Abstract
This study aims to describe and analyze the commitment of the Environmental and Hygiene Service of Sidoarjo Regency in managing waste and the factors constraining commitment to waste management carried out by the Sidoarjo Regency Environmental and Hygiene Service. This research is a qualitative descriptive study. This resource determination technique uses a purposive sampling technique, which consists of 1 Head of Waste Management, 1 staff of Cleanliness, 1 waste officer, and 3 community members. Data collection techniques were carried out by observation, interviews, and documentation. The data were analyzed by the method based on the concept of Milles and Hubberman. The results of this study indicate that: 1) The commitment of the Environmental and Hygiene Service (DLHK) of Sidoarjo Regency in the waste management program consists of three indicators of affective, normative, and continuity; 2) Constraints faced by the Environmental and Hygiene Service (DLHK) of Sidoarjo Regency in waste management, namely consistency and lack of budget.
Pendahuluan
Semakin meningkatknya jumlah populasi manusia di provinsi Jawa Timur yang tanpa dibekali rasa tanggungjawab atas sampah-sampah yang dihasilkan membuat kondisi sampah semakin memprihatinkan. Jawa Timur merupakan wilayah yang luas dan besar, kawasan yang memiliki banyak wilayah kota dan kabupaten. Karena itu tidak dapat dipungkiri lagi kawasan di Jawa Timur juga berpotensi menjadi penyumbang sampah terbanyak.
Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten di Jawa Timur yang menduduki peringkat kedua dalam memproduksi sampah. Sidoarjo menghasilkan timbulan sampah terbanyak di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Jumlah volume sampah di Sidoarjo sendiri mencapai 4.517 m3. Timbunan sampah di kota Sidoarjo 3 tahun ini semakin meningkat dari tahun ke tahun yang sampai saat ini belum dikelola secara maksimal, pengelolaan yang ada saat ini hanya terbatas pada pengolahan sampah secara konvensional yaitu hanya diangkut dari tempat penghasil sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan kemudian hanya dibuang begitu saja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Jumlah sampah yang dihasilkan kota Sidoarjo saat ini adalah sekitar 1.216ton/hari dan sampah yang terkelola/terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jabon mencapai 918ton/hari terdapat kurang lebih 298ton/hari sampah yang belum terkelola, itu berarti pengolahan sampah yang ditujukan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum dilakukan secara optimal.
Penumpukan volume sampah yang tidak terkelola berdampak kepada lingkungan seperti polusi udara, berubahnya air dan tanah dan bau yang tidak sedap akibat timbunan sampah yang tidak tekelola. Sedangkan Sebagian masyarakat juga masih ada yang berperilaku kurang positif atau acuh tak acuh dalam membuang sampah bahkan masih ada yang membuang sampah ke sungai/kali sehingga meyebabkan banjir pada musim hujan. Masalah ini diperkeruh dengan kondisi Sidoarjo pada musim penghujan rentan terkena banjir dikarenakan dari masyarakat yang membuang sampah sembarangan seperti, membuang sampah di selokan, sungai, dan tempat umum lainnya.
Komitmen sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Allen dan Meyer yang mengatakan bahwa karyawan yang memiliki komitmen akan bekerja penuh dedikasi, yang membuat karyawan memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih untuk menyokong keberhasilan organisasi. Dengan komitmen yang lebih baik pada petugas kebersihan maka petugas tersebut akan melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehingga Kesehatan masyarakat akan lebih meningkat. Harapan dari upaya peningkatan komitmen petugas di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) adalah akan muncul kesungguhan dalam menyelesaikan tugas. Namun, Fakta di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda. Meski komitmen seluruh jajaran telah diupayakan untuk ditingkatkan tapi persoalan-persoalan pengelolaan sampah belum terselesaikan.
Berdasarkan pelaporan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo di tahun 2018, jumlah sampah satu hari yaitu sebanyak 1119ton, dan total sampah yang bisa di olah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) per hari hanya 278 ton. Artinya hanya 24,8% saja sampah yang dikelola. pengelolaan tersebut juga mendapatkan fasilitas yaitu sarana tranportasi untuk mengangkut sampah berupa 6 unit dump truk, arm roll 24 unit, mobil pick up 10 unit. 24 dump truck memiliki kapasitas 2,4 ton, untuk arm roll 1,8 ton, untuk mobilitas setiap kendaraan 2 rit. 24,8% terrealisasi menjadi nilai guna dari keseluruahn sampah 119ton. Sementara itu untuk menopang pengangkutan sampah sudah dilakukan dan disediakan kendaraan oprasional antara lain 19 dump truk, 8 unit arm roll, 23 mobil pick up, sepeda roda 3 sebanyak 88 unit, 1 unit truck cargo crain, 2 unit penyapu jalan.
Tetapi ada sarana prasaranan berupa kendaraan yang sudah di limpahkan kekecamatan seperti 18 pickup, motor roda 3 sebanyak 18 unit, sepeda motor roda 3 sebanyak 31 unit, akan tetapi, jumlah kendaraan lebih banyak dari sopir yang mengoprasikan sarana prasarana sehingga butuh dilakukan penambahan jumlah sopir yang di sesuaikan dengan jabatan. untuk total kebutuhan UPTD Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terpenuhi sekitar 88,9% yang dirasa kurang maksimal.
Pada tahun 2019 berdasarkan data Pengelolaan Sampah di Kabupaten Sidoarjo tahun 2019, timbulan sampah yang dihasilkan adalah sebanyak 1.216 ton per hari atau meningkat sebanyak 97 ton per hari dari tahun sebelumnya. Sedangkan sampah yang diolah (dipilah dan dikompos) pada TPS 3R dan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) kawasan adalah sebanyak 336 ton atau sekitar 27,6% dan sampah yang dipilah pada Bank Sampah, Pengepul, Tempat Pembuangan Sementara (TPS), dan Armada Angkut Sampah adalah sebanyak 425 ton atau sekitar 425 ton. Jadi sampah yang belum terkelola yaitu sebanyak 454 ton atau sekitar 37,4%. Berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo tahun 2018, pemerintah lingkungan hidup dan kebersihan sidoarjo mempunyai 2 tujuan yang ke satu menumbuhkan pemenuhan baku mutu air serta udara, yang ke dua yaitu menumbuhkan kebersihan dan keindahan yang ada di sidoarjo. Semua sasaran itu mempunyai masing masing indikator tujuan sasaran yang kesatu terdiri dari perkembangan persen dari titik pantau air yang memdominan BOD sesuai baku mutu air dan berkembangnya presentase titik pantau udara ambin yang mendominan SO2 dan NO2 sesuai baku mutu udara. Kalau sasaran II terdiri dari berkembangnya persen sampah meluasnya RTH terhadap rencana luasnya RTH dalam masterplan, perkembangan persen Panjang jalan yang mempunyai ketersediaan PJU kondisi layak fungsi.
Adapun realisasi sasaran Dinas Lingkungan hidup dan kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjoada beberapa yang telah melampaui target namun masih terdapat beberapa sasaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo yang terealisasi di bawah target, seperti perkembangan persentase titik pantau air sungai yang memenuhi BOD sesuai baku mutu air dan perkembangan Proporsi luasan RTH terhadap baku Rencana luas RTH dalam Masterplan. Hal ini berarti perlu adanya peningkatan komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam meningkatkan perkembangan sasaran-sasaran yang ada, terutama yang di tahun sebelumnya masih terealisasi di bawah target.
Sementara itu terdapat beberapa daerah rawan banjir di Sidoarjo yang salah satunya pemicunya merupakan banyaknya timbulan sampah di Kabupaten Sidorjo. Sampah masih banyak tertimbun di pinggir jalan dan akhirnya masuk ke selokan atau got yang menyebabkan banjir. Masih terdapat timbunan sampah di beberapa TPS (tempat pembuangan sementara) di wilayah Sidoarjo yang belum secara cepat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga sebagian sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) terseret air masuk ke saluran air.
Adanya timbulan sampah yang menyebabkan berbagai persoalan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalu Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo telah melakukan sejumlah upaya untuk mengelola timbulan sampah. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo mengelola sampah melalui Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST), TPST 3R dan TPST Kawasan serta Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Target pengelolaan timbulan sampah yang ditetapkan di Tahun 2020 dalam RPJMD sebesar 72,28 %, namun realisasinya di tahun 2020 hanya sebesar 67 %. Tingkat capaian kinerja di Tahun 2020 hanya sebesar 93 %. Target yang belum mampu direalisasikan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo tersebut merupakan salah satu indikasi kurangnya komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam mengatasi persoalan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis Komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan kebersihan Kabupaten sidoarjo dalam mengelola sampah dan faktor kendala komitmen dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan kabupaten Sidoarjo.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Peneliti mengambil lokasi penelitian di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo. fokus penelitian ini ditetapkan pada Komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo dalam mengelola sampah yang merujuk pada teori Allan & Meyer, yakni 1) Keyakinan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam menerima nilai-nilai yang ada dalam program pengelolaan sampah (affective commitment) pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo terhadap tujuan organisasi; 2) Kemauan kuat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam menjalankan program pengelolaan sampah (normative commitment); 3) Konsistensi yang ditunjukkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam melanjutkan program pengelolaan sampah (continuance commitment[2].Teknik penetapan narasumber ini memakai teknik purposive sampling. Adapun yang menjadi key informan adalah 1 orang Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, sementara informan penelitian ini terdiri dari 1 orang staf bidang kebersihan, 1 orang petugas sampah, dan 3 orang warga masyarakat. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan konsep Milles dan Hubberman dalam Rosidi, yakni diawali dengan pengumpulan data, kemudian reduksi data, penyajian data, dan terakhir yaitu penarikan kesimpulan [3]
Hasil dan Pembahasan
Affective commitment (keyakinan menerima nilai-nilai yang tertuang dalam program pengelolaan sampah)
Keyakinan atas nilai-nilai yang tertuang pada program pengelolaan sampah berkaitan dengan nilai-nilai alami mengenai isu-isu lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan sampah melalui program Zero Waste yang mengangkat program 3 R, yaitu Reuse (menggunakan kembali sampah sampah yang masih bisa digunakan atau bisa berfungsi lainnya), Reduce (Mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan atau memunculkan sampah), Recycle (Mengolah kembali sampah atau daur ulang menjadi suatu produk atau barang yang dapat bermanfaat), khususnya masyarakat perkotaan. Nilai-nilai ramah lingkungan tersebut terwujud dalam bentuk berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan dan mengelola sampah menjadi sampah yang tidak membahayakan lingkungan bahkan bermanfaat secara ekonomi dengan prinsip pengembangan 3 R.
Hal ini sesuai dengan paparan tentang komitmen afektif merujuk pada teori comitmen affective yang disampaikan oleh Allan & Meyer bahwa komitmen afectif berkaitan dengan keyakinan anggota organisasi menerima nilai-nilai yang ada dalam program yang telah dibuat [4] Pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo telah menerima dan memiliki keyakinan atas program-program yang direncanakan oleh organisasi.
Keyakinan atas nilai-nilai yang ada dalam program pengelolaan sampah di dalam Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo juga selaras dengan yang disampiakan oleh Siagian, yang menyatakan bahwa komitmen afektif dapat dilihat dari adanya perasaan bahwa tujuan organisasi sebagai keseluruahn telah menyatu dengan tujuan-tujuan individual para anggota organisasi [5]. Dengan adanya perasaan demikian, maka tidak akan timbul lagi persepsi yang berbeda-beda dikalangan para anggota tentang cara- cara yang terbaik untuk mencapai tujuan.
Prinsip pengelolaan 3 R tersebut sesuai dengan yang yang dinyatakan oleh Departemen Pekerjaan Umumyang menjelaskan bahwa prinsip 3R yaitu 1) Prinsip reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan.; 2) Prinsip reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakankembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain; 3) Prinsip recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui proses pengolahan [6].
Salah satu bentuk keyakinan atas nilai-nilai alami dalam pengelolaan sampah telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dengan pembuatan tempat pengelolaan sampah di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Di desa desa dibuat tempat pengelolaan sampah mandiri yang dapat mengurangi volume sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pembuatan lahan pengelolaan sampah tersebut sebagai upaya untuk mengurangi timbunan sampah dimasyarakat dan mencegah semakin banyaknya volume sampah yang tidak terangkut di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) akibat makin kecilnya lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Usaha ini sekaligus menindak lanjuti adanya UU tdan Perda tentang penelolaan sampah yang menjadi tugas daerah.
Lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus disiapkan dengan baik agar memiliki lahan yang memenuhi sayarat. Volume sampah bisa dikurangi melalui program pengelolaan sampah rumah tangga dan di desa-desa melalui program zero waste. Program pengelolaan sampah masyarakat dan rumah tangga diharapkan menjadi lebih prospektif sebagai sumber mata pencaharian alternatif melalui daur ulang dan pemanfatan sampah lainnya yang bernilai ekonomis.
Pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo sesuai dengan tahapan-tahapan proses kegiatan pengelolaan sampah seperti yang disampaikan oleh Alfiandra yaitu 1) tahap pengumpulan, yakni, pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya; 2) Pengangkutan, yaitu mengangkut sampah dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu ke tempat pembuangan akhir/pengolahan; 3) Pembuangan akhir, dimana sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis hingga tuntas penyelesaian seluruh proses[7].
Selanjutnya, keyakinan atas nilai-nilai organisasi dalam mengelola sampah juga telah dituangkan dalam program pengelolaan sampah. Melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, program pengeloaan sampah meliputi, Pengadaan sarana prasana pengelolaan sampah, peningakatan operasi dan pemeliharaa sarana dan prasarana, penggunaan teknologi persampahan, sosialaisasi kebijakan pengelolaan sampah, dan peningkatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan adanya kelima program tersebut, diharapkan permasalahan sampah di Sidoarjo dapat diurai dan dapat dikurangi secara bertahap.
Keyakinan atas nilai-nilai organisasi bahwa komitmen organisasi juga ditandai dengan tiga hal, salah satunya yaitu suatu kepercayaan yang kuat terhadap organisasi juga penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai sebuah organisasi. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo beserta seluruh pegawainya meyakini atau mempercayai bahwa nilai-nilai organisasi yang diwujudkan dalam program pengelolaan sampah akan membawa organisasi mencapai tujuannya.
Hasil dari program tersebut menghasilkan pengurangan timbuhan sampah di masyarakat. Volume sampah yang di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga dapat dikurangi. Hal tersebut berarti mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Realitas ini menunjukkan bahwa keyakinan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo atas nilai-nilai organisasi dalam pengelolaan sampah sudah dijalankan melalui beragam program berbasis kekuatan organisasi, sinergi dan pemberdayaan masyarakat.
Normative commitment (kemauan kuat menjalankan program pengelolaan sampah)
Upaya pengelolan sampah melalui program pengadaan sarana prasarana pengelolaan sampah seperti Tempat Pembuangan Sementara (TPS), Gerobak, kendaraan pengankut, tempat sampah, dll merupakan salah satu bentuk kemauan kuat yang ditunjukkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam upaya mengurangi timbunan sampah. Adanya sarana dan prasaranan yang memadai diharapkan dapat mengurangi timbnan sampah. Sampah sampah yang belum terangkut dapat diminimalisasi dengan adanya armada kendaraan penganut yang memadai.
Kegiatan lainnya yang menunjukkan kemauan kuat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam mengelola sampah adalah dengan menggunakan teknologi persampahan. Kegiatan tersebut diprakarsai oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo bekerjasama dengan berbagi pihak untuk menggunakan teknologi tepat guna untuk meminimlaisasi volume sampah. Kebijakan tersebut disosilisasikan ke masyarakat melalui kader-kader kebersihan yang ada di setiap desa.
Kemauan kuat dari anggota untuk menjalankan program organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo merupakan wujud komitmen Normatif. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Allan & Meyer yang menyatakan bahwa normative commitment dari seorang angota organisasi dapat dilihat dari adanya kemauan kuat dalam menjalankan program yang telah dibuat[8]
Kemauan atau keseungguhan organisasi dalam menjalankan program sesuai dengan komitmen organisasi salah satunya dapat dilihat dari keinginan kuat untuk memelihara hubungan yang kuat dengan organisasi Organisasi dengan segenap anggotanya berupaya dengan serius melaksankan program yang telah ditetapkan.
Kemauan yang kuat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam megelola sampah dapat dilihat dari upaya untuk melibatkan masyarakat dalam program pengelolaan sampah. Masyarakat dilibatkan dalam program Zero waste dan 3 R serta bank sampah. Melalui program tersebut volume sampah di masyarakat dapat tereduksi sehingga beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat dikurangi. Sosialisasi yang dilakukan di masyarakat dijanlankan bersama tim terpadu juga untuk mengetahui sejauh mana perkembangan wilayah desa di Sidoarjo dalam mengelola sampah. Di setiap desa memang memiliki kemampuan dan kesadaran yang berbeda beda dalam terlibat aktif mengelola sampah.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah tidak hanya dilihat dari ikut sertanya masyarakat dalam proses pelaksanaan mengelola sampah, tetapi juga ikut serta menjadi anggota organisasi yang berkaitan dengan masalah sampah yang berperan dalam merencanakan sistem pengelolaan sampah yang baik. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat berupa partisipasi secara lansung dan tidak langsung. Partisipasi langsung yaitu berupa pengurangan pemakaian bahan yang sulit terurai, pemilahan sampah, pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, pemanfaatan kembali sampah, serta kegiatan kebersihan seperti gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan tempat tinggal. Partisipasi secara tidak langsung dapat berupa pembayaran retribusi sampah, mengikuti penyuluhan/pelatihan mengenai pengelolaan sampah, dan pemberian saran/kritik kepada RT/RW terkait sistem pengelolaan sampah masyarakat
Continuance Commitment (Konsistensi yang Ditunjukkan dalam Melanjutkan Program Pengelolaan Sampah)
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo terbukti menunjukkan keyakinan serta kemauan kuat dan baik juga harus diikuti oleh konsistensi dalam kegiatan yang sesuai dengan pengelolaan sampah. Aktifitas pemungutan sampah yang konsisten juga menjadi salah satu bentuk komitmen berkelanjutan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam menngelola sampah. Setiap tahun, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo mampu memeuhi target pengurangan timbunan sampah. Petugas sampah bersama dengan armada pengangkut sampah mampu memenuhi target di setiap tahunnya. Program pengangkutan sampah dengan armada yang memadai harus terus-menerus yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo agar kepada masyarakat dapat terbebas dari masalah sampah.
Konsistensi dalam menjalankan proram yang telah ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo merupakan wujud komitmen kontinuitas seperti yang continuance commitment merupakan konsistensi yang ditunjukkan dalam melanjutkan program yang telah dibuat. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dengan seluruh pegawai berkerja meneruskan program-program yang sudah direncanakan dan sudah dijalankan secara terus-menerus merupakan bentuk nyata dari continuance commitment
Konsistensi kebijakan lainnya yang ditunjukkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo adalah upaya menjadikan masyarakat bebas dari sampah melalui peningkatan peran Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sidoarjo terus berupaya membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) agas mampu menampung volume sampah yang setiap hari mengalami peningkatan. Meski sudah mengurangi volume sampah degan teknologi dan program 3 R namun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus tetap disipakan.
Konsistensi dalam menjalankan program Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo merupakan bentuk keseriusan dalam mewujudkan program pengelolaan sampah. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Robbins, bahwa komitmen dapat diukur dari usaha mendefinisikan dan melibatkan diri dalam organisasi dan tidak ada keinginan meninggalkan program yang sudah direncanakan.
Hal tersebut juga selaras dengan komitmen organisasi juga ditandai dengan salah satunya yaitu kesiapan serta kesediaan untuk menyerahkan usaha keras demi kepentingan organisasi Seluruh pegawai mengerahkan kekuatannya untuk melajutkan program pengelolan sampah yang selama ini telah berjalan dan berupaya untuk meningkatkan capaian target dari hari ke hari.
Namun ada beberapa kendala terkait dengan pengurangan sampah, salah satunya adalah keterbatasan anggaran terutama di masa pandemi. Sebab anggaran daerah banyak diarahkan untuk menganggulai pandemi Covid 19. Keterbatasan anggaran tersebut membuat Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo melalukan pengurangan kegiatan dan lebih banyak menyelesaikan program program rutin.
Upaya menjaga (maintenance) keberlanjutan pengelolaan sampah yang telah dilakukan tentu lebih sulit dibandingkan dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satu tantangan konsistensi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo adalah pengembanagn Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang juga membutuhkan proses penyiapan lahan yang tidak mudah. Pemerintah perlu melakukan sinergi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memadai. Meskipun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baru berpotensi dalam mengurangi timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) lama, konsep Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus lebih modern dengan ramah lingkungan. Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baru di Sidoarjo harus lebih modern dan menggunakan teknologi yang lebih ramah ligungan.
Berdasarkan uraian yang telah disajikan, dapat dikatakan bahwa komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo melalui berbagai program pengelolaan sampah sudah berjalan dengan baik meski masih tampak belum maksimal terutama konsistensi angaran guna mendukung kegiatan pengelolan sampah. Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo belum secara maksimal melibatkan masyarakat dalam berperan mengurangi volume sampah. Hal tersebit terlihat dari adanya penurunan antusiame mayarakat dalam mengikuti dan melanjutkan program zero waste.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo kurang serius dan kurang perhatian dalam memotivasi dan mendorong masyarakat untuk menjalankan ero waste secara konsitn. Sosialisasi ke masyarakat masih erlu ditingkatkan dalam mengoptimalkan potensi pemanfaatan sampah menjadi bernilai ekomomis. Upaya melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah juga belum mampu memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini menunjukkan komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk mengimplementasikan sampah bernilai enonomis kurang maksimal.
Dengan demikian, konsistensi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam pengelolaa sampah harus dimaksimalkan. Tanpa konsisteni, pengelolaan sampah yang ramah lingkungan tidak akan terwujud. Peggunaan teknologi tepat guna juga perlu perencaaan yang baik. Rencana inovasi pengelolaan sampah untuk mendukung pembaruan pengelolaan sampah harus mengedepankan komunikasi dengan masyarakat agar efektif. Informasi penting dari masyarakat harus menjadi dasar bagi pengembangan inovasi pengelolaan sampah sehingga mendapat dukungan sepenuhnya.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dalam mensosilisasikan kebijakan pengelolaan sampah wisata harus mengedepankan komunikasi yang baik serta melibatkan semua elemen masyarakat dan memberdayakan masyarakat di desa desa sebagai ujung tombank. Keterlibatan dan dukungan semua pihak diyakini mampu memperkuat Program Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK).
- Komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoajo Dalam Pengelolaan Sampah
- Faktor Kendala d alam Pengelolaan Sampah y ang Dilakukan o leh Dinas Lingkungan Hidup d an Kebersihan Kabupaten Sidoarjo
Hambatan atau kendala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo dalam menuangkan nilai-nilai organisasi ke dalam program pengelolaan sampah adalah pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) kesulitan mengusung seluruh program dengan keterbatasan alokasi anggaran, sumber daya, serta sarana dan prasarana. Adanya anggaran yang minim membuat sebagian pekerjaan terhambat implementasinya.
Anggaran APBD yang terbatas untuk pengadaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah akibat dari pengalihan anggaran untuk penanganan pandemi Covid membuat programpengelolaan terganggu. Sarana dan prasana dalam pengelolaan sampah berkaitan dengan fasilitas yang ada yang berguna untuk membantu proses pengelolaan sampah. Penelitian yang dilakukan oleh Yolarita menunjukkan bahwa minimnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor yang membuat partisipasi masyarakat kurang sehingga program pengelolaan sampah kurang maksimal.
Jika sampah dari masyarakat di waktu-waktu tertentu volumenya banyak, sementara petugas terbatas, sehingga tidak semua sampah terangkut hari itu juga. Kurangnya alokasi anggaran, sumber daya, serta sarana dan prasarana sehingga program-program persampahan dijalankan dengan kurang maksimal. Hal ini terlihat di sejumlah lokasi di Sidoarjo masih terdapat sampah-sampah yang menggunung di hari-hari tertentu. Sampah-sampah di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga sempat mengalami overload karena sampah-sampah yang terus bertambah setiap harinya, namun yang dapat dikelola dalam setiap hari hanya sebagian kecil saja.
Hambatan atau kendala dalam menumbuhkan atau memperkuat kemauan pegawai dalam menjalankan program pengelolaan sampah adalah motivasi pegawai yang tidak menentu dan anggaran yang tidak memadahi. Keterbatasan anggaran untuk pembayaran upah dan insentif menyebabkan semangat dalam mencapai target agak terganggu. Petugas sampah mengalami fluktuasi motivasi. Motivasi yang naik turun pada akhirnya menggangu.
Peran pemerintah daerah dalam hal ini adalah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sangat dibuthkan untuk meningkatkan keamauan dan semnagat petugas sampah dalam menjalankan tugasnya. membuktikan bahwa peran serta pemerintah daerah mempunyai hubungan yang kuat dengan pengelolaan sampah di Kota Tembilahan. Jika pemerintah daerah melalui Tempat Pembuangan Sementara (TPS) bekerja dengan komitmen yang kuat maka permasalahan dan kendala terkait terbatasnya anggaran dapat diminimalisasi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat dismpulan bahwa: 1) Komitmen Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo dalam program pengelolaan sampah terdiri dari tiga indikator:a)Affective, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo dan seluruh pegawainya telah memiliki kepercayaan yang kuat terhadap organisasi juga menerim tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi yang diwujudkan dengan penetapan program-program pengelolaan sampah yang meliputi pengadaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah, peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah, penggunaan teknologi dalam pengelolaan sampah, dan pembuatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA); b) Normative, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo dengan segenap pegawainya telah mempunyai keinginan kuat untuk memelihara hubungan yang kuat dengan organisasi. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo memiliki kemauan kuat dalam menjalankan program pengelolaan sampah. Hal ini dapat dilihat dari capaian target dalam pengelolaan sampah yang selalu tercapai; c) Continuity, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo dan seluruh pegawainya memiki kesiapan serta kesediaan untuk menyerahkan usaha keras demi kepentingan organisasi. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo secara konsisten melanjutkan semua program yang telah berjalan sebelumnya. Dari tahun ke tahun ada kesinambungan program.2)Kendala yang dihadapi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo dalam pengelolaan sampah yaitu konsistensi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo dalam pengelolaan sampah terkendala oleh kurangnya anggaran di masa pandemi tahun 2020 sampai sekarang karena aggaran difokuskan untuk menangani pandemi Covid 19. Banyak program harus ditunda karena kurangnya anggaran. Konsistensi pengelolaan sampah pada akhirnya mengalami hambatan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing penelitian yang telah membimbing menyusun artikel penelitian, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo yang berkenan untuk memberikan data-data yang digunakan sebagai bahan penelitian serta responden-responden penelitian yang telah bersedia memberikan keterangan sebagai bahan penelitian.
References
- N. J. Allen dan J. P. Meyer, “The measurement and antecedents of affective, continuance, and normative commitment to organization,” Journal of Occupational Psychology, vol. 63, pp. 1-18, 1990.
- A. Rosidi, Reinventing Local Goverment, Demokrasi dan Reformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta: Andi Offset, 2013.
- S. P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015.
- Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, 2007.
- Alfiandra, “Kajian Partisipasi Masyarakat Yang Melakukan Pengelolaan Persampahan 3R Di Kelurahan Ngaliyan dan KalipancurKota Semarang,” Tesis, PPs-UNDIP, 2009.
- E. Wati, “Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Pemerintahan Daerah,” Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang, 2013.
- B. Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012.
- I. A. N. Yuliastuti, I. N. M. Yasa dan I. M. Jember, “Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Badung,” E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, vol. II, no. 06, 2013.
- S. P. Robbins, Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat, 2015.
- E. Yolarita, “Pengelolaan Sampah dengan Prinsip 3R di Kota Solok,” Tesis, Universitas Padjajaran, Bandung, 2011.
- A. Mulyadi, S. H. Siregar dan Z. Saam, “Perilaku masyarakat dan peran serta pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah di Kota Tembilahan,” Jurnal Ilmu Lingkungan, vol. 2, no. 3, pp. 147-162, 2010.