The purpose of this research is to find out about the concept of Islamic Education Mohammad Natsir. This type of research uses library research, for the method used in this research is to use the method of analysis or analysis. The results of the study found that the concept of Mohammad Natsir that he wanted was an education that combined general education with religion. This continuity was proven by the integral concept of Mohammad Natsir which did not distinguish between eastern education and western education. Because Islam does not equate rights with falsehood. All rights can be received or from the west, and all that has a false nature will be removed even though it also comes from the east. Because Islam has never known fanaticism as long as it is beneficial to humans and does not violate the law of its religion, then this pattern is based on creating students who care about their spiritual and physical bodies. so as not to forget the creator. From these concepts and rationale as for their relevance in education to develop Islamic education curriculum at this time.
Jika kita menelaah pengertian pendidikan Islam sangat jelas sekali terlihat sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang menjalani pendidikan Islam keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang bisa merubahnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa. Insan kamil mempunyai makna, manusia utuh rohani dan jasmani dan bisa hidup secara normal dan wajar karena ketaqwaan kepada Allah swt. Sehingga bisa menjalankan fungsinya sperti maksud pendidikan Islam yaitu bisa berguna bagi dirinya, dan baik hubungan dengan sesama, Habluminannas, serta gemar mengamalkan ibadah karena Allah sebagai hubungan baik kepada Allah swt. HabluminAllahSehingga bisa mengambil manfaat dari kepentingan di dunia maupun di akhirat. Pendidikan Islam jika kita memahaminya tidak semudah mengurai kata Islam, dari kata pendidikan, satu subtansi yang cukup kompleks dalam predikat Islam. Untuk menelaah pendidikan Islam maka kita harus melihat aspek tujuan agama Islam yang awal mula diturunkan untuk manusia dari sisi pedagogis. Islam yang jati dirinya sebagai agama penyempurna dari agama yang sebelumnya maka dalam merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan sehingga bisa memberikan sebuah petunjuk bagi manusia agar menjadikan sempurna dalam ajaran Islam.[1]
Pendidikan sangatlah penting begitupun Islam mengajarkan terhadap kita bahwasannya menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. Karna pendidikan bagi manusia ialah kekuatan mutlak harus dipenuhi sepanjang hayat. Hampir semua manusia menggantungkan harapan kepada pendidikan untuk melahirkan generasi-generasi muda yang menguasai beragam ilmu dan pengetahuan.[2]
Pendidikan yang diterapkan oleh Mohammad Natsir ialah pola yang sangat umum di kalangan pembaharu Islam. Natsir juga mantan pelajar disekolah belanda Natsir juga belajar mendalmi ilmu agama kepada tokoh pembaruan Islam dikalangan masyarakat dulu hingga sekarang ilmu terdiri menjadi dua sisi Ilmu umu dan ilmu agama sedangkan umat Islam juga dituntut untuk menguasai ilmu umum. Ilmu ini dikembangkan di peradaban barat yaitu Ilmu Sains dan Humaniora melalui saluran sekolah-sekolah formal. Ilmu-ilmu ini pada masa itu dipandang sebagai sesuatu yang bebas nilai.[3]
Begitu melihat luasnya cakupan Mohammad Natsir yang juga seorang tokoh pemikir pendidikan Islam yang merupakan seorang yang tidak memilah-milah dalam fanatic pendidikan Islam dan pendidikan umum. Beliau beranggapan bahwasannya semua ilmu itu penting karna sejatinya ilmu itu datangnya dari Allah. Maka perlu dipahami pada konsep pendidikan Mohammad Natsir diatas. Penulis berkeinginan untuk mengkaji konsep Mohammad Natsir dalam pendidikan Islam dan relavansinya dalam kurukulum pendidikan Islam.[4]
Jenis penelitian ini yang berjudul “Konsep pendidikan Islam Mohammad Natsir dan relevansinya dalam kurikulum pendidikan” penelitian ini bersifat (library research) atau penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang sumber data yang didapat dan ranah penelitiannya berada pada perpustakaan. Untuk pengambilan sempel bisa menggunkan litelatur dan docmunet yang bisa dijadikan landasan dalam penelitian tersebut Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis teks atau data.[4]
Mohammad Natsir mempunyai konsep pendidikan yang sejak dulu ia cita-citakan yaitu pendidikan yang integral, harmonis dan universal. Prinsip dasar pemikiran pendidikan Mohammad Natsir dapat di telusuri jauh sebelumnya dalam pidatonya pada tahun 1934 saat rapat Persatuan Islam di bogor M. Natsir mengatakan “Sering kali pulakenyataan, ada yang menganggab bahwa didikan Islam itu ialah didikan Timur, dan didikan Barat adalah lawandidikanIslam.Bolehjadi,inireaksiterhadapdidikankebaratanyangadadinegerikitayangmemangsebagiandariakibat-akibatnyatidakmungkinkitamenyetujuinyasebagaiumatIslam.Akantetapi,cobakitaberhentisebentardanbertanya apakah sudah boleh kita katakan bahwa Islam itu anti barat dan pro-Timur, khususnya dalam pendidikan?PertanyaanituhanyabisakitajawabapabilasudahterjawablebihdahuluapakahkiranyayangmenjaditujuandarididikanIslamitu?Yangdinamakandidikanialahsuatupimpinanjasmanidanruhaniyangmenujupadakesempurnaan dan lengkapnya sifat-sifat kemanusian dalam arti yang sesungguhnya.” Konsep pendidikan yang integral dari konsep itu jika melihat dari sosio maupun historis. Ternyata konsep ini belum ditemukan dalam masyarakat Islam dimanapun bahkan Mohammad Natsir menilai bahwa pendidikan pada masyarakat Islam tidak sesuai dengan konsep pendidikan yang dicita-citakan Mohammad Natsir. Yaitu konsep pendidika integral, universal dan harmonis akan tetapi Konsep pendidikan yang ada ialah bersifat parokhial, diferensial, dikotomis, dan disharmonis. Kondisi tersebut menurut Mohammad natsir dampak dari dunia Islam yang sekian lama berada dalam kegelapan dan juga didominasi oleh pemikiran tasawuf dan berada dalam penjajahan barat yang cukup lama. [5]
Konsep pendidikan yang diungkapkan Natsir tidak dapat dilepaskan darimisinya untuk menyebarkan agama Islam, sebagai agama yang universal. Islam bukan sekadar ajaran tentang tata hubungan antara manusia dengan tuhan, melainkan lebih dari itu untuk memfikirkan pandangan hidup dan juga pegangan hidup. Yakni dikatan Universal bahwa dipahami Islam tidak mengenal batasan-batasan dalam suatu negeri maupun benua yang
dimahsud batasan bukan berarti Islam bebas dalam segi apapun, melainkan tidak ada pertentangan dalam ilmu baik ilmu itu yang bersumber dari barat maupun ilmu yang bersumber dari timur.
Sejatinya ilmu pengetahuan itu hanya dua instrumen yang dapat digunakan, menurut Mohammad Natsir yakni inderawi dan akal. Dengan indrawi diketahui ilmu yang bersifat konkrit, dan juga melalui akal agar terlihat ilmu itu bersifat metafisik. Dalam dua instrument pemikiran Mohammad Natsir mengenai sejatinya ilmu pengetahuan itu ia dapatakan melalui proses olah pikir mengkaji ayat-ayat Tuhan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.[6]
Untuk mengembangkan llmu pengetahuan menurut Mohammad Natsir ada beberapa kriteria yaitu secara sistematis dan komprehensifp diperlukan corak lembaga pendidikan yang lebih variatif, bisa berbentuk lembaga pendidikan keagamaan dan dapat pula berbentuk lembaga pendidikan umum. Maka dalam uraian Natsir perlunya proses tahapan agar seseuai dengan kemampuan dari peserta didik dengan proses tranformasi.[7] Maka dalam artian ini semua pendidikan itu penting tidak mengenal fanatik pendidikan yang dimahsud yaitu semua pendidikan itu sama jangan membedakan bahwasannya pendidikan mempunyai kaudrat yang harus di pelajari sehingga untuk ilmu yang lain tidak perlu untuk di ketahui. Karna sejatinya semua ilmu itu penting baik ilmu agama dan juga ilmu umum dan baik ilmu itu datangnya dari manapun. Maka dengan adanya penelitian konsep pendidikan Islam Mohammad Natsir untuk merelevansikan kurikulum pendidikan Islam pada saat ini.
Dasar pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir, memanglah eorang pendidik Islam harusnya di tanamkan sifat antagonisme (pertentangan) antara haq dan bathil karna sebagai suatu batsan mana yang baik atau bermanfaat bagi dirinya begitupun sebaliknya yang tidak manfaat atau banyak mudhorotnya. Dan seorang pendidik juga tidak baik jika terlalu besar antagonisme (pertentangan) antara Barat dan Timur , karna sejatinya semua imu itu datangnya dari Allah. Artinya semua yang haq akan kita terima, biarpun datangnya dari Barat, dan semua yang bathil akan kita singkirkan walaupun datangnya dari timur .
Peran dan fungsi pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir, peran sangatlah penting dalam pendidikan karna peran sebagai fungsi tatanan atau penguat. Tanpa adanya peran pasti suatu pendidikan tersebut tidak berjalan dengan baik, sedangkan pendidikan yang baik semestinya perlu peran yang kuat untuk mencapai tujuan yang menjadikan pendidikan tersebut berjalan seperti semestinya, begitupun dengan peran dan fungsi Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir:
Misi dari pendidikan islam yang sesungguhnya ialah unutk mengenalkan kepada sasaran. Agar mereka bisa mencapai pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani maka seorang pendidik harus mempunyai sifat memimpin dan mendidik sasaran dengan baik agar sesuai dengan kodrat seorang pendidik.
Tujuan pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir, tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya.ialah untuk membentuk insan yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, maju dan mandiri sehingga memiliki kekuatan ruhani yang tinggi agar tidak mudah dirusak oleh perangai apapun serta mampu beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Natsir mengatakan “bahwaapabilamanusiatelahmenghambakandirisepenuhnya kepada Allah, berarti ia telah berada dalam dimensi kehidupan yang menyejahterakan di duniadan membahagiakan di akhirat.” Artinya dalam menetapkan tujuan pendidikan Islam harusnya ingat posisi manusia sebagai ciptaan Allah yang terbaik dan sebagai khalifah di bumi. Dengan mengacu pada ayat Al Qur’an tentang sejatinya manusia diciptakan didunia, bahkan seluruh mahluk hidup yang ada di alam semesta memiliki hakikat bahwa tujuan hidupnya tidak lain hanya untuk mengabdi kepada penciptanya yaitu Allah swt, dengan ini tujuan kehidupan jelas sepeti dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an.
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ و َٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman:
اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
Artinya: Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31).
Kurikulum pendidikan Islam menurut MohammadNatsir,Natsir berpandangan “bahwauntukmencapaitujuanpendidikan tersebutsemestinya kurikulum pendidikandisusundan dikembangkan secara integraldengan mempertimbangkankebutuhanumumdan kebutuhankhusussesuaidenganpotensi yang dimilikioleh peserta didik,sehinggaakan tertanamsikap kemandirianbagi setiap peserta didik dalam menyikapirealitaskehidupannya. Dalam penyusunan kurikulum pendidikanyang integral harus memasukkantauhidsebagai dasarpendidikan.Melaluidasartauhidtersebut.Makaakan terciptaintegrasi pendidikanagamadanumum.Natsirselalumenekankanbahwasesungguhnyatidakadadikotomi antarapendidikanagamadenganpendidikanumum.Melainkankeduanyamemilikiketerpaduandankeseimbangan. Dalam salah satu tulisannya, Natsir.membagi keseimbangan antara pendidikan Islam yangmeliputi tiga hal, keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, keseimbangan antara badan danroh, keseimbangan antara individu dan masyarakat.Konsep pendidikan yang integral,harmonis,danuniversal tersebutoleh Nastir dihubungkan denganmisiajaranIslamsebagai agama yang bersifatuniversal. Menurutnya”, artinya Islam bukan hanya membangun hubungan dengan tuhan saja, melainkan Habluminannas. mengatur hubungan manusia dengan manusia. Yang di mahsud oleh Natsir ialah. Ia tidak mempertentangkan antara barat dan timur, tetapi ia mempertegas antara yang haq dan yang baṭil. Penolakannya terhadap sekularisme telah jelas, ia menyebutnya dengan istilah “netral agama”, dan ini adalah baṭil karena,mengenyampingkan nilai agama.[9]
Pemikiran Muhammad Nasir banyak berkenaan dengan pemikiran politik Islam. Akan tetapi Muhammad Nasir dalam kiprahnya sebagai seorang pemikir juga banyak memberikan ide-ide dan pemikiran dalam bidang pendidikan. Sebagai seorang muslim yang taat. Tokoh Muhammadiyah, Said Tuhuleley, pernah mencatat statement-nya pak Natsir yang terus menggoda fikirannya untuk jurnal UMY, yakni menyatukan masjid dan pesantren. “MenurutNatsirmenjadihambaAllahadalahtujuanhidupmanusiadiatasduniaini.Olehkarenaitu,tujuanpendidikanpuntiadalainadalahpencapaiankualitashambaAllah.Untukitu,tauhidharusmenjadidasarpendidikan Islam dan menjadi hamba Allahadalah cita-cita yang harus dicapai dalam proses pendidikan.”Mohammad Natsir memiliki pandangan bahwa Islam adalah agama tauhid, yang mana salah satu tujuan dari tauhid tesebut adalah menjauhkan manusia dari segala macam bentuk penghambaan kepada selain Allah. Sehingga jiwa manusia tersebut merdeka dari segala macam tuntutan-tuntutan yang berasal dari selain Allah. Selain itu tauhid merupakan sebuah landasan yang paling utama dan identitas bagi seorang muslim. Natsir berpendapat bahwa mentauhidkan Allah merupakan modal dasar bagi pendidikan. Yang mana mengajarkan tauhid dalam pendidikan
merupakan bentuk cinta seorang pendidik terhadap anak didiknya apabila dikaitkan dengan pendidikan, pemikiran Mohammad Natsir ini bertujuan untuk menanamkan ketauhidan pada peserta didik. Yang mana penanaman ketauhidan adalah menjadi tugas dari para Rasul dan juga Nabi-Nabi Allah swt. Tidak berlebihan jika konsep ketauhidan ini diletakkan oleh Muhammad Nastir pada konsep pendidikannnya. Apabila dikaji apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika pertamakali berdakwah, Rasul tidak mendakwahkan perintah sholat, puasa dan ibadah- ibadah lainnya. Akan tetapi pertamakali RasuluAllah berdakwah tentang masalah tauhid.
Ajaran tauhid menduduki tingkatan yang tinggi karena tauhid mengarahkan manusia pada kehidupan yang pasti yang dengan tauhid itu manusia dapat membangun hubungan yang baik antara manusia itu sendiri dengan Rabnya.
Pemikiran Natsir masalah yang tidak bisa ditolerir apabila menghilangkan tauhid dalam pendidikan. Meninggalkan tauhid merupakan salah satu pengkhianatan terhadap amanah Allah dan juga merupakan penghianatan terhadap peserta didik walaupun kita telah memberikan dan memenuhi kebutuhannya begitu pentingnya tauhid dalam dunia pendidikan bagi Natsir sehingga ajaran tauhid tidak bisa ditebus dengan pelajaran- pelajaran lain. Tauhid akan membebaskan manusia dari penyembahan kepada makhluk menjadi penyembahan hanya kepada Khaliq. Hilangnya tauhid dalam dunia pendidikan sama dengan penjerumusan peserta didik kepada sesuatu yang sangat menakutkan.
Kuirikulum tidak pernah berhenti.dalam dinamika pendidikan yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Kurikulum sebagai suatu perangkat membantu praktisi pendidikan untuk.memenuhi kebutuhan peserta didik yang nantinya diharapkan mampu sebagai agen perubahan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dinamika perkembangan kurikulum pendidikan Islam ini pada khususnya juga merupakan media bantu pendidik untuk melakukan tugas m,, engajarnya dalam memahamkan materi ajar peserta didik lebih cepat dan akurat.
Keberadaan kurikulum pendidikan Islam harus selalu dikembangkan sehingga akan menjadikan Institusi pendidikan Islam senantiasa diharapkan oleh semua pihak. Maka itu dapat ditilik adanya kurikulum yang mendasar dan yang menyentuh kebutuhan dasar, yaitu melihat kebutuhan vital masyarakat. Kurikulum pendidikan Islam menghindari adanya kurikulum yang tumpang tindih dari satu materi pelajaran ke materi pelajaran yang lainnya yang diberlakukan secara transparan atau umum akan menjadikan proses pembelajaran menjadi monoton dan dampakya peserta didik menjadi jenuh. Maka kurikulum pendidikan Islam harus dikembangkan lebih baik sebagai parameter kualitas dan tidaknya suatu pendidikan harus memiliki visi, misi, konsep dan tujuan yang jelas dan seimbang antara muatan teoritis dan praktis
Kurikulum pendidikan Islam mestinya untuk mencapai keberhasilan peserta didik tidak dalam ranah kognitif semata, karena hal ini akan melahirkan demoralisasi peserta didik, yakni kurangnya peserta didik dalam kompetensi kepribadian dan minimnya keterampilan yang membawa peserta didik selalu dalam ketergantungan hidupnya. kognitif berarti kemampuan rasional, afektif kemampuan dalam berperasaan, dan psikomotorik sebagai refleksi dan keterampilan fisik harus diseimbangkan sedemikian rupa, sehingga cipta, rasa, dan karsa benar-benar dapat dinikmati oleh peserta didik pada khususnya dan masyarakat umumnya.
Konsep pemikiran Mohammad Natsir tentang pendidikan Islam, sejatinya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan perlunya dua instrumen, yakni inderawi dan akal. Melalui inderawi, akan dapat diketahui ilmu yang bersifat konkrit, sedangkan melalui akal, akan dapat diketahui ilmu yang bersifat metafisik.
Landasan Mohammad Natsir tentang pendidikan Islam yang integral dan harmonis adalah hasil dari ijtihad dan renungan yang digali Mohammad Natsir dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pendidikan integralistik yang dikemukakan oleh Mohammad Natsir adalah berdasarkan tauhid, agar manusia tetap segi sikap dan perbuatan. Konsep yang dipegang oleh Mohammad Natsir, bahwa kemajuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam tidaklah diukur dengan segala kepentingan duniawi saja, karna sejatinya manusia diciptakan tidak lain untuk menghambakan diri kepada Allah swt. Maka dalam pemikiran Mohammad Natsir sampai dimana kehidupan duniawi memberikan asset untuk kehidupan di akhirat kelak. Semua sistem pendidikan harus berdsarkan dengan Islam termasuk sistem pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah, muamalat. Hal ini bermakna bahwa semuanya harus mengacu pada sumber utama syari’at Islam yaitu Al-Qur’an dan sunnah.