Environmental Policy
DOI: 10.21070/ijppr.v18i0.1213

Analysis of Village Government Programs in Tourism Development


Analisis Program Pemerintah Desa dalam Pengembangan Pariwisata

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
tourism development village government Program analysis

Abstract

This study aims to analyze and describe the tourism development program in Watesnegoro Village. This research is based on the fact that the promotion carried out by the Village Government and tourism management has not gone as expected, so that this tour is not yet known by the general public. The research method used in this research is using descriptive qualitative, data collection is done through interviews, observation, and documentation, as well as data analysis techniques used in this study refers to the theory of Miles and Huberman. The results showed that the program carried out by the Watesnegoro Village Government in developing gadung source tourism was by promoting through mass media where the Watesnegoro Village Government collaborated with Radar Mojokerto to promote this tourism to be known by the general public, the Watesnegoro Village Government also plans to carry out additional promotions through web and accounts on social media. Instagram and Facebook are social media applications chosen by the Village Government and tourism managers in promoting the tourism. In addition, the Watesnegoro Village Government will also conduct socialization to the general public, and will coordinate with the Mojokerto Regency Youth, Sports, Culture and Tourism Office.

Pendahuluan

Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan dihuni oleh berbagai macam suku, ras, dan etnis yang berbeda. Indonesia adalah Negara yang mempunyai akan keindahan alam, flora dan fauna serta beraneka ragam budaya. Negara Indonesia merupakan Negara di dunia yang memiliki potensi alam yang melimpah baik lautan maupun daratan. Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu [1]. Pariwisata merupakan salah satu industri baru yang dapat menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, taraf hidup, pendapatan dan dalam mengaktifkan sektor produk lain di dalam penerima wisatawan. Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peran serta yang tinggi. Sektor ini dicanangkan sebagai salah satu penghasil devisa Negara yang cukup andal [2].

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025, Indonesia mempunyai 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 destinasi pariwisata nasional, dan 88 kawasan strategis pariwisata nasional. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah telah melakukan beberapa usaha untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia[3]. Untuk meningkatkan daya saing pariwisata di Indonesia pemerintah telah melakukan berbagai program melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Salah satu program yang telah dilakukan oleh pemerintah yakni Visit Wonderful Indonesia (ViWI). Program ini merupakan pengembangan dari brand Wonderful Indonesia yang dimaksudkan untuk mendukung pencapaian target 17 juta wisatawan mancanegara yang dicannagkan Kementerian Pariwisata pada tahun 2018. Namun pada realitanya, pengembangan sektor pariwisata di Indonesia masih dihadapi dengan berbagai masalah yakni peraturan dan kebijakan yang bertentangan di sebuah objek wisata, kualitas sumberdaya manusia yang kurang mendukung, komunikasi dan pulikasi yang masih kurang, dan kurangnya investasi di sektor pariwisata, serta masih kurang diperhatikannya aspek lingkungan hidup [4].

Kabupaten Mojokerto memiliki berbagai potensi di sektor pariwisata sebagai daya tarik wisata seperti wisata alam, wisata buatan, dan wisata sejarah. Apabila hal ini dapat dikembangkan dengan baik, maka akan menjadi tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Kabupaten Mojokerto memiliki program dalam melestarikan budayanya yakni dengan program Rumah Majapahit. Program Rumah Majapahit sudah dilaksanakan sejak tahun 2014 yang difasilitasi oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto. Dalam pelaksanaannya, program Rumah Majapahit menggunakan pola pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek dan obyek pembangunan. Perwujudan pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan melalui penyaluran bantuan keuangan khusus kepada masyarakat dan dirancang untuk memberikan identitas Rumah Majapahit serta sebagai promosi potensi pariwisata daerah [5]. Selain di Kabupaten/ Kota, sangat penting juga dilakukan pengelolaan agar dapat mengembangkan pariwisata di desa, mengingat desa mempunyai potensi wisata alami yang belum mengalami perubahan secara signifikan dan masih terawat keasliannya sehingga diminati oleh banyak pengunjung.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia [6]. Apabila dilihat dari topografinya, setiap desa memiliki keunikan tersendiri yang dapat dikembangkan sebagai wisata desa.

Sebagai salah satu desa yang ada di Kecamatan Ngoro, Desa Watesnegoro mempunyai potensi wisata yakni wisata Sumber Gadung, wisata ini merupakan wisata sejarah karena Sumber Gadung ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Sumber ini merupakan tempat singgah maupun tempat mandi para raja-raja Majapahit. Tempat wisata ini merupakan salah satu aset Desa Watesnegoro yang dikelola oleh Pemerintah Desa dan anggota karang taruna desa. Berdasarkan hasil observasi peneliti, Pemerintah Desa Watesnegoro memiliki program yang digunakan dalam pengembangan wisata ini yaitu dengan melakukan promosi kepada khalayak umum. Dalam hal ini, Pemerintah Desa Watesnegoro bekerjasama dengan media massa untuk mempromosikan wisata Sumber Gadung. Namun dalam menjalankan program tersebut belum berjalan sesuai yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari masih sepinya pengunjung pada wisata tersebut. Dapat dilihat dari tabel 1.1 terkait jumlah pengunjung pada wisata Sumber Gadung sebagai berikut:

No Bulan Jumlah Pengunjung
2020 2021
1. Januari - 148 orang
2. Februari - 58 orang
3. Maret - 70 orang
4. April - 48 orang
5. Mei - 50 orang
6. Juni - 60 orang
7. Juli - 55 orang
8. Agustus - 55 orang
9. September 45 orang 63 orang
10. Oktober 96 orang 53 orang
11. November 128 orang -
12. Desember 177 orang -
Table 1.Jumlah Pengunjung Wisata Sumber Gadung

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa jumlah pengunjung pada wisata Sumber Gadung setiap bulannya mengalami fluktuatif. Oleh karena itu sangat perlu untuk dilakukan pengembangan dan pengelolaan secara maksimal baik dari segi infrastrukurnya agar pengunjung lebih tertarik untuk berkunjung pada wisata tersebut, karena pertama kali yang dilihat oleh pengunjung sebelum berwisata yakni dari segi infrastrukturnya. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Program Pemerintah Desa dalam Pengembangan Pariwisata (Studi pada Wisata Sumber Gadung di Desa Watesnegoro Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto)”.

Metode

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut I Made Wirartha (2006:155), metode analisis deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi, dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang di teliti yang terjadi dilapangan [7]. Fokus penelitian pada penelitian ini adalah analisis program pemerintah desa dalam pengembangan pariwisata. Lokasi dalam penelitian ini yaitu dilakukan di Desa Watesnegoro tepatnya pada situs wisata Sumber Gadung. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan yaitu mengacu pada model interaktif yang dikembangakan oleh Miles dan Huberman dengan empat komponen yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan [8].

Hasil dan Pembahasan

Menurut James Brian Quinn (Minztberg, Lampel, Quinn, Ghosa: 2003), program merupakan urutan-urutan tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang di tetapkan. Program dimaksudkan untuk mengatur segala tindakan-tindakan yang dilakukan sehingga strategi yang akan diterapkan dapat terlaksana dengan maksimal [9]. Dengan adanya suatu program yang jelas pada organisasi maupun instansi akan mempermudah dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian, Pemerintah Desa Watesnegoro dan pengelola wisata Sumber Gadung mempunyai beberapa program dalam mengembangkan wisata Sumber Gadung yakni sebagai berikut:

Promosi merupakan salah satu faktor penting dalam penentu keberhasilan suatu program yang ditetapkan. Promosi sendiri adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk maupun jasa dengan tujuan untuk menarik konsumen. Manajemen promosi yang baik dan benar akan menjadikan suatu produk maupun jasa tersebut menarik dan mampu membuat para konsumen merasa menginginkannya. Oleh karena itu, jika tidak terdapat promosi pada suatu produk, jasa maupun pada tempat wisata maka tidak akan diketahui oleh khalayak umum. Bagaimanapun indah dan menariknya suatu objek wisata, namun tanpa adanya promosi yang gencar dari pemerintah setempat maupun pengelola wisata, maka obyek wisata tersebut tidak akan dijamah oleh pengunjung.

Peran promosi merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kunjungan wisatawan terhadap objek wisata Sumber Gadung. Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkan wisata Sumber Gadung, Pemerintah Desa Watesnegoro dan pengelola wisata memiliki program yakni bekerjasama dengan salah satu media massa yang ada di Kabupaten Mojokerto yakni bekerjasama dengan Radar Mojokerto untuk mempromosikan wisata Sumber Gadung agar wisata tersebut diketahui oleh khalayak umum. Akan tetapi, meskipun sudah dilakukan promosi melalui media massa keadaan wisata Sumber Gadung masih sepi oleh pengunjung. Dapat dilihat bahwa promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan pengelola wisata belum maksimal, maka perlu adanya program-program lain yang dapat mengembangkan wisata ini agar pengunjung pada wisata Sumber Gadung dapat meningkat.

Promosi memiliki pengaruh yang cukup besar bagi tercapainya pembangunan dan pengembangan pada suatu wisata, sehingga Pemerintah Desa Watesnegoro berencana melalukan penambahan promosi, melihat meskipun sudah dilakukan promosi melalui media massa namun hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Penambahan promosi tersebut yakni melalui web dimana pemanfaatan teknologi saat ini perlu dilakukan seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman. Sehingga dengan mempromosikannya melalui web dapat diakses dengan mudah oleh semua kalangan terutama para pemuda saat ini. Pemanfaatan teknologi juga dapat dikembangkan melalui pemanfaatan media sosial. Tidak dapat dipungkiri pada zaman sekarang ini, media sosial menjadi akses utama masyarakat dalam mendapatkan berbagai informasi. Dari adanya fenomena tersebut menjadi peluang tersendiri bagi Pemerintah Desa Watesnegoro dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi.

Instagram dan facebook merupakan aplikasi media sosial yang menjadi pilihan utama Pemerintah Desa Watesnegoro dalam mempromosikan wisata Sumber Gadung, karena instagram adalah salah satu platform media sosial yang paling populer di dunia, terutama di kalangan para pemuda. Para pengguna aplikasi instagram di Indonesia di dominasi oleh golongan usia produktif. Mayoritas pengguna instagram di Indonesia adalah dari kelompok usia 18-34 tahun.

Menurut laporan Napoleon Cat, pada periode Januari sampai Mei 2020 pengguna instagram di Indonesia mencapai 69,2 juta (69.270.000) pengguna. Pencapaian itu merupakan peningkatan dari bulan ke bulan atas penggunaan aplikasi instagram. Pada bulan Januari tercatat sebanyak 62.230.000 juta pengguna, lalu mengalami peningkatan pada bulan Februari sebanyak 62.470.000 juta pengguna. Kemudian dibulan berikutnya (Maret) pengguna aplikasi instagram semakin membeludak dan mencapai 64.020.000 juta pengguna. Selang sebulan kemudian diperoleh data pengguna instagram yang mencapai 65.780.000 juta, hingga pada bulan Mei sebanyak 69.270.000 juta pengguna [10].

Gambar 1 . Jumlah Pengguna Aplikasi Instagram

Berdasarkan gambar 1 dapat disimpulkan bahwa pengguna aplikasi instagram periode Januari sampai Mei 2020 mengalami peningkatan di setiap bulannya. Selain instagram, facebook juga menjadi salah satu media sosial yang masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Indonesia masuk dalam daftar 7 besar Negara pengguna facebook terbanyak di dunia. Hingga kuartal II 2021, pengguna aplikasi facebook di Indonesia mencapai 176,5 juta atau naik 1,2 juta pengguna dari kuartal I 2021 yang mencapai 175,3 juta [11]. Sehingga dengan banyaknya pengguna aplikasi instagram dan facebook menjadi peluang tersendiri bagi Pemerintah Desa Watesnegoro untuk mempromosikan wisata Sumber Gadung agar banyak yang mengetahui keberadaan wisata ini.

Sosialiasasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting guna untuk memperkenalkan suatu produk maupun jasa kepada khalayak umum. Dengan adanya sosialisasi maka masyarakat akan mengetahui akan produk maupun jasa yang ditawarkan. Dengan demikian sosialisasi juga menjadi salah satu program yang akan dilakukan Pemerintah Desa Watesnegoro dalam mengembangkan wisata Sumber Gadung. Sosialisasi tersebut dilakukan kepada desa-desa baik di dalam maupun di luar Kecamatan Ngoro dengan tujuan agar masyarakat yang berada di dalam dan diluar Kecamaan Ngoro mengetahui wisata Sumber Gadung. Hal ini dilakukan karena tidak semua masyarakat mengetahui akan adanya wisata tersebut. Selain itu, sosialisasi dilakukan dengan harapan dapat menarik pengunjung untuk berkunjung sehingga jumlah pengunjung pada wisata Sumber Gadung dapat meningkat.

  1. Promosi
  2. Tambahan promosi
  3. Sosialisasi
  4. K oordinasi

Koordinasi sangatlah penting di dalam suatu organisasi baik organisasi publik maupun organisasi swasta. Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Menurut Sutarto (2006:145-146), koordinasi sebenarnya dapat dipakai satu istilah yaitu keselarasan, baik kesatuan tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar bagian maupun sinkronisasi semuanya berdasarkan keselarasan. Atas dasar itu, koordinasi dapat berasaskan bahwa di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan organisasi atau keselarasan antar pejabat [12].

Pemerintah Desa Watesnegoro juga mempunyai rencana dalam melakukan pengembangan wisata Sumber Gadung yakni akan melakukan koordinasi dengan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto agar dengan adanya kerjasama tersebut diharapakan dapat meningkatkan eksistensi wisata Sumber Gadung. Selain itu, dengan disentuhnya Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto diharapkan wisata ini nantinya dapat dilestarikan karena wisata tersebut merupakan wisata peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit.

Kesimpulan

Berdasarakan hasil dan pembahasan mengenai analisis program pengembangan pariwisata dan menyandingkan dengan kenyataan di lapangan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Promosi merupakan salah satu faktor penting dalam penentu keberhasilan suatu program yang ditetapkan. Dalam mengembangkan wisata Sumber Gadung Pemerintah Desa Watesnegoro dan pengelola wisata bekerjasama dengan salah satu media massa yakni bekerjasama dengan Radar Mojokerto untuk mempromosikan wisata ini agar diketahui oleh khalayak umum. Akan tetapi, meskipun sudah dilakukan promosi melalui media massa keadaan wisata Sumber Gadung masih sepi oleh pengunjung.
  2. Pemerintah Desa Watesnegoro berencana melalukan penambahan promosi, melihat meskipun sudah dilakukan promosi melalui media massa namun hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Penambahan promosi tersebut yakni melalui web dimana pemanfaatan teknologi saat ini perlu dilakukan seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman. Sehingga dengan mempromosikannya melalui web dapat diakses dengan mudah oleh semua kalangan terutama para pemuda saat ini. Pemanfaatan teknologi juga dapat dikembangkan melalui pemanfaatan media sosial. Pemerintah Desa akan membuat akun pada instagram dan facebook karena aplikasi tersebut merupakan salah satu platform media sosial yang paling populer di dunia, terutama di kalangan para pemuda. Sehingga menjadi peluang tersendiri bagi Pemerintah Desa Watesnegoro dan pengelola wisata untuk mempromosikan wisata tersebut.
  3. Sosialisasi akan dilakukan oleh Pemerintah Desa Watesnegoro dan pengelola wisata dalam rangka untuk memperkenalkan wisata Sumber Gadung. Sosialisasi dilakukan kepada desa-desa di dalam maupun di luar Kecamatan Ngoro dengan tujuan agar diketahui oleh kalayak umum. Selain itu, harapan dengan adanya program sosialisasi agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung pada wisata Sumber Gadung.
  4. Pemerintah Desa Watesnegoro dan pengelola wisata memiliki rencana yaitu akan melakukan koordinasi dengan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto agar dengan adanya kerjasama tersebut diharapakan dapat meningkatkan eksistensi wisata Sumber Gadung dan wisata ini dapat dilestarikan karena wisata tersebut merupakan wisata peninggalan Kerajaan Majapahit.

References

  1. Fransiskus, R., Vinsenco R, S. 2019. Strategi Pengembangan Objek Wisata Taman Bambu Mandira Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat. Jurnal Ilmu Administrasi dan Sosial. 8(2): 82-95.
  2. Ristarnado., Joko Settyoko., Harpinsyah. 2019. Strategi Pemerintahan Desa dalam Mengembangkan Pariwisata. Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah. 1(1), pp. 40-51.
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025.
  4. Nugroho SBM. 2020. Beberapa Masalah dalam Pengembangan Sektor Pariwisata di Indonesia. Jurnal Pariwisata. 7(2): 124-131.
  5. Ninik Rosyidah. 2020. Evaluasi Program Pengembangan Pariwisata (Studi tentang Evaluasi Program Rumah Majapahit di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya.
  6. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
  7. Abdurrahman., Putri Ayu H, R. 2021. Pengembangan Desa Wisata Melalui Sosialisasi Pembentukan Kelompok Sadar Pariwisata (POKDARWIS). Journal E mpowerment and Community Service. 1(1): 25-30.
  8. Miles, M.B, Huberman, A.M., Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publicatons. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.
  9. Ian Asriandy. 2016. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Bissapu di Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
  10. Mustafa Iman. 2020. Pengguna Instagram di Indonesia Didominasi Wanita dan Generasi Milenial. [Online]. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/14/pengguna-instagram-di-indonesia-didominasi-wanita-dan-generasi-milenial. [Accessed: 2 Juli 2021].
  11. Muhammad Aditiya. 2021. Pengguna Facebook Indonesia dalam Bingkai Statistik. [Online]. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/10/30/pengguna-facebook-indonesia-dalam-bingkai-statistik. [Accessed: 2 Juli 2021].
  12. Frenly, S. 2016. Koordinasi dalam Pengelolaan Objek Wisata Taman Nasional Kayan Mentarang di Desa Tanjung Lapang Kilometer Delapan Kabupaten Malinau. Jurnal Pemerintahan Integratif. 4(2): 217-232.