Abstract
This study aims to determine how the supporting and inhibiting factors in the partnership pattern of the Pari temple tourism object. This research is a descriptive qualitative research with the technique of determining the informants using purposive sampling. In this study, the informants were the head of the Destinations and Tourism Marketing division, as well as employees of the tourism sector. The location of this research was conducted in Candi Pari Village, Porong District, Sidoarjo Regency. The data collection techniques were interviews, observations, documentation and literature studies. Data collection techniques, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study indicate that the supporting and inhibiting factors in the development of the Pari temple tourism object are land acquisition and participation for the supporting factor, while the inhibiting factors for the Institutional, Outside and Resident Partnership Pattern to Increase Pari Temple tourism are, among others, limited land and location conditions.
PENDAHULUAN
Keindahan alam Indonesia yang sangat luar biasa dari sekian banyak Negara yang ada, dari segi devisa dengan beraneka ragamnya fauna dan flora serta budaya yang sangat melimpah bisa dikatakan sudah cukup besar. Secara umum pariwisata dipandang sebagai sektor yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan pembangunan, membuat lapangan kerja, membuka sebuah lapangan usaha dan bisa menambah penghasilan masyarakat juga pendapatan asli daerah, jika bisa dikembangkan dan dikelola dengan optimal[1]. Didukung dengan pernyataan yang tepat Pariwisata bisa menjadi alat pengembangan yang potensial, menghasilkan
pertumbuhan ekonomi, diversifikasi ekonomi, membantu mengurangi kemiskinan dan juga menciptakan hubungan timbal balik dengan produksi lainnya dan sektor penyedia jasa[2].
Sumber : Disporapar Sidoarjo
Supplementary Files
Gambar1.1Data pengunjung Pariwisata Candi Pari 2015-2018
Melihat tabel diatas menjelaskan bahwa setiap tahunnya jumlah wisatawan yang mengunjungi Sidoarjo tiap tahunnya naik turun dimana setelah pada tahun 2015-2017 mengalami peningkatan jumlah pengunjung yang sangat signifikan yakni sekitar 3.098 pengunjung dan di tahun selanjutnya yaitu 2017 mengalami kenaikan yang lebih tinggi yaitu sekitar 4.37 pengunjung, akan tetapi pada tahun 2018 terdapat penurunan jumlah pengunjung yaitu sekitar 2.287[3]. Melalui jalur pariwisatanya Kabupaten Sidoarjo sendiri mampu menciptakanpeluang untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya serta daya tarik wisata yang berpotensi karena sebab itu berbagai upaya pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan oleh Dinas pariwisata dalam rangka meningkatkan potensi dan kekayaan obyek wisata yang dimilikinya dan terus gencar melakukan pengembangandalam memajukan pariwisata.
Karena Candi Pari sendiri merupakan 1 dari 3 titik prioritas pengembangan pembangunan pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sidoarjo dalam upaya mengembangkan destinasi wisatanya[4]. Dalam proses pengembangan Obyek wisata budaya Candi Pari sendiri tidak luput keterlibatan dari berbagai macam pihak-pihak yang bersangkutan yang mempunyai tujuan yang sama yakni mengembangkan obyek wisata Candi Pari tersebut, ialah Pemerintah yaitu Dispapor Sidoarjo, Pihak Swasta dalam pelaksanaannya serta masyarakat yang mengelola dan menjaga sarana dan prasarana yang sudah diberikan oleh Dinas Pariwisata sendiri, tidak kalah pentingnya menarik dari pihak masyarakat yang dimana dalam sasarannya yakni warga yang berdomisili sekitar obyek wisata tersebut yang bisa memanfaatkan untuk meningkatkan perekonomiannya seperti ber-UKMdi sekitar.
Dari segi pelaksanaannya pun kemitraan yang dilaksanakan oleh pemerintah Dinas Pariwisata terdapat bermacam-macam kendala setelah dilakukan pelaksanaannya, yaitu terkait dalam permasalahan tidak mewadainya lahan parkir yang ada dikarenakan terlalu sempitnya lahan kosong sehingga membuat keadaan menjadi tidak kondusif dan merugikan para pengunjung obyek wisata serta dikarenakan tidak adanya lahan untuk membangun, Yang selanjutnya seperti masih terkendalanya dari pihak yang bersangkutan yaitu diantaranya terlalu sempit akses ke titik wisata Candi Pari karena jadi jalan Inti masih masuk lagi ke jalan sempit yang kanan kirinya adalah rumah-rumah warga sehingga masih terganggunya mobilitas kegiatan saat memasuki obyek wisata Candi Pari sehingga mengakibatkan kemacetan dan ketidaknyamanan pengunjung dalam berwisata. Dan dalam upaya agar lebih meningkatkan pengembangan obyek wisata Candi Pari sehingga masih kurang optimalnya upaya-upaya yang dilakukan dikarenakan adanya kendala tersebut[5]..
METODE
Metode penelitian nantinya dipakai oleh penulis ialah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Silalahi diartikan sebagai “Suatu proses penyelidikan untukmemahami masalah sosial berdasar pada penciptaan gambaran holistik yang lengkap dibentuk oleh kata-kata,
melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah”[6]. Sedangkan menurut Burhan Bungin dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sosial : Format – format kuantitatif dan kualitatif menjelaskan bahwa Penelitian Kualitatif adalah manakala seseorang melakukan penelitian dengan dibatasi, karena adanya batasan terhadap tujuan peneliti nantinya harus didalami sebaik- baiknya mengenai data sasaran penelitian. Penelitian Kualitatif menurut Fischer, Miller dan Sidney dalam (Handbookof Public Policy Analysis Theory, Politics and Methods) menyatakan bahwa, “Qualitative researchinvolvesresearch that user obserbational, communicative, and documentary methods in natural settings in an effort tounderstand the social”. Yang artinya yaitu “Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mensertakan dan memerlukan komunikasi, pengamatan, dan cara dokumen secara alami, dalam usaha untuk memahami dunia social[7].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak Positif dan Negatif dalam pengembangan Obyek Wisata Candi Pari di Desa Candipari Porong, Sidoarjo dapat dilihat dalam beberapa aspek yang telah ada, yaitu dari segi dampak dalam pengembangan yang telah dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah yaitu Dispapora Sidoarjo dan juga dari segi kualitas SDM masyarakat sekitar yang terdampak oleh pengembangan yang dilakukan dimana dalam hal ini yakni masyarakat sekitar yang terkena dampak oleh pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintah (Dispapora) yakni Obyek Wisata candi Pari, bagaimana mereka mengelola dan mamanfaatkan pengembangan Obyek Wisata Candi Pari dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung dalam obyek wisata Candi Pari tersebut dan juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Candipari yang terdampak oleh pengembangan yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya dan juga sarana dan prasarana yang telah dikembangkan oleh Dispapora Sidoarjo[8]. Dalam pelaksanaannya Pemerintah Daerah (Dispapora) yakni hanya bias melakukan pengembangan Obyek Wisata Candi Pari hanya melalui Sarana dan Prasarana penunjang untuk meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke Obyek Wisata Candi Pari. Tetapi untuk memelihara obyek wisata serta merenovasi sendiri bukanlah tugas dari pihak dispapora yang mempunyai tupoksi dan wewenang, pihak dari BPCP (Badan Pengelola Cagar Budaya) Trowulan Mojokerto Jatim, dimana untuk melakukan renovasi serta perawatan untuk Obyek Wisata menggunakan Dana Hibah[9].
Berbagai macam uapaya dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Dispapora) dalam mengembangkan obyek wisata Candi Pari slah satunya ialah dalam bidang promosi, pihak Pemerintah Daerah (Dispapora) melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan minat dan antusias masyarakat untuk berkunjung dalam Obyek Wisata Candi Pari dengan melakukan Festival setiap minggunya (city tour) ditujukan untuk anak-anak, TK sampai dengan tingkat SMA dan juga untuk umum yakni dengan Sendra Tari yang diharapkan dapat menarik minat mereka. Tidak lupa dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada dizaman modern ini, pemerintah pun tidak luput memanfaatkannya untuk upaya meningkatkan Obyek Wisata Candi Pari dengan melakukan promosi dalam berbagai macam media social yang ada, yakni seperti Twitter, Instagram, serta Facebook. Dan juga untuk lebih memaksimalkan upaya yang dilakukan pemerintah pun melakukan promosi menggunakan plamfet, brosur yang mencakup ikon Candi Pari[10].
Dalam pelaksanaannya pun tidak luput dari adanya Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat yang dihadapai dan ditidak dapat dipungkiri membuat pelaksanaan pengembangan Obyek Wisata Candi Pari yang dilakukan kurang optimal.
Beberapa Faktor penghambat yang dihadapi oleh Pemerintah dalam pengembangan yang dilakukan ialah, Kondisi lokasi dan Terbtasnya lahan yang membuat kurang optimalnya pelaksanaan yang dilakukan. Kondisi lokasi Obyek Wisata Candi Pari yang berada dibawah permukaan laut serta padatnya pembangunan menjadikan akses meuju Objek Wisata selalu banjir jika terjadi hujan yang cukup deras dan menggenang cukup
lama, jika terjadi dalam jangka waktu yang panjang membuat akses jalan yang dilalui menjadi rusak dan berlubang, walaupun pihak Pemerintah selalui berulang kali merenovasi, tetapi kejadian yang selalu berulang akan tetap membuat akses jalan selalu rusak jika terjadi banjir dalam kurun waktu berulang. Selanjutnya ialah, Terbatasnya Lahan, karena akses menuju lokasi titik Obyek Wisata dirasa terlalu sempit dari jalan besar, seringkali membuat kemacetan yang padat terlebih lagi jika sudah memasuki musim liburan karena kurangnya akses untuk parker kendaraan, terutama untuk kendaraan besar seperi bus dan mobil, di tambah masyarakat yang seringkali menggunakan bahu jalan untuk ber-UMKM disekitaran Obyek Wisata Candi Pari yang menjadi salah satu penyebab kemacetan yang terjadi karena akses jalan yang semakin sempit.
Beberapa Faktor pendukung yang dihadapi oleh Pemerintah dalam pengembangan yang dilakukan ialah, Pengadaan Lahan serta Partisipasi yang diharapakan membuat pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintah menjadi lebih optimal. Pengadaan Lahan menjadi opsi yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemacetan serta banjir yang seringkali menjadi permasalahan inti yang terjadi dalam Obyek Wisata Candi Pari, Dengan melakukan Pengadaan Lahan masyarkat sekitar Obyek Wisata Candi Pari diharapkan akan mengatasi permasalahan yang terjadi seperti kemacetan karena Lahan akan digunakan untuk menjadi akses untuk parkir kendaraan yang akan berkunjung ke Obyek Wisata Candi Pari terutama untuk kendaraan besar seperti bus dan mobil. Serta memperbaiki drainase serta gorong-gorong untuk menanggulangi banjir yang seringkali menjadi salah satu penyebab masalah yang terjadi supaya segera surut. Faktor pendukung selanjutnya yakni Partisipasi yang tinggi dari masyarakat Desa Candipari yang terdampak oleh pengembangan Obyek Wisata Candi Pari yang dilakukan oleh pemerintah sangat tinggi dan serta turut hadir dalam mengelola sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pemerintah seperti toilet, keamanan serta akses parkir, tidak luput masyarakat ber-UMKM disekitaran obyek wisata serta diteras rumah masyarakat terdekat untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan mereka.
KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian diatas mengenai Faktor Pendukung dan Penghambat penegmbangan Obyek Wisata Candi Pari yakni dari segi pendukung untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan pengembangan Obyek Wisata Candi Pari yang dilakukan Dispapora dilakukan Pengadaan lahan yang diharapkan akan membuat pengembangan yang dilakukan menjadi lebih optimal dikarenakan mengurangi kemacetan yang diakibatkan kurangnya lahan parkir bagi pengunjung terutama untuk kendaraan besar seperti bis dan mobil serta diharapkan setelah memperbaiki drainase yang ada menjadi lebih optimal diharapkan genangan air yang mengakibatkan banjir diarea sekitar obyek Wisata Candi Pari surut lebih cepat, karena lokasi geografis Obyek Wisata Candi Pari yang berada dibawah permukaan laut.
References
- Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
- Christie, Iain T, and D. Elizabeth Crompton 2003 Republic of Madagascar : Tourism Sector Study. Africa Region Working Paper Series, 63
- Dispapora “Jumlah pengunjung Obyek Wisata Candi Pari 2015-2018” 2018 [Online]
- Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model Model Pemberdayaan. Yogyakarta: IKAPI.
- Adisasmita, R. (2010). Pengelolaan Pendapatan Dan Anggaran Daerah.Yogyakarta: Graha Ilmu.
- Silalahi, U. 2004. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Rafika Aditama.
- Bungin, B. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers.
- Ambar, T. S. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.
- Sjamsuddin, S. 2005. Kepemerintahan dan Kemitraan. Malang: Agritek YPN. Malang
- Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.