This quantitative study examines the influence of Market Value Added, Economic Value Added, Earnings Per Share, and Operating Cash Flow on property stock returns in the Indonesian stock exchange. The research focuses on a sample of 27 property companies for the period 2017-2020, selected from a population of 54 companies. Multiple regression analysis using Eviews version 9 is employed as the analytical method. The findings indicate that Market Value Added, Economic Value Added, and Earnings Per Share do not significantly affect stock returns. However, Operating Cash Flow demonstrates a significant impact on stock returns. Additionally, when considered together, Market Value Added, Economic Value Added, Earnings Per Share, and Operating Cash Flow collectively exhibit a significant influence on property stock returns. This study provides valuable insights for investors, analysts, and policymakers in understanding the determinants of stock returns in the property sector, offering implications for decision-making and investment strategies in the Indonesian stock market.
Highlights:
Keywords: Market Value Added, Economic Value Added, Earnings Per Share, Operating Cash Flow, property stock returns
Motivasi investor dalam berinvestasi adalah memanfaatkan kelebihan dana yang dimiliki saat ini dengan mengalokasikan ke suatu hubungan bisnis demi mendapat timbal balik atau return dalam bisnis tersebut dimasa mendatang. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) serta pengaruh inflasi setiap tahun yang mengakibatkan tergerusnya nilai mata uang.
Berinvestasi dapat kita lakukan melalui beragam sarana, salah satunya yakni berinvestasi di pasar modal yaitu sarana transaksi jual beli kepemilikan saham antara pihak perusahaan dan pihak investor untuk sama-sama mencari keuntungan. Dalam setiap tahun return yang didapat dari suatu perusahaan bervariasi dan fluktuatif, jadi diperlukan adanya tindakan atau kajian-kajian mengenai fenomena tersebut.
Return saham sangat berkaitan dengan harga saham sehingga harga saham dalam pasar modal di Indonesia sangat fluktuatif karena akan mengalami pergerakan arah dari waktu ke waktu selama jam perdagangan di Bursa Efek Indonesia dibuka. Kondisi masing-masing perusahaan akan memiliki pengaruh dengan pergerakan arah harga sahamnya, maka dari itu setiap saham memiliki pergerakan harga yang berbeda-beda [1].
[2], menyatakan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang pesat serta tuntutan oleh pasar dunia, sehingga para ahli terdorong untuk mengembangkan hingga menemukan alat ukur yang bisa menilai kinerja persahaan yang lebih tepat dan terpercaya untuk mengukur nilai intrinsik suatu perusahaan, maka dari itu konsultan Stern Steward Management Service di Amerika Serikat memperkenalkan konsep Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA) sebagai alat ukur untuk menilai suatu kinerja keuangan dan pasar yang dapat mengatasi kelemahan dari metode akuntansi tradisional (rasio keuangan). Market value added (MVA) merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai [3].
Economic value added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai tambah dari suatu kegiatan investasi [4]. EVA dalam suatu perusahaan menjadi indikator tambahan nilai dari semua aktivitas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai serta memangkas kegiatan yang kurang efektif sebab EVA menggambarkan perkembangan nilai yang sebenarnya terjadi diperusahaan.
Earning per share (EPS) merupakan tingkat keuntungan yang didapat pemegang saham dalam setiap lembar saham yang dimilikinya [5]. Semakin banyak jumlah investor yang membeli saham maka perusahaan akan mengalami peningkatan harga saham, dan akan memberikan return saham yang tinggi.
[6], Operating cash flow (OCF) merupakan aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Laporan arus kas juga merupakan informasi yang terkait dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas operasi, memperluas kapasitas operasinya hingga memenuhi kewajibannya dan membayar dividen. Perusahaan yang mempunyai arus kas operasi yang tinggi berarti mempunyai nilai perusahaan yang tinggi sehingga akan berpotensi meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut.
A. Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Return saham
Menurut [7], Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca.Penelitian untuk menguji hubungan antara MVA dengan return saham telah selesai dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti [8], dengan hasil bahwa MVA berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan penelitian dari [9], menyimpulkan MVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham
Menurut [10], Economic Value Added (EVA) merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi di mana laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam perhitungan EVA biaya ini dikeluarkan.Penelitian yang dilakukan untuk menguji hubungan antara EVA dengan return saham telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti, seperti [11], yang menyimpulkan EVA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, namun penelitian dari [12], menyimpulkan EVA secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return Saham.
3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap return saham Return saham
Earning per share (EPS) adalah Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham [13]. Penelitian untuk menguji hubungan antara EPS dengan return saham telah selesai dilaksanakan oleh beberapa peneliti, seperti [14], yang menyimpulkan EPS berpengaruh positif terhadap Return Sahamnamun penelitian dari [15], menyimpulkan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
4. Pengaruh Operating Cash Flow (OCF) terhadap return saham Return saham
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.2, paragraph 13) menyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.Penelitian untuk menguji hubungan antara OCF dengan return saham telah selesai dilaksanakan oleh beberapa peneliti, seperti [16], menyatakan OCF berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, sedangkan penelitian dari [17], menyimpulkan OCF tidak berpengaruh terhadap return saham.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisis data dengan bentuk angka yang dipusatkan pada pengujian hipotesis. Penelitian ini dilakukan melalui studi kausal komparatif (causal-comparative research), yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih [18]. Data yang digunakan dalam penelitihan ini adalah data sekunder yaitu sumber data penelitihan yang diperoleh peneliti secara tidak langsung tetapi melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan properti tahun 2017 – 2020 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
A. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Return saham yaitu tingkat timbal balik atas instrumen investasi modal yang telah ditanamkan yang dinyatakan dalam satu periode atau tingkat persentase tahunan,
B. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel independen adalah market value added (MVA), economic value added (EVA), earning per share (EPS) dan operating cash flow (OCF).
C. Lokasi Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah saham-saham properti yang terdaftar pada bursa efek Indonesia Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
D. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk diteliti dan digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan. Dalam penelitian ini data populasi yang digunakan adalah perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2020.
Sedangkan sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel yang dipilih berdasarkan karakteristik tertentu atau pertimbangan tertentu oleh peneliti. Kriteria-kriteria pemilihan sampel saham properti adalah sebagai berikut ini :
E. Jenis, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diperoleh dari dokumen Bursa Efek Indonesia (BEI) Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Sidoarjo periode 2017-2020.
Pengumpulan data yang pertama melalui teknik studi pustaka yakni dengan merangkum data – data teori permasalahan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Data tersebut digunakan sebagai landasan teori yang digunakan untuk menjaga keilmiahan penelitian.
Pengumpulan data yang kedua yakni dengan cara mengumpulkan, mencatat, serta mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2020 melalui Galeri Investasi dan Bursa Efek Indonesia di Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
F. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis data adalah proses penyerdehanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi linier berganda dengan menggunakan analisis data Eviews dengan langkah sebagai berikut.
Y_it = β_0 + β1 X_(1,it) + β2 X_(2,it) + β3 X_(3,it) + β4 X_(4,it) + ε_it
Keterangan:
Y_it = Return Saham
i = Perusahaan
t = Waktu / Tahun
β_0 = Intersep
β_1, β_2, β_3, β_4 = Slope untuk maing-masing variabel
X_(1,it) = Market Value Added
X_(2,it) = Economic Value Added
X_(3,it) = Earning Per Share
X_(4,it) = Operating Cash Flow
ε_it = Residual
Tingkat signifikansi yang dipakai dalam penelitian adalah sebesar 5% maka tingkat signifikansi 0,05 untuk menolak suatu hipotesis.
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut :
1.Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak. Hipotesis ditolak mempunyai arti bahwa variabel tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2.Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka hipotesis tidak dapat ditolak. Hipotesis tidak dapat ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
A. Deskriptif Statistik
Dilakukannya analisis deskriptif statistik adalah bertujuan untuk memberikan gambaran data berdasarkan nilai rata – rata (mean), strandart deviasi, nilai maksimum dan minimum dari masing-masing variabel penelitian. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberi informasi mengenai variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti seperti MVA, EVA, EPS, OCF dan Return Saham yang di sajikan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil pengolahan data tabel diatas dapat diketahui bahwa:
B. Hasil Regresi Linier Berganda
1. Regresi Data Panel
Metode dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Diperoleh dari data gabungan data cross section (N) yaitu ada 10 perusahaan dan time series (t) yaitu ada 4 tahun. Sehingga terdapat 40 data observasi.
a. Uji Spesifikasi Model dengan Uji Chow
Untuk menentukan metode yang terbaik antara model common effect atau model fixed effect, akan ditentukan dari probability Cross-section yang diperoleh dari uji chow. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : Model Common Effect
H1 : Model Fixed Effect
Penjelasan dari hipotesa ini adalah Ho : jika Probability Cross-section > 0,05, Ho diterima dan digunakan analisis regresi common effect model. H1 : jika Probability Cross-section < 0,05, Ho ditolak dan H1 diterima sehingga menggunakan analisis data panel fixed effect model.
Pada tabel 5, uji chow yang telah dilakukan mendapatkan nilai Probability Cross-section sebesar 0.8958. Nilai ini > 0,05, yang berarti Ho diterima dan H1 ditolak, maka akan menggunakan analisis data panel common effect model. Sehingga dilanjutkan dengan uji lagrange multiplier untuk memilih antara common effect model dan random effect model.
b. Uji Spesifikasi Model dengan Lagrange Multiplier.
Untuk menentukan metode yang terbaik antara model common effect atau model random effect, akan dilihat nilai Probabilitas Breusch-Pagan yang diperoleh dari uji lagrange multiplier. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho : Model Common Effect
H1 : Model Random Effect
Penjelasan dari hipotesa ini adalah Ho : jika nilai Probabilitas Breusch-Pagan > 0,05, Ho diterima dan akan menggunakan analisis regresi common effect model. H1 : jika nilai Probabilitas Breusch-Pagan < 0,05, Ho ditolak dan H1 diterima sehingga menggunakan analisis data panel random effect.
Pada tabel 6, uji lagrange multiplier ini mendapatkan nilai probabilitas sebesar 0.1773. Nilai ini > 0,05, hal ini berarti Ho diterima, maka menggunakan analisis data panel common effect model.
2. Regresi Linier Berganda
Teknik analisis regresi linier berganda digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain.
Dari model common effect ini, didapatkan persamaan sebagai berikut :
Y_it = β_0 + β1 X_(1,it) + β2 X_(2,it) + β3 X_(3,it) + β4 X_(4,it) + ε_it
Dari rumus di atas diperoleh persamaan untuk regresi linier berganda berdasarkan analisis yang dilakukan yaitu:
Y = -0.120784 + 3.27X1 + 2.04X2 - 0.000602X3 + 0.001877X4
Dari persamaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah residual data atau variabel pengganggu dalam penelitian memiliki distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-Bera dengan membandingkan nilai probabilitas dengan ∝ = 0,05.
Data residual berdistribusi normal apabila nilai probabilitas > 0,05. Hasil pengujian pada Gambar 4.1 terlihat besarnya nilai probabilitas sebesar 0,482530 dimana nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 0,05, maka model yang dibuat telah berdistribusi normal.
2) Uji Multikolieritas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang kuat antara variabel independen, sedangkan model yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Multikolinearitas terjadi jika korelasi anatara dua variabel nilainya > 0,8. Berdasarkan tabel 4.7 di atas nilai Correlation antara MVA, EVA, EPS dan OCF < 0,8, maka tidak terjadi multikolinieritas.
Uji multikolinearitas ini juga dapat diidentifikasi dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10 dan besarnya nilai tolerance > 0,1 maka dapat dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas [19].
Berdasarkan Tabel 9, diperoleh nilai VIF semua variabel lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, sehingga dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji gletser dengan hipotesisis:
H0 : Tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam regresi
H1 : Terjadi gejala heteroskedastisitas dalam regresi
Keputusan yang diambil adalah jika nilai signifikan lebih besar 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya jika nilai signifikan lebih kecil 0,05 maka H0 ditolak.
Berdasarkan tabel diatas maka keputusannya adalah H0 diterima karena nilai probability > 0,05 sehingga tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Tujuan uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu.
Pengambilan keputusannya apabila nilai Durbin-Watson terletak diantara DU dan 4-DU artinya tidak terjadi Autokorelasi. Berdasarkan tabel di atas nilai DW= 2.231025, k=4, obs=40, DL=1.2848, DU=1.7209, 4-DL=2.7152, 4-DU=2.2791, maka diperoleh hasil DU < DW < 4-DU sehingga tidak terjadi autokorelasi.
D. Uji Ketetapan Model
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menjelaskan kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikat.
Berdasarkan hasil analisis nilai koefisien Adjuted = 0.165991 atau 16,6% dapat disimpulkan bahwa variabel MVA, EVA, EPS dan OCF secara simultan mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap return saham sebesar 16,6% sedangkan sisanya sebesar 83,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Uji F (Simultan)
Bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Berdasarkan hasi perhitungan analisis regresi untuk pengujian pengaruh MVA, EVA, EPS dan OCF terhadap Return Saham, didapatkan nilai F_hitung > F_tabel (2.940527 > 2,64) dengan nilai probabilitas 0.033930 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Market Value Added (MVA) Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS) Operating Cash Flow (OCF) berpengaruh signifikan terhadap Return Saham.
3. Uji T (Parsial)
Untuk menegetahui apakah MVA, EVA, EPS dan OCF secara partial memiliki pengaruh signifikan terhadap Return Saham
Pengujian uji t menggunakan taraf siginifikansi sebesar 5%. Untuk t tabel yang diperoleh yaitu sebesar 2.03011 nilai tersebut dapat dilihat pada tabel nilai t dengan probabilitas 0,05. Bila nilai probabilitas t > 0,05 dan < maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dan jika nilai probabilitas t < 0,05 dan > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Dimana: H0 = Variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
H1 = Variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hasil tabel di atas maka dapatkan hasil sebagai berikut
1. Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Return saham.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Return saham diperoleh t_hitung < t_tabel (0.650706 < 2.03011) dengan nilai signifikansi 0.5195 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Market Value Added (MVA) terhadap variabel Return saham. Tanda positif yang ditunjukkan pada koefisien variabel MVA menunjukkan hubungan searah antara MVA dan Return saham. Semakin besar nilai MVA, maka nilai Return saham juga akan semakin besar.
Market value added (MVA) merupakan indikasi kemakmuran pemegang saham yang dapat dimaksamalkan dengan cara memaksimumkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan diatas nilai modal yang disetor pemegang saham, serta mencerminkan seberapa jauh kemampuan perusahaan mengalokasikan dana. Analisis return saham dengan menggunakan Market value added (MVA) jika alokasi dana perusahaan itu dapat terkendali sehingga mendapat arus kas bersih yang besar maka return saham yang didapat semakin tinggi, ini menandakan bahwa Market value added (MVA) berhubungan dengan return saham. Nilai MVA yang kecil menunjukkan tidak maksimalnya nilai modal pemegang saham yang dikelola, serta dapat disimpulkan pihak manajemen tidak mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan [8], yang menyatakan bahwa Market value added tidak pengaruh signifikan terhadap Return saham. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan [9], yang menyatakan bahwa Market value added pengaruh signifikan terhadap Return saham.
2. Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return saham.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh Economic Value Added (EVA) diperoleh t_hitung < t_tabel (0.054995 < 2.03011) dengan nilai signifikansi 0.9565 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham. Tanda positif yang ditunjukkan pada koefisien variabel EVA menunjukkan hubungan searah antara EVA dan Return saham. Semakin besar nilai EVA, maka nilai Return saham akan semakin besar.
Economic Value Added (EVA) adalah perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modalnya, sehingga EVA ditentukan oleh dua hal yaitu keuntungan operasional bersih setelah pajak dan tingkat biaya modal. Dimana, laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) didalam perusahaan. Sehingga penciptaan nilai yang tinggi di dalam perusahaan dapat menguntungkan para pemegang saham karena berkemungkinan besar mereka akan mendapatkan Return saham dari laba atas investasi yang mereka lakukan, dan sebaliknya bila penciptaan nilai yang rendah dapat merugikan investor karena besar kemungkinan mereka tidak mendapat Return saham dari laba dalam bentuk dividen hingga capital gain dari modal yang di investasikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan [11], yang menyatakan bahwa Economic Value Added tidak pengaruh signifikan terhadap Return saham. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan [12], yang menyatakan bahwa Economic Value Added pengaruh signifikan terhadap Return saham.
3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh Earning Per Share (EPS) diperoleh t_hitung < t_tabel (-0.729901 < 2.03011) dengan nilai signifikansi 0.4703 > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham. Tanda negatif yang ditunjukkan pada koefisien variabel EPS menunjukkan hubungan terbalik antara EPS dan Return saham. Semakin besar nilai EPS, maka nilai Return saham akan semakin kecil.
Earning Per Share adalah perbandingan kemampuan perusahaan dalam perolehan laba untuk setiap lembar saham yang beredar. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan atau disebut Return saham dari dividen bagi investor. EPS menggambarkan prospek keuntungan perusahaan di masa depan. Jika laba perlembar saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba perlembar saham lebih rendah, berarti kurang baik, dan laba perlembar saham negatif berarti tidak baik. Oleh karena semakin besar nilai EPS maka laba pemegang saham akan semakin besar dan sebaliknya nilai EPS yang rendah dapat merugikan investor karena besar kemungkinan mereka tidak mendapat laba atau Return saham dari dividen hingga capital gain dari modal yang di investasikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan [14], yang menyatakan bahwa Earning Per Share tidak pengaruh signifikan terhadap Return saham. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan [15], yang menyatakan bahwa Earning Per Share pengaruh signifikan terhadap Return saham.
4. Pengaruh Operating Cash Flow (OCF) terhadap Return saham.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh Earning Per Share (EPS) diperoleh t_hitung > t_tabel (2.520338 > 2.03011) dengan nilai signifikansi 0.0164 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa OCF berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham. Tanda positif yang ditunjukkan pada koefisien variabel OCF menunjukkan hubungan searah antara OCF dan Return saham. Semakin besar nilai OCF, maka nilai Return saham juga akan semakin besar.
Operating Cash Flow (OCF) merupakan laporan arus kas masuk dan arus kas keluar dari perusahaan selama satu periode. Laporan arus kas menyediakan informasi yang berguna terkait kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas operasi, mempertahankan dan memperluas kapasitas operasinya memenuhi kewajiban keuangannya dan membayar dividen yang merupakan Return saham bagi investor. Nilai OCF yang tinggi menggambarkan perusahaan yang sehat dan mampu membayar kewajibannya tepat waktu dan bagi investor merupakan kesempatan untuk memperoleh Return saham dari dividen dari nilai OCF yang tinggi, sebaliknya nilai OCF yang rendah mengindikaskan perusahaan dalam masalah keuangan dan tidak ada kesempatan mendapat Return saham dari dividen bagi investor.
Hasil penelitian ini sejalan dengan [16], yang menyatakan bahwa Operating Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap Return saham. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan [17], yang menyatakan bahwa Operating Cash Flow tidak pengaruh signifikan terhadap Return saham.
5. Pengaruh Market Value Added (MVA), Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Operating Cash Flow (OCF) terhadap Return saham.
Berdasarkan hasil uji analisa regresi berganda pada pengujian pengaruh Market Value Added (MVA), Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Operating Cash Flow (OCF) terhadap Return saham dengan memnggunakan model common effect diperoleh nilai > (2.940527 > 2,64) dengan nilai probabilitas (signifikansi) 0.033930 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Market Value Added (MVA), Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Operating Cash Flow (OCF) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan properti di Indonesia pada tahun 2017 -2020. Market Value Added (MVA), Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Operating Cash Flow (OCF) secara simultan mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap return saham sebesar 16,6% sedangkan sisanya sebesar 83,4% dipengaruhi oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian mengenai “Pengaruh Market Value Added (MVA), Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), Operating Cash Flow (OCF) terhadap Return saham”, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pada pengujian pengaruh MVA, EVA, EPS dan OCF secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan nilai > (2.940527 > 2,64) dengan nilai probabilitas (signifikansi) 0.033930 < 0,05. Sedangkan besarnya pengaruh secara simultan dapat dilihat dari nilai koefisien Adjuted = 0.165991 atau 16,6%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa MVA, EVA, EPS dan OCF secara simultan mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap return saham sebesar 16,6% sedangkan sisanya sebesar 83,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.