menutup aurat muslimah. Gaya busana ini, saat ini tak hanya bermain warna namun juga model pakaian seperti tambahan rumbai di lengan, rumbai di leher, dada dan lengan,model gamis atau rok/bawahan H line (lurus), high waist (pinggang tinggi), ruffle (potongaan/rumbai)dan A Line (lebar), dan plisket (lipit).

Figure 2.Variasi Lengan

Figure 3.Rumbai di Dada

Figure 4.Rumbai di Lengan

Figure 5.Variasi Kerah

Figure 6.

Figure 7.Model Rok/Bawahan atau Gamis

2) Sporty Cassual

Gaya ini merepresentasikan gaya dengan karakter kepribadian yang terbuka,energik,modern, sportif, dengan penampilan yang segar (fresh), dan trendi. Gaya busana Sporty-Cassual dapat diaplikasikan dalam busana muslimah karena mampu menutup aurat (kecuali wajah dan telapak tangan) dengan pilihan bahan yang tidak tipis dan model baju tidak ketat. Gaya ini uumnya banyak digunakan dalam aktifitas olahraga, dan sangat intim dengan gaya anak-anak aktif mulai usia dini hingga remaja sehingga jenis busana ini mengutamakan kenyamanan baik bahan dan model yang simple/,perawatan yang mudah, sedikit modifikasi dan variasi seperti sedikit ruffle/rumbai dan motif yang kecil-kecil. Gaya ini identic dengan bahan jeans, codoray dan kaos.

Figure 8.Model Busana Sporty- Cassual

3) Classic Elegant

Gaya ini merepresentasikan karakter gaya klasik- konservatif yang bersifat abadi (memiliki periode waktu pakai yang cukup panjang). Gaya ini bersifat chic dengan penampilan yang anggun, tenang, sederhana namun berkualitas baik (mahal) yang identic dengan warna netral, hitam, putih, krem, dan warna-warna ke arah tint.Gaya klasik ini hamper mirip dengan gaya feminine namun lebih elegan disertai model busana dengan modifikasi dan vaiasi yang terbatas atau sedikit seperti modifikasi kerah jabot, kerah rumbai, rumbai di dada dan lengah, busana model plisket yang simple dan elegan.

4) Exotic Dramatic

Gaya ini merepresentasikan gaya yang berbeda,unik, menonjolkan ciri khas, dan original. Gaya ini cenderung mengikuti trend, tematik dan sangat ekspresif dan sangat individual atau menonjolkan karakter kuat pemakainya. Gaya busana ini dapat diaplikasikan pada busana muslimah seperti gamis dengan motif batik Nusantara seperti batik khas Madura, Solo, Jogya,motif parang,kain tenun dst.

Figure 9.Gamis Model Exotic Dramatic

Figure 10.Hijab Motif Exotic-Dramatic

5) Art of Bit

Gaya ini merepresentasikan gaya yang bersifat eksentrik, kreatif, dan bersifat individual yaitu memperlihatkan karakter pemakainya yang cenderung tidak mengikuti tren serta tidak sama seperti seperti yang dikenakan kebanyakan orang. Gaya ini lebih mementingkan rasa dari pemakainya seperti gaya rock n roll, pakaian seni seperti pakaian serba woll, atau rajutan dll. Gaya busana ini juga dapat diadopsi oleh busana muslimah karena tetap mampu menutupi aurat wanita seperti gamis hitam, jubah hitam.

Figure 11.Model Art of Bit

6) Sexy Glamour

Gaya ini merepresentasikan karakter yang menggoda dengan menonjolkan keindahan tubuh, berani, dan percaya diri. Warna cenderung digunakan adalah merah dan shocking.Asesoris yang digunakan berukuran besar, banyak dan berkesan berkilau (blink-blink) menonjol.[10]. Gaya Sexy Glamour tidak bisa diaplikasikan pada busana muslimah karena tidak mencerminkan karakter muslimah sesuai Al Quran dan Hadits. Gaya ini memiliki dasar menggoda yang kuat dengan memperlihatkan daya Tarik wanita mulai dari bentuk tubuh dengan pakaian yang cenderung ketat dan terkadang tipis dan warna cenderng berani seperti merah yang memang menggoda.

Beberapa gaya dapat dikombinasikan meenciptakan gaya baru seperti wanita yang lemah lembut, dan manis menyukai bahan jeans untuk baju atau gamis dengan sepatu kets maka akan menciptakan gaya feminine-casual. Kombinasi gaya klasik dan gaya feminin akan menciptakan gaya feminin-Classic, dan lain sebagainya.[2].

Semua gaya busana dapat diaplikasikan dalam busana muslimah dengan syarat sesuai syariat Islam yaitu pakaian yang tidak mengundang hawa nafsu laki-laki, pakaian yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh,ketat dan tebal, pakaian yang tidak menyerupai laki-laki, pakaian yang tidak beraroma wangi, pakaian yang tidak mengandung symbol-simbol seperti orang fasik harta,pakaian Isbal (panjangnya melebihi mata kaki) dan boleh memakai bahan dari sutra daan emas.[1].

Penggunaaan celana panjang diperbolehkan dalam Islam dengan syarat celana Panjang tersebut ditutupi baju atasan hingga menutup kaki atau Isbal. Pada saat berolahragapun pemakaian celana panjang dan atasan kaos diperbolehkan dengan syarat yang sama yaitu atasan longgar dan menutupi sampai mata kaki dalam artian celana Panjang untuk celana bagian dalam gamis atau rok. Penggunaan rok dan atasan yang terpisah diperbolehkan asala sesuai syariat Islam yaitu longgar, tebal, menutup aurat wanita.

b. Estetika Berbusana

Estetika atau keindahan dan keserasian menjadi tujuan utama dalam penggunanaan mode busana, daya tarik menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan baik dalam merancang, memilih dan menggunakan suatu produk busana. Estetika berbusana memiliki kaitan erat dengan unsur (elemen) desain atauthe Components of fashion (Stone, 2006). Elemen atau unsur utama dalam desain mode busana mencakup: (1) Bentuk atau shilouette, (2) Garis atau line, (3) Tekstur, (4) Detail, dan (5) Warna.

Bentuk merupakan hasil hubungan dari beberapa bentuk yang memiliki area dan bidang dua dimensi yang memiliki panjang dan lebar. Apabila bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka akan terbentuk bidang tiga dimensi yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi [11] Bentuk busana beraneka ragam seperi busana model A line, H line, kerah bentuk V neck, kerah sanghai, lengan lonceng, lengan balon dan lain sebagai nya.

Garis adalah elemen paling penting dari semua elemen desain. Menurut [12] Di dalam dunia seni rupa garis tidak hanya berperan sebagai garis, namun terkadang dapat berfungsi sebagai simbol emosi atau ekspresi diri. [13] menguatkan hal tersebut, bahwa garis memiliki sifat formal dan non formal. Garis geometris bersifat formal, kaku, beraturan dan resmi. Sedangkan garis non geometris seperti sulur atau tumbuhan bersifat non formal, luwes, lemah gemulai dan lembut. Kumpulan dari titik yang berdekatan dalam satu lintasan akan membentuk garis. Garis sebagai bentuk mengandung arti yang lebih dari pada titik, karena dengan bentuknya sendiri garis menimbulkan kesan tertentu pada sang pengamat [14] Beberapa motif garis yang umum di Indonesia disebut salur atau garis lurus kecil, besar dan sedang serta kombinasi.

Tekstur merujuk pada kualitas permukaan dari objek atau benda yang dapat direspon oleh indra peraba. Menurut [15] menyebutkan bahwa tekstur mencakup dekorasi latar kain dan motif seperti tekstil cetak (print),bordir, aplikasi, payet, dan lain sebagainya. ekstur merupakan keadaan permukaan suatu benda. Tekstur dapat diketahui dengan cara dilihat atau diraba [11] Tekstur dapat memengaruhi penampilan suatu benda, baik secara visual (berdasarkan pengelihatan), maupun secara sensasional (berdasarkan kesan terhadap perasaan). Pemilihan bahan pakaian yang teksturnya tidak sesuai dengan bentuk badan dapat merugikan pengguna, karena permukaan bahan mempunyai efek terhadap tubuh.Tekstur identic dengan bahan pembuat baju seperti katun jepang yang bertekstur tebal namun dingin dan halus berbeda dengan kain katun rayon yang saat ini digemari bertekstur lembut, lebih tipis dari katun jepang, dingin namun mudah kusut berbeda dengaan katun cringkle yang bertekstur kasar, bergelombang dan stabil (tidak udah berubah tekstur kainya).

Warna adalah salah satu elemen visual seni rupa dan desain yang sangat penting.Warna timbul karena pantulan cahaya dari suatu objek yang memantul pada mata, dan terjadi berkat adanya sumber cahaya matahari atau sumber cahaya lainya.[16]. Warna merupakan salah satu unsur desain yang paling menonjol. Dengan adanya warna,suatu benda dapat dilihat keindahannya. Warna dapat menunjukan sifat, karakter, kebudayaan dan citra yang berbeda-beda.[17]. Pemilihan warna yang tepat dapat memberikan nilai yang estetik bagi pengguna dan diyakini mempunyai dampak psikologis terhadap manusia. Dampak tersebut dapat dipandang dari berbagai aspek, baik aspek panca indera, aspek budaya, dan lain-lain.[18].

Menurut [19] Warna dalam estetikan memiliki dimensi sifat warna. Dimensi warna terdiri dari hue,value,danintensity. Hue adalah istilah yang diberikan untuk menamakam warna-warna itu sendiri. Terdiri dari warna primer, sekunder, tersier. Value adalah istilah yang berkaitan dengan tingkat kecerahan suatu warna atau gelap terang nya suatu warna. Dalam deret warna, value berarti mencampur warna-warna hue ke dalam deret putih dan hitam. Sedangkan Intensity adalah kekuatan dan kelemahan warna. Warna yang sedang tren yaitu warna pastel yang lembut dan kalem, warna bumi seperti hijau daun, coklat tanah, bata, krem serta warna natural seperti warna kulit seperti coklat muda, hijau muda, biru muda, hitam, putih.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Menurut [20] Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik saru variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan varibael yang lain. Sedangkan penelitian kuantitatif [21] adalah penelitian empiris di mana data-datanya dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung.Penelitian kuantitatif memperhatikan pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik. [22] menjelaskan proses penelitian kuantitatif dimulai dari teori, hipotesis, desain penelitian, memilih subjek, mengumpulkan data, memproses data, menganalisa data, dan menuliskan kesimpula.Berdasarkan penjelasan tersebut maka metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dari sample populasi penelitian yang dianalisis kemudian diinterpretasikan. Data deskriptif dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, diagram, pictogram, persentase, modus-mean-median, dan lain sebagainya.

1. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari:

(1) Observasi dengan penyebaran questioner menggunakan Google Form

(2) Melakukan seleksi terhadap responden berupa usia, tahun kelahiran, dan fakultas responden

(3) Analisis hasil questioner

Penyebaran quesioner dilakukan kepada sejumlah responden mahasiswi UMSIDA yang lahir >1995. Lembar kuesioner terdiri dari 25 pertanyaan, dibagi menjadi 3 jenis pertanyaan; sesi A berisi 5 pertanyaan seleksi (screening questions) tentang profil responden, sesi B berisi 4 pertanyaan tentang perilaku konsumsi pembelian busana fashion muslimah dan sesi C berisi 16 pertanyaan tentang minat dan gaya busana muslimah yang merupakan pertanyaan inti tentang tren mode dan gaya busana (style).

Pertanyaan inti berjumlah 16 membahas tentang busana muslimah yang fokus pada tiga aspek meliputi:

(1) Aspek karakteristik gaya (style)yang terdiri dari elemen karakteristik gaya, model busana dan tipe busana

(2) Analisis Estetika Visual yang terdiri dari elemen warna, motif dan tekstur kain

(3) Analisis Perilaku Konsumen yang terdiri dari elemen daya beli konsumen (terhadap harga produk busana) dan proses penyerapan serta adaptasi tren (diffusion of innovation).

Proses pengolahan data dan analisis dilakukan setelah data primer dan sekunder diperoleh.Jawaban terbanyak yang didapat dari google form digunakan untuk mengidentifikasi minat dan gaya busana muslimah kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram.

Figure 12. Bagan Metode Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Kuisioner dibagikan pada 139 mahasiswi di UMSIDA dengan data responden 77% berusia 16-21 tahun, 18,7% 22-24 th dan sisanya 25-27 th dan belum menikah sebanyak 97,1%. Mahasiswa yang berasal dari Fakultas Agama Islam sebanyak 40,3%, 23,7% Fakultas Psikologi, 20,9% dari Fakultas Bisnis, Hukum dan Ilmu Sosial dan sisanya Fakultas Sains dan Teknologi.

Figure 13.Profil Mahasiswa Usia

Figure 14.Profil Mahasiswa Status

Figure 15.Profil Mahasiswa Fakultas

Figure 16.Profil Mahasiswa Pekerjaan

1. Analisis Aspek Minat dan Perilaku konsumsi Mahasiswa Gen Z

Analisa aspek minat dan perilaku konsumsi mahasiswi UMSIDA menunjukan bahwa sebagian besar sebanyak 88,5% mahasiswi suka membeli pakaian muslimah (Gamis,Atasan, Celana,Rok) dengan intensitas pembelian pakaian sebanyak 2-3 bulan sekali 33,8% dan 4-6 bulan sekali 30,9% dengan tujuan pembelian pakaian sesuai kebutuhan atau acara tertentu saja sebanyak 51,8 % dan pembelian karena ada diskon dan promo (Iedul Fitri, 17 Agustus, Natal & tahun Baru dll) sebanyak 45%.

Figure 17.Pembelian Pakaian Muslimah

Figure 18.Intensitas Pembelian Pakaian Muslimah

Figure 19.Jumlah Pembelian Pakaian Muslimah

Kuisioner yang dibagikan menyangkut aspek gaya busana terbagi menjadi dua elemen yaitu karakteristik gaya dan tipe busana mahasiswa. Beberapa karakteristik gaya yang disebutkan dalam quesioner ini umumnya banyak digunakan dalam beberapa kegiatan yang umum dilakukan mahasiswi UMSIDA yaitu pakaian formal untuk kuliah atau kerja, pakaian casual santai (jalan-jalan) dan pakaian dirumah (homey dress) dengan gaya Feminine-Cassual, Sporty- Cassual, Feminine-Classic,dan Classic- Elegant. Sedangkan tipe pakaian yang disebutkan dalam quesioner ini adalah busana formal dan semi formal.

2. Analisis Karakteristik Gaya dan Estetika Visual

Gaya diatas dijabarkan dalam beberapa pertanyaan mulai dari jenis bahan, model pakaian mulai dari gamis, atasan, bawahan (rok dan celana) hingga hijab dengan motif, tekstur, warna dan detail modifikasi yang saat ini sedang tren seperti detail pada kerah, dada, dan lengan.

Berdasarkan data maka gaya busana mahasiswi gen Z di UMSIDA yang paling banyak diminati oleh mahasiswi yaitu busana formal untuk kuliah atau kerja 74,8% sedangkan non formal seperti untuk jalan-jalan santai maupun dirumah sebanyak 71%. Gaya busana yang diminati gen Z baik formal maupun informal yaitu Feminine-Cassual dan Feminine- Classic. Karakteristik feminine- Cassual. yangnampak pada gaya busana ini adalah mahasiswi yang lebih menyenangi model atasan lengan panjang yang kekinian seperti ada ruffle di bagian dada (model 1 dara atau model ibu hamil) 60,4% atasan lengan Panjang bisa berupa tunik atau kemeja, dan 51,1% gamis, kemudian celana panjang dan terakhir rok panjang.. Atasan yang dipilih juga bermodel tanpa kerah yang berkesan santai (47,5%) dan berkerah kemeja (37,4%) kemudian model tunik ruffle 2 (2 dara) dan tunik tanpa kerah yang juga terkesan casual namun masih terdapat gaya feminine girly yang sesuai dengan karakter mahasiswa yang cantik nan energik.

Fashion dan gaya (tren) busana Muslimah sama dengan busana lainya dipengaruhi oleh budaya yang sedang tren di media massa dan sosial di Indonesia seperti budaya Korea yang masuk ke Indonesia melalui tayangan televisi berupa drama Korea yang menampilkan banyak budaya Korea mulai dari gaya berpakaian, gaya hidup seperti makanan berkolagen, skin care, asesoris, tata rias (make up), makanan hingga design untuk bangunan, resto dan tepat wisata di Korea. Gaya busana Korea paling berpengaruh selain setelah skincare Korea. Gaya busana hingga detail modifikasi busana diadopsi oleh budaya di Indonesia seperti detail kerah, ruffle di lengan, dan dada.

Figure 20.

Gamis yang disukai mahasiswa adalah model gamis yang kekinian seperti lengan lonceng atau balon sebanyak 53,2% lalu gamis syari sebanyak 46,8% lalu gamis midi yang kekinian (gamis dengan Panjang diatas mata kaki) 42,4%. Gamis yang dipilih oleh mahasiswi bergaya feminine yang girly namun terkesan santai (casual).

Figure 21.

Bawahan rok yang dipilih oleh mahasiswi denga gaya busana Feminine-Cassual yaitu rok bentuk A line sebanyak 56,1%, dan plisket, H line/sepan dan jeans dengan prosentase yang tak jauh beda sekitar 30%. Rok yang dipilih mahasiswi cenderung feminine seperti model A line dan plisket namun tetap bergaya santai. Sama halnya dengan model bawahan celanan yang diminati mahasiswi juga cenderung feminine-casual seperti mahasiswi menyukai model celana kulot bahan kain (80,6%) dan celana kain (44,6%) lalu model jeans (36%) yang paling sedikit.Celana dengan bahan kain lebih diminati karena berkesan formal yang umumnya digunakan mahasiswi untuk kuliah.

Figure 22.

Batik merupakan pakaian khas Indonesia, semua jenis pakaian bisa menggunakan motif batik. Data menunjukan bahawa mahasiswi menyukai batik jika dimodel blazer (51,8%), atasan (38%) dan gamis batik dengan kesan formal namun tetap feminie casual. Beberapa menyukai semi batik dan batik kebaya. Hanya sedikit sekali mahasiswi yang menyukai batik kombinasi dan rok batik.

Figure 23.

Detail pakaian menjadi tren tersendiri di tahun 2024. Banyak gaya busana dengan detail yang spesifik mulai dari kerah, bagian dada hingga lengan. Model kerah yang diminati dengan karakteristik feminine-casual seperti kerah kemeja 77,7%, kerah rebah (31,7%) dann Bertha Basic Notched (29,5%). Perpaduan antara model atasan atau gamis dengan detail kerah rebah, kemeja dan Bertha Basic dengan bawahan rok A line,H line, Plisket dan juga jeans memunculkan kesan feminine namun casual.

Figure 24.

Detail pada bagian dada dan lengan juga menjaadi tren tersendiri dikalangan gen Z yang juga dipengaruhi oleh budaya Korea. Gen Z lebih memilih detail dada dengan rumbai di lengan (52,5%) lalu rumbai di dada, rumbai lengan (pendek) dan ruffle dengan model lengan yang disukai lengan puff dengan seperti terong (41%), dan bishop (36%) lalu lengan balon, dan lonceng.Detail ini memberikan kesan yang feminine atau girly namun tetap casual santai dengan ruffle yang tidak terlalu banyak.

Figure 25.

Bahan kain untuk pembuatan busana mendukung pemilihan fashion mahasiswi gen Z dan mahasiswi sebanyak 80% menyatakan mengetahui jenis bahan sebagai pertimbangan dalam memilih pakaian. Bahan yang paling banyak disukai yaitu katun bahan dingin, nyaman, dan lembut seperti semua jenis rayon, dan kaos, yang sesuai dengan karakter gaya casual. Bahan batik juga diminati karena kesan formal yang sering digunakan untuk kuliah dan acara formal lainya. Motif kain yang gen Z pilih yaitu polos (90%), motif bunga kecil (38,8%) lalu garis (16,5%) dengan warna yang dipilih warna pastel yang lembut, kalem dan dingin dan wanra bumi (coklat tanah, kopi, hijau botol, krem, abu muda) lalu warna gelap. Motif dan warna yang disukai oleh gen Z mengarah pada karakteristik gaya feminine dan casual yang cenderung kalem, simple dan natural.

Figure 26.

Gaya busana yang melekat pada busana muslimah yaitu hijab. Hijab merupakan bagian dari busana Muslimah yang menutup aurat kepala, dada hingga kaki Wanita muslim. Hijab yang dipilih oleh gen Z yaitu hijab segi 4 (square) (73,4%) dan pasmina polos (48,2%) lalu square motif dan bergo. Motif hijab yang disukai yaitu motif abstrak warna pastel (48,2%), polos (63,3%) dan polos warna nude dan silk. Karakteristik hijab ini cenderung mengarah pada feminime seperti jenis hijab square dan pasmina, warna pastel,silk dengan motif abstrak sedangkan casual dapat dilihat dari motif hijab polos, dan nude (netral).

Gaya busana kedua setelah feminin casual yaitu faminine classic yaiu perpaduan karakter perempuan yang lembut, kalem dan girly namun juga classic dengan gaya klasik- konservatif yang bersifat abadi (memiliki periode waktu pakai yang cukup panjang). Gaya ini bersifat chic dengan penampilan yang anggun, tenang, sederhana. Gaya ini nampak pada beberapa gaya busana yang dipilih oleh mahiswi UMSIDA seperti model atasan lengan panjang dengan model rumbai/ruffle di dada,dan lengan (sedikit) serta detail kerah dengan model lama V neck (16,5%) dan shanghai (15%). Perpaduan lain seperti atasan kemeja lengan panjang dipadu rok A line atau plisket atau sepan/H line atau celana kain pensil atau kulot juga menampakan gaya feminine classic. Begitupula dengan atasan lainya dengan motif bunga kecil dengan detail rumbai di dada, lengan dipadukan dengan rok A line serta celana kain berkesan feminine classic.

Bahan yang dipilih seperti bahan katun linen yang lebih tebal dari katun rayon.

Figure 27.

Model batik yang dipilih mahasiswi dengan gaya faminine classic seperti semi batik dan batik kebaya yang klasik. Model batik ini model sepanjang masa yang konsisten dan tetap diminati sebagai pakaian yang menunjukan karakter budaya Jawa. Perubahanya hanya pada bahan, motif namun model kebaya memiliki model yang khas yang tidak pernah berubah.

Figure 28.

Bahannya yang digunakan untuk gaya feminine classic hamper sama dengan feminine casual yaitu katun rayon yang dingin, lembut dan linen yaitu bahan yang lebih tebal dari rayon berserat tebal dan lebih kaku sehingga cocok untuk pakaian formal yang tampak feminine classic dengan warna yang hamper mirip juga dengan feminine casual namun warna classic lebih pada warna pastel, netral, dan polos. Motif unttuk gaya feminine casual yaitu abstrak yang lembutt/kalem, bunga kecil (38,8%) lalu garis (16,5%).

Hijab yang berkesan feminine classic hamper mirip dengan casual yang dipilih seperti yaitu hijab segi 4 (square) (73,4%) dan pasmina polos (48,2%) lalu square motif abstrak warna pastel (48,2%), namun kalem dan motif polos ( 63,3%) dengan warna nude dan silk. Warna nude dan bahan silk merupakan bahan yang selalu diminati dari tahun ke tahun mmeskipun tren selalu berubah.

Usia Responden Usia 16-21 Tahun 77% Usia 22-24 Tahun 18,7% Usia 25-27 Tahun
Status Pernikahan 97,1% Belum Menikah
Fakultas Responden Fakultas Agama Islam 40,3%, Fakultas Psikologi 23,7% Fakultas Bisnis, Hukum dan Ilmu Sosial 20,9% Fakultas Sains dan Teknologi. 15%
Minat dan Perilaku Konsumsi Mahasiswi suka membeli pakaian muslimah (Gamis,Atasan, Celana,Rok) 88,5% Homey dress (pakaian dirumah) 12,5%
Intensitas Pembelian 2-3 bulan sekali 33,8% 4-6 bulan sekali 30,9%
Tujuan Membeli Pakaian Pembelian pakaian sesuai kebutuhan atau acara tertentu saja 51,8 % Pembelian karena ada diskon dan promo (Iedul Fitri, 17 Agustus, Natal & tahun Baru dll) 45%.
Table 1.
Karakteristik Gaya Feminime Cassual Feminime Classic
Model Busana Favorit Model atasan lengan panjang yang kekinian seperti ada ruffle di bagian dada (model 1 dara atau model ibu hamil) 60,4% Atasan lengan panjang bisa berupa tunik atau kemeja, Gamis 51,1%, Celana panjang Rok panjang Model atasan lengan panjang yang kekinian seperti ada ruffle di bagian dada (model 1 dara atau model ibu hamil) 60,4% Atasan lengan panjang bisa berupa tunik atau kemeja, Gamis 51,1%, Celana panjang Rok panjang
Model Atasan Atasan yang dipilih juga bermodel tanpa kerah yang berkesan santai (47,5%) Atasan berkerah kemeja (37,4%) Tunik ruffle 2 (2 dara) 30,9% Tunik tanpa kerah 28% Atasan yang dipilih juga bermodel tanpa kerah yang berkesan santai (47,5%) Atasan berkerah kemeja (37,4%) Tunik ruffle 2 (2 dara) 30,9% Tunik tanpa kerah 28%
Gamis Gamis yang kekinian (lengan lonceng atau balon) 53,2% Gamis syari 46,8% Gamis midi yang kekinian (gamis dengan Panjang diatas mata kaki) 42,4%. Gamis syari 46,8%
Bawahan Rok Rok bentuk A line 56,1%, Plisket 35,3% H line/sepan 33,8% Jeans 33,8% Rok bentuk A line 56,1%, Plisket 35,3% H line/sepan 33,8%
Bawahan Celana Celana kulot bahan kain 80,6% Celana kain 44,6% Celana jeans 36% Celana kulot bahan kain 80,6% Celana kain 44,6%
Model Batik Blazer 51,8% Atasan 38% Gamis 25% Blazer 51,8% Atasan 38% Gamis 25%
Detail Kerah Kerah kemeja 77,7% Kerah rebah 31,7% Bertha Basic Notched 29,5%. Kerah kemeja 77,7% Bertha Basic Notched 29,5%.
Detail pada Bagian dada dan lengan Rumbai di lengan 52,5% Rumbai di dada 32,4% Rumbai lengan (pendek) 30,9% Ruffle 2 25,2% Rumbai di dada 32,4% Rumbai lengan (pendek) 30,9%
Model Lengan Puff dengan seperti terong 41% Bishop 36% Lengan balon 20,1% Lonceng 17% Puff dengan seperti terong 41%
Bahan Kain Katun rayon 60% Kaos 28% Katun rayon 60% Linen 25,2%
Motif Kain Polos (90%) Bunga kecil (38,8%) Garis (16,5%) Polos (90%) Bunga kecil (38,8%) Garis (16,5%)
Warna Kain Warna pastel yang lembut, kalem dan dingin 94% Warna bumi (coklat tanah, kopi, hijau botol, krem, abu muda) 66% Warna gelap 49% Warna pastel yang lembut, kalem dan dingin 94% Warna bumi (coklat tanah, kopi, hijau botol, krem, abu muda) 66%
Model Hijab Hijab segi 4 (square) (73,4%) Pasmina polos (48,2%) Square motif 23% Bergo 20% Hijab segi 4 (square) (73,4%) Square motif 23%
Table 2.

Simpulan

Gaya busana yang diminati generasi Z yang ada di lingkungan UMSIDA yaitu busana formal untuk kuliah atau kerja 74,8% sedangkan non formal (jalan-jalan santai atau dirumah) sebanyak 71%. Gaya busana yang diminati gen Z baik formal maupun informal yaitu Feminine-Cassual dan Feminine- Classic. Karakteristik feminine- Cassual napak pada gaya busana mahasiswi yang lebih menyenangi model atasan lengan panjang yang kekinian seperti ada ruffle di bagian dada 60,4% berupa tunik atau kemeja, dan 51,1% gamis, kemudian celana panjang dan terakhir rok panjang. Atasan yang dipilih juga bermodel tanpa kerah yang berkesan santai (47,5%) dan berkerah kemeja (37,4%) kemudian model tunik ruffle 2 (2 dara) dan tunik tanpa kerah yang juga terkesan casual namun masih terdapat gaya feminine girly yang sesuai dengan karakter mahasiswa yang cantik nan energik.

Gaya busana kedua setelah feminin casual yaitu faminine classic yaiu perpaduan karakter perempuan yang lembut, kalem dan girly namun juga classic dengan gaya klasik- konservatif yang bersifat abadi atau konsisten yang chic dengan penampilan yang anggun, tenang, sederhana seperti model atasan lengan panjang dengan model rumbai/ruffle di dada,dan lengan (sedikit) serta detail kerah dengan model lama V neck (16,5%) dan shanghai (15%). Perpaduan lain seperti atasan kemeja lengan panjang dipadu rok A line atau plisket atau sepan/H line atau celana kain pensil atau kulot juga menampakan gaya feminine classic. Begitupula dengan atasan lainya dengan motif bunga kecil dengan detail rumbai di dada, lengan dipadukan dengan rok A line serta celana kain berkesan feminine classic.

Gaya busana yang diminati mahasiswi gen Z UMSIDA memang mengikuti tren perkembangan fashion yang dipengaruhi budaya luar yang kuat saat ini yang masuk melalui media masa dan medsos seperti budaya pakaian Korea Selatan yang masuk melalui drama dan music k pop namungaya busana tersebut tidak menghilangkan fungsi utama pakaian muslimah yaitu sebagai penutup aurat wanita (seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan).

Keterbatasan penelitian ini adalah bahwa tidak seluruh mahasiswi UMSIDA mengisi kuisioner yang peneliti bagikan sehingga jumlah responden belum mencerminkan keseluruhan gen Z dalam lingkungan UMSIDA dan kurang menggali potensi fashion dari responden karena keterbatasan metode penelitian pada deskriptif kuantitatif bukan kualitatif atau semi kualitatif sehingga informasi terbatas pada kuisioner yang dibagikan saja. Saran pengembangan untuk penelitian ini adalah menambahkan metode observasi pada penelitian ini dengan wawancara langsung pada responden untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang fashion yang diminati, diinginkan agar dunia fashion muslimah lebih berkembang dan sesuai fungsinya sebagai penutup aurat dengan baik namun tetap fashionable.

References

  1. L. Yuliza, "Trend Berpakaian Masa Kini Mengubah Fungsi Busana Muslimah di Kalangan Wanita Muslim," Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam, vol. 1, no. 1, pp. 1–12, 2021.
  2. P. Adrianti, "Analisis Gaya Busana Kerja Muslimah: Studi Kasus Pekerjaan Sektor Formal di Kota Jakarta," Jurnal Rupa, vol. 2, no. 1, p. 41, 2018, doi: 10.25124/rupa.v2i1.755.
  3. G. Sakitri, "Selamat Datang Gen Z, Sang Penggerak Inovasi," Forum Manajemen Prasetiya Mulya, vol. 35, no. 2, pp. 1–10, 2021.
  4. M. Barnard, Fashion as Communication. London, UK: Routledge, 2013, doi: 10.4324/9781315013084.
  5. Y. Pan, D. Roedl, J. C. Thomas, and E. Blevis, "Fashion Thinking: Fashion Practices and Sustainable Interaction Design," International Journal of Design, vol. 9, no. 1, pp. 53–66, 2015.
  6. A. A. Riyanto and L. Zulbahri, Modul Dasar Busana. Bandung, Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.
  7. M. Featherstone, Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta, Indonesia: Pustaka Pelajar, 2001.
  8. D. Chaney, Lifestyle: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta, Indonesia: Jalasutra, 2004.
  9. S. I. Ibrahim, Lifestyle Ecstasy. Yogyakarta, Indonesia: Jalasutra, 2004.
  10. A. M. Zaman, 100 Tahun Mode di Indonesia 1901–2000. Jakarta, Indonesia: Meutia Cipta Sarana, 2002.
  11. Safwan, Landasan Teori Desain. Bandung, Indonesia: Universitas Kristen Maranatha, 2015.
  12. H. Suhendar, "Kajian Estetik Ragam Hias Bordir Kawalu Tasikmalaya Jawa Barat," Institut Teknologi Bandung, 2006.
  13. S. Toekio M., Ragam Hias Indonesia. Bandung, Indonesia: Angkasa, 1987.
  14. A. A. M. Djelantik, Estetika Sebuah Pengantar. Bandung, Indonesia: MSPI, 1999.
  15. O. Gerval, Studies in Fashion: Fashion Accessories. Singapore: Page One Publishing Pte. Ltd., 2009.
  16. S. Darmaprawira, Warna Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung, Indonesia: Penerbit ITB, 2002.
  17. Chodijah and A. M. Zaman, Desain Mode Tingkat Dasar. Jakarta, Indonesia: Cipta Sarana, 2011.
  18. R. Nugroho, Public Policy. Jakarta, Indonesia: PT Elex Media Komputindo, 2008.
  19. E. Sanyoto and Sadjiman, Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana). Yogyakarta, Indonesia: Arti Bumi Intaran, 2005.
  20. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung, Indonesia: Alfabeta, 2015.
  21. K. F. Punch, Introduction to Social Research: Quantitative and Qualitative Approaches. London, UK: Sage Publications, 2013.
  22. A. Bryman, Social Research Methods, 3rd ed. Oxford, UK: Oxford University Press, 2005.