Abstract

This study aims to describe the content analysis of editorials in the bhirwa newspaper (a descriptive study of the content analysis of editorials in the bhirawa newspaper about political news in the month of October 2019). This research uses content analysis theory which focuses on pragmatic and semantic analysis. The research method used is qualitative content analysis. The research data was obtained by documenting every political news in the daily editorial of Bhirawa. The results of this study stated that the editorial on the daily political news of Bhirawa in the period of October 2019 mostly highlighted the failure of government agencies, except for the Indonesian National Army or TNI agencies which were reported to have a populist attitude. This indicates that in the 2019 presidential election, Bhirawa daily supported one candidate with a military background. Semantically, the reporting carried out by Bhirawa can be interpreted that the incumbent presidential candidate still has many problems in his leadership, except for the TNI. This can be interpreted that the neutrality of newspapers in overseeing government policy issues is not completely neutral

Pendahuluan

Pers maupun surat kabar merupakan salah satu kekuatan sosial atau ekonomi yang berperan penting dalam aspek kehidupan masyarakat.[1] pers mempunyai peran sebagai media informasi, hiburan, pendidikan, dan kontrol sosial. Konrol sosial tersebut dapat berupa keikutsertaan rakyat dalam pemerintaan sehingga media harus netral dalam melakukan pemberitaan.

Surat kabar juga membutuhkan sebuah rencana untuk penyajian fisiknya, sehingga dapat mengikat perhatian, menarik perhatian serta menimbulkan kesan. Surat kabar yang ada hadir pada saat ini bermacam-macam jenis, bentuk, kelas ekonomi serta penekanan isi dan sebagainya, oleh karena itu surat kabar adalah media massa yang utama untuk mendapatkan sutau berita atau informasi. Surat kabar juga media pilihan untuk menampikan banyak iklan dibandingkan media lainya.

Kemudian pengertian dari tajuk rencana itu sendiri adalah tulisan secara panjang untuk memberikan kesempatan kepada penulis dan menganalisis serta menguraikan permasalahaan yang ingin di ungkapkannya, oleh sebab itu tajuk rencana bisa, ,mendukung, mengkritik, menanggapai juga bahkan bisa mencela keputusan yang di ambil oleh atasan atau penguasa yang timbul di dalam kehidupan masyarakat. Tajuk rencana yang baik adalah harus memberikan masukan atau pemikiran untuk membahas suatu permasalahan dan mempunyai wawasan yang sangat luas yang bisa memprediksi masa depan. Tajuk rencana adalah merupakan karangan pokok dalam penerbitan pers, oleh sebab itu bisa di definisakan visi maupun opini penerbitan pres yang bersangkutan dan membawakan penerbitan pres itu sendiri[2].

Bagian yang lebih mudah untuk memahami tulisan tajuk rencana adalah seseorang redaksi atau wartawan harus dituntut untuk menguasai bahasa jurnalistik serta mencerna tulisan atau ejaan bahasa indonesia yang terdapat di tajuk rencana atau bahkan bisa dikatakan sebagai catatan redaksi, dimana tajuk rencana merupakan pandangan, sikap atau pendapat penerbit yang dibicarakan terhadap masalah yang sedang terjadi di masyarakat pada saat itu juga, sedangkan untuk menulis tajuk rencana harus melihat kondisi atau situasi tertentu. Kejadian dalam pemberitaan juga bisa di pengaruhi peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Tajuk rencana juga bisa menggambarkan pandangan hidup dari penerbitnya serta tidak bisa mengupas kejadian atau peristiwa yang berlangsung cukup lama.

Bahwa surat kabar yang ada di indonesia menafsirkan tajuk rencana sama seprti halnya mahkota karangan yaitu posisinya sangat menentukan meskipun hanya simbol. Tajuk rencana ingin selalu menampilkan warna yang sama yakni kritis. Oleh karena itu tajuk berita dalam penyampaian pendapatnya sangat bermacam-macam terkadang seperti menyerang, menegur, mencela, menyalahkan, terkadang sebaliknya bersifat menghibur dengan kata kata yang bijak serta membujuk ataupun mendukung. Sebuah tajuk rencana yang baik adalah memuat hal-hal pernyataan masalah tentang pokok atau topik yang mempunyai alasan mengapa hal ini cukup penting dalam penyajian fakta fakta yang bersngkutan dengan topik. pernyataan sikap yang di ambil terhadap topik tersebut mengevaluasi terhadap mereka yang mengambil sikap yang lain, pernyataan alternatif lain, pembuatan perbandingan atau anologi dengan isu-isu atau topik-topik yang lain, dan pada akhirnya kesimpulan[3].

Secara umum berita politik menyangkut peristiwa di sekitar masalah- masalah ketatanegaraan atau berita yang menyangkut kegiatan politik yang menyangkut segala hal yang berkaitan dengan negara dan urusan pemerintahan. Berita politik ini sangat diminati di karenakan selalu ada yang menyentuh kehidupan pribadi, serta ada hubungan emosional antara seseorang dengan keputusan politik adapun rasa keadilan dengan menyentuh hati dan sifat-sifat yang berkitan dengan perkembangan poitik di sutau negara, bahkan dunia. Terlebih berita politik dalam demokrasi akan menjadi penikmat berita bagi kebutuhaan akan peduli nasib depan bangsa dan negara. Kebijkan-kebijakan hampir menyentuh semua aspek dalam kehidupan. Politik disini juga bisa di artikan sebagai usaha manusia untuk menata kehidupan rakyat. Demi suatu negara untuk mencapai sebuah cita cita dan tujuan bersama. pemerintahan yaitu serta nasib dan hidup bangsanya. Berita yang penulis gunakan yaitu untuk mengetahui tentang analisis isi tajuk rencana pada surat kabar bhirawa tentang berita politik di bulan Oktober 2019.

Dalam hal ini penulis memilih media cetak harian Bhirawa merupakan nama surat kabar yang telah terbit di Surabaya dengan pangsa pasar di kalangan birokrasi, sedangkan pandangan rakyat Birokrasi adalah semboyan harian pagi yang mempunyai titik awal dari Kodam V/Brawijaya yang mempunyai salah satu pimpinan yang bernama Kol. Muhammad Said, beliau juga mendirikan Bhirawa sebagai bacaan wajib bagi keluarga besar kodam V/Brawijaya. Selain menjadi pimpinan intelijen di kodam V/Brawijaya. Muhammad Said juga menjabat ketua DPRD se- Jawa Timur dalam periode 1971-1974. Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua DPD Golkar se Jawa Timur pada era 1980-1990 an. Posisi Muhammad Said ini adalah sebagai poltisi Golkar dalam mencetak surat Harian Bhirawa yang di jadikan sebagai alat politik Golkar. Karena Bhirawa lebih membahas tentang berita politik yang lebih condong ke pemerintaan. Bagi pembaca Suratkabar Bhirawa tidak lagi hanya sebagai keluarga besar Kodam V/Brawijaya, akan tetapi menjadi kalangan eksekutif pemerintahan se-Jawa Timur yang dapat dilihat dari perkembanganya yang mengalami peningkatan yang cukup segnifikan beberapa tahun trakhir ini. Sebagai media yang tergolong cukup besar. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menganalisis pemberitaan di suratkabar Bhirawa tentang berita politik. Ditinjau dari aspek penggunaan bahasa jurnalistik[4].

Harian Bhirawa saat ini menjadi koran dengan basis pemberitaan lingkungan pemerintaan dalam skla regional atau provinsi Jawa Timur.Harian bhirawa merupakan surat kabar yang terbit setiap hari kerja pemerintah dengan fokus pada pemberitaan diseputar birokrasi dan kebijakan publik di Jawa Timur. Harian bhirawa diterbitkan dan berkantor pusat di Surabaya dengan wilayah edar meliputi seluruh wilayah Jawa Timur dan Ibu Kota Jakarta serta di wilayah strategis lain. Harian memiliki segmen pembaca yaitu birokrat atau PNS, Politisi dan masyarakat yang peduli pada birokrasi dan kebijakan publik.

Harian bhirawa diterbitkan dalam platform surat kabar cetak kemudian dikembangkan dalam bentuk e-paper untuk mendapatkan pembaca yang lebih luas dan mudah diakses dari manapun pembaca bhirawa berada Masyarakat semakin bebas untuk memilih media yang dikehendakinya. Mengakui keputasan untuk menjadi koran pendukung pemerintah memang tidaklah keputusan populer bagi bhirawa, karena tidak terlihat sebagus koran yang melakukan kritik. Karena masyarakat saat itu senang dengan pemberitaan yang cenderung mengkritik pemerintah. Pada momen itulah manajem harian bhirawa melihat pansa pasar di birokrasi, karena bagaimana pun pemerintah juga berhak mendapatkan porsi yang sama dalam sebuah pemberitaan. Saat upaya menjajaki pangsa pasar baru, harian bhirawa mulai terus memberitakan masalah-masalah yang ada, mulai politik maupun birokrasi dengan cara yang berkembang. Artinya tetap ada kritik, namun juga ada hak jawab dari para birokrat maupun politikus. Harian bhirawa sudah menemukan pangsa pasar baru dan memiliki prospek bagus, saat itulah muncul ide untuk membuat motto yang intinya koran ini harus menanmpung aspirasi masyarakat harus diteruskan kepada pemerintah.

Berharap kedepan harian bhirawa terus menyajikan pemberitaan yang berkualitas, sehingga koran ini bisa menyampaikan informasi baik kepada masyarakat maupun para birokrat. Media ini terbit sebagai bentuk partisipasi seluruh awak bhirawa bagi Jawa Timur yang lebih baik. Ditulis dalam bahasa yang ringkas, jelas, enak, inspiratif dan dapat memberikan informasi yang objektif dan menghindari tulisan yang propokatif, fitnah dan memihak. Hasil jeri payah ini harus berdampak pada kebijakan publik, sementara awak bhirawa ini sendiri menikmati kesejahteraan yang lebih baik dan semakin baik.

Sebagai koran yang berfokus pada pemerintahan, pemberitaan harian bhirawa hendaknya netral. Netralitasi berita bhirawa dalam penelitian ini dibedah menggunakan analisis isi selama periode Pilpres 2019. Analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak[5]. Sedangkan[6] analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang di ambil tidak menggunakan data matematis ataupun rumusan statistik. Namun peneliti hanya mengungkapkan dan memerangkan, serta menterjemahkan pesan yang disampaikan untuk masyarakat atau khalayak[7]. Analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa gambar, teks, simbol, dan sebagainnya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Dalam analisis isi media kualitatif semua jenis data atau dokumen yang dianalisis lebih cenderung disebut dengan istilah“text “apapun bentuknya simbol, gambar bergerak, tanda dan sebagainnya atau dengan kata lain yang disebut dokumen dalam analisis isi kualitatif adalah wujud dari representasi simbolik yang dapat di dokumentasikan / direkam atau disimpan untuk dianalisis. Analisis isi media kualitatif ini merujuk pada metode analisis yang integratief dan lebih secara konseptual untuk, mengidentifikasi, menemukan, menganalisis dan mengolah dokumen untuk memahami makna, signifikasi, dan relevansinya[8]. Dalam objek penelitian ini mengambil media cetak yang berupa suratkabar Bhirawa sebagai tempat penelitian. Hal ini di karenakan surat kabar bhirawa merupakan surat kabar yang membahas tentang berita politik yang lebih condong ke pemerintahaan yaitu dalam kurun waktu di bulan Oktober 2019[9]. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder yang diperoleh dari koran bhirawa kurun di bulan Oktober 2019. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mendokumentasi seluruh materi yang ada pada tajuk rencana tentang berita politik yang menjadi populasi dari penelitian ini. Setelah data sudah terkumpul, kemudian penulis akan menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode analisis isi (Conten Analisy ) yang bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah di pahami serta dibaca dan diinterprestasikan[10]

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian Pada bulan Oktober 2019 terdapat 16 tajuk dengan rincian 10 tajuk berita politik dan 6 berita umum tentang publik. Hal ini menunjukkan bahwa harian bhirawa konsen pada berita politik, mengingat pada bulan Oktober 2019 ada pesta politik di Indonesia yakni Pemilu legisltif dan Pemilihan Presiden ( Pilpes). Dengan menggunakan analisis pragmatis dan analisis sematik . Ditemukan hasil :

Analisis Pragmatis

Dalam kurun waktu Oktober 2019 ada 16 tajuk dan 10 berita politik untuk sisanya 6 tajuk berita umum. Dalam analisis pragmatis harian bhirawa dalam kurun waktu di bulan Oktober 2019 menunjukkan bahwa pemerintahan saat itu mengalami masalah yang mengacu pada instansi-instansi pemeritahaan baik di bidang politik, ekonomi dan sosial. Instansi yang terkait pada pemberitaan ini ada banyak, misalnya DPR, DPD, DPRD, MPR, kepolisian, TNI dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak instansi yang disebutkan harian bhirawa di bulan Oktober 2019 mengacu pada instansi DPR dan kemiliteran yaitu TNI. Karena diantara pembahasan pembahasan pada harian bhirawa yang menyangkut instansi lebih mengarah dan mendukung TNI. Netralitas pers bahwa pers harus netral, yang sesuai dengan Undang- undang No. Populisme yang didasari oleh politik identitas adalah wajar dalam memperjuangkan kemenangan dalam suatu persaingan politik, khususnya pada momen pemilu.Sebagaimana yang dinyatakan dalam konsep strategi orientasi politik, faktor budaya seperti agama, sosial, dan latar belakang sejarah, bentuk komunikasi tertentu, dan semacamnya, harus diperhitungkan dalam penyusunan strategi pemenangan pemilu. Populisme yang didasari oleh politik identitas adalah bagian dari strategi tersebut. Politikus yang mencalonkan diri untuk menjadi pejabat menggunakan secara luas berbagai media massa untuk tujuan persuasif. Pada pemerintahaan saat itu terjadi banyak problematika dan beberapa pencapaian yang dirasakan masyarakat Indonesia.Dalam harian bhirawa ini begitu banyak kendala yang dihadapi presiden dan wakil presiden beserta mentri dan jajarannya. Didalam berita tersebut dalam kurun Oktober 2019 perna disebutkan pemerintah saat itu mengalami kegagalan dalam pemberian seragam gratis pada masyrakat yang tidak mampu dalam segi perekonomian. Tidak hanya itu, kegagalan lain yang dirasakan saai itu adalah terjadinya pemangkasan regulasi karena tidak sesuainya peraturan yang dibuat dengan kriteria yang diinginkan.

Analisis Semantik dengan hasil

Dalam analisis semantik harian bhirawa di bulan Oktober 2019 menunjukkan makna yang memfokuskan pada kata menggugat dan berharap DPR baru. Makna menggugat adalah mendakwa, mengadukan perkara yang terjadi atas penerimaan putusan peradilan terhadap masyrakat mau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau kebijakkan yang di ambil dari seorang pemimpin. Oleh karena itu DPR di harain harian bhirwa menjadi topik pembahasan dan yang paling banyak disebutkan karena dapat dinyatakan bahwa DPR membuat ulah di masyrakat. Sehingga disini banyak masyrakat yang mengadakan unjuk rasa sampai dikalangan pelajar.Terdapat pasangan calon yang berasal dari anggota TNI yang mencalonkan diri sebagai presiden yaitu Prabowo. Begitu banyak program-program yang dijanjikan pada saat kampaye yang dilakukan di masyrakat. Semua itu tidak bisa berjalan dengan lancar seperti yang masyarakat harapkan. Program yang perna gagal yang perna di janjikan pemerintah kepada masyarakat salah satunya adalah pemberian seragam gratis kepada orang yang kurang mampu.Problematikan lain yang dirasakan kepemerintaan saat itu adalah banyak terjadinya pemangkasan regulasi akibat dari pembuatan peraturan yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah. Alasan utama tidak dijalankannya proyek tersebut karena membutuhkan biaya yang mahal sehingga memiliki kekurangan untuk menjalankannya dan proyek tersebut tidak menjadi prioritas bagi pemerintah. Dalam pemberitaan harian bhirawa ini disebutkan dengan adanya pemuda perekat bangsa memiki makna bangsa Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bersatunya pemuda-pemudi dari seluruh wilaya nusantara untuk mencapai tujuan bersama yang tertuang dalam isi sumpah pemuda. Tidak hanya pemuda-pemudi saja yang berperan dalam menjaga keutuhan NKRI, tetapi ulama besar yang memiliki santri juga ikut berpartisipasi didalamnya.Itu semua dapat dilihat dari gerakan revolusi Jihad NU yang diselenggarakan oleh KH Hasyim Ashaeri. Dilihat dari beberapa judul tajuk yang disebutkan terlihat sangat jelas bahwa harian bhirawa ini lebih mengarah ke pemberitaan TNI makin didukung, karena ada anggota TNI yang mencalonkan diri sebagai presiden.

Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah dijelaskan di atas penelitian ini menyimpulkan, pertama, secara prgmatis tajuk rencana cerita politik harian bhirawa kurun waktu di bulan Oktober 2019 paling banyak meyoroti kegagalan instansi pemerintah, kecuali instansi Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) yang dicitrakan sangat bersahabat dengan atau merakyat. Hal ini mengindifikasikan bahwa dalam pemilu 2019 harian bhirawa terlihat mendukung salah satu paslon yang berlatar belakang TNI. kedua, secara semantik pemberitaan yang dilakuakan oleh bhirawa dapat dimaknai bahwa calon presiden petahana masih memiliki banyak masalah dalam kepemimpinannya, kecuali TNI. hal ini dapat dimaknai bahwa netralitas surat kabar dalam mengawal isu kebijakan pemerintaan tidak sepenuhnya netral.

References

  1. Masduki. 2004. Masduki. 2004. Kebebasan Pers Dan Kode Etik Jurnalistik. Yogyakarta: UII Press
  2. Djuroto, Totok. (2000). Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  3. Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik, Teori dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
  4. Suryawati, Indah. 2011. Jurnalitik : Suatu Pengantar Teori dan Praktek. Bogor : Ghalia Indonesia.
  5. Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
  6. Krippendorff. 2018. Content Analysis An Introduction to Its Methodology. Beverly Hills. California: Sage Publication Ltd.
  7. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  8. Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media Suatu Analisis Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Rosdakarya.
  9. Aripandanto Aryojati. 2020. Dampak Politik Identitas pada Pilpres 2019:
  10. Perspektif Populisme. Politica Vol 11 No 1
  11. Bungin, M. Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana