Abstract

The purpose of this study is to describe and analyze Community Empowerment from the ability to buy small commodities in Kedensari Village, Tanggulangin Sidoarjo. This study used descriptive qualitative methods. The data were obtained through observation, documentation, and interviews with the head of Kedensari Village, Kedensari Village Secretary and with Micro,Small And Medium Enterprises actors. Data analysis techniques in this study are data collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results showed that the ability to buy small commodities Kedensari Village community was able to buy their daily needs and could help them to support their families. However, there are obstacles, namely that the village government has not been optimal in conducting socialization to the community about the implementation of economic empowerment due to the limited ability of the village government apparatus in conveying information clearly. As well as community involvement and awareness to participate in training organized by the village government in collaboration with local youth organizations is also still lacking.

Pendahuluan

Indonesia telah menjadi negara maju dan salah satu ekonomi terbesar di dunia yang didorong oleh investasi dan perdagangan; Pariwisata, industri, maritim serta jasa; didukung oleh infrastruktur yang tangguh dan ketahanan pangan, air yang kuat, serta energi. Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat. Menurut Sumodingrat, Gunawan (1999) Pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi juga harus dilakukan secara fleksibel yang tidak mengganggu dan mendiskriminasi perekonomian yang kuat; Oleh karena itu, kemitraan antara usaha mikro, kecil, dan besar merupakan jalan yang harus ditempuh untuk mencapai ekonomi kerakyatan yang kuat, modern, dan produktif.

Pemerintah telah berjanji untuk terus mendorong pemberdayaan UMKM agar dapat masuk ke dalam kelas dan berkontribusi lebih pada perekonomian Indonesia. Ada 64 juta UMKM di Indonesia yang menyumbang 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara. Untuk memulihkan perekonomian di masa pandemi ini, Pemprov Jatim mengambil peran UMKM. UMKM lebih dominan, dan terbukti menjadi tulang punggung perekonomian Jawa Timur. Selain itu, kontribusi UMKM di Jatim dari 4.444 PDRB Jatim dilaporkan sebesar 54%. Pemprov Jatim menganggarkan kurang lebih 45,246 miliar rupiah untuk Pemprov Jatim untuk penguatan sistem kelembagaan, sarana pemasaran, akses dana, manufaktur, rekonstruksi, dan penguatan SDM sebanyak 4.444 KUKM yang digunakan . Adapun Perkembangan jumlah usaha mikro di Kabupaten Sidoarjo tahun 2017-2020 dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro Di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2017-2020

Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro 2020

Berdasarkan gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa Jumlah Usaha Mikro pada tahun 2019 mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,48 % dibandingkan tahun 2018. Dan pada tahun 2020 Jumlah Usaha Mikro mengalami penurunan sebesar 9,19% dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada awal tahun 2020 terjadi musibah yaitu adanya wabah Covid-19. Kabupaten Sidoarjo yang dikenal sebagai kota industri yang tidak pernah mati. Sidoarjo merupakan wilayah Jawa Timur dengan luas wilayah 719,63 km2 dan 18 kecamatan. Sidoarjo merupakan salah satu sentra UMKM di Indonesia sehingga menarik perhatian seluruh nusantara. Serta berhasil memajukan UMKM, yang menjadikan Sidoarjo kota UMKM.

Dari sekian banyak produk unggulan UMKM Kabupaten Sidoarjo, salah satu produk unggulan UMKM yang perkembangannya dapat dilihat adalah UMKM tas lokal di sekitar longsor Lapindo di desa Kedensari kecamatan Tanggulangin. Selain itu, UMKM tas dan kasing berkembang di desa Kedensari kecamatan Tangrangin dan menjadi salah satu industri besar di wilayah Jawa Timur. UMKM tas dan kasing ini tidak hanya unik, tetapi juga antusias untuk berkembang, membangun bahkan maju. UMKM kulit dan kulit sintetis memiliki banyak produk berkualitas tinggi seperti tas, dompet, sepatu, jaket dan koper. Kecamatan Tanggulangin memiliki Kualitas tas lokal yang cukup baik dan diakui oleh semua konsumen. Hal Ini dapat dibuktikan dari bahan saku yang digunakan oleh berbagai jenis yang meluas dari berbagai bahan hingga bahan kulit murni yang digunakan untuk membuat tas .

Kecamatan Tanggulangin, dinilai dari daya tarik tas kulit di desa Kedensari, yang mampu memproduksi produk-produk berkualitas sangat tinggi sehingga dapat memikat wisatawan. Berdasarkan dari Data pemerintah Desa menjelaskan bahwa jumlah jasa keterampilan yang ada di Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2020 sebanyak 150 orang yang meliputi tukang jakit sebanyak 85 kepala keluarga serta terdapat tukang boridr sebanyak 65 kepala keluarga.UMKM ini dimulai ketika beberapa pengrajin memulai beberapa objek dalam bentuk tas dan koper. UMKM adalah kelompok ekonomi yang berorientasi pasar, kelompok ekonomi yang kompetitif, dan berharap untuk bertindak sebagai unsur ekonomi regional.

UMKM Tas dan koper ini mewadahi beberapa ibu rumah tangga serta kepala keluarga yang menghasilkan berbagai kerajinan kulit yang berbeda dengan karakteristik desa Kedensari. Jenis tas yang diproduksi bermacam-macam. Dimulai dengan tas anak-anak, remaja sampai dewasa. Desain yang digunakan mirip dengan yang ada atau hampir sama dengan produk tas yang ada.Umkm tas dan koper ini adalah sebuah wadah untuk kreafitas warga Kedensari di bidang kerajinan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok, yang berujung pada kesinambungan dan kemandirian ekonomi. Jumlah pengunjung merupakan hal penting dalam sebuah usaha.

Semakin banyak pengunjung yang datang untuk membeli juga mempengaruhi dalam meningkatkan hasil penjualan yang diperoleh. Sebelum pandemi terjadi, jumlah pengunjung datang sangat banyak, terutama pada waktu-waktu tertentu, seperti Liburan Idul Fitri dan liburan sekolah di akhir semester. Penurunan yang terjadi adalah karena orang yang lebih suka membeli kebutuhan dasar yang diperlukan setiap hari. Selain itu, karena daya beli orang yang berkurang dikarenakan pendapatan mereka menurun, UMKM juga kehilangan momen untuk meningkatkan dalam hal penjualan.Dari informasi yang diperoleh perkiraan omset UMKM tas dan koper yang ada di Desa Kedensari dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut.

No Tahun Omzet
1 2018 Rp. 20.434.525.000
2 2019 Rp. 20.945.707.500
3 2020 Rp. 18.250.000.000
4 2021 Rp. 18.280.500.000
Table 1.Perkiraan Omzet Pelaku UMKM Tas dan Koper di Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Tahun 2018 - 2021Beberapa Para Pelaku UMKM Desa Kedensari Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan jumlah pengunjung UMKM yang ada di Desa Kedensari mengalami penurunan dan tentu saja omset yang diraih juga mengalami penurunan. Hal ini bisa terjadi karena dari kondisi saat ini yaitu adanya pandemi Covid-19 mengalami kesulitan penjualan sehingga produksi barang juga ikut menurun dikarenakan berkurangnya pemasukan dan pemesanan. Penurunan ini dapat terjadi karena masyarakat lebih memilih untuk membeli kebutuhan setiap hari. Persaingan pasar dan penurunan ekonomi masyarakat di Desa Kedensari kecamatan Tanggulangin dapat terus memperkuat UMKM tas dan koper, kemudian mempertahankan keberadaan industri kecil tas dan koper Tangrangin meningkat. Pelatihan yang dilakukan Disnaker di Desa Kedensari untuk tas dan koper dilakukan di kantor dinas dan hotel. Pelatihan yang ditawarkan berupa pelatihan penjualan, pelatihan manajemen, dan pelatihan online.

Namun, pada masa pandemi ini dilakukan secara online, sehingga pelaksanaannya tidak efektif. Pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa Kedensari adalah pelatihan menjahit dan menyulam, merekat dan pelatihan desain kreatif. Dikarenakan gentingnya program pelatihan pemberdayaan saat ini mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk menghasilkan produk-produk baru dan inovatif sehingga mengurangi pendapatan masyarakat Desa Kedensari Dari waktu ke waktu, melihat berbagai peluang pemberdayaan dari satu tempat ke tempat lain, dan dari sektor ke sektor, penjelasan tentang kondisi lingkungan usaha tas dan kasus UMKM di desa Kedensari kecamatan Tangrangin adalah untuk membantu pertumbuhan kelompok .Tidak menunjukkan harapan. Sistem ekonomi masyarakat. Hal ini pula yang menyebabkan usaha kecil tas dan koper Tanggulangin gagal memberikan pola khusus bagi pengembangan usaha kecil tas dan koper Desa Kedensari.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik kualitatif. Penelitian deskriptif adalah teknik pemecahan masalah yang memandu peneliti untuk menyelidiki dan/atau memotret situasi sosial yang telah diteliti dan diteliti secara seksama. Penelitian ini tidak menguji hipotesis, tetapi hanya menjelaskan informasi sesuai dengan variabel yang diteliti . Fokus hasil penelitiannya adalah untuk memberikan gambaran objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. Maka dari itu penelitian ini menggambarkan secara dalam tentang pemberdayaan ekonomi melalui UMKM tas dan koper di Desa Kedensari Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Fokus dari penelitian ini yaitu dilihat dari dimensi Kemampuan Membeli Komoditas Kecil.

Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Teknik penganalisisan data menggunakan teori Miles&Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan . Sasaran informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa Kedensari sebagai key informan di mana peneliti terfokus untuk memperoleh data terkait pelatihan yang diselenggarakan oleh Desa Kedensari dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat melalui UMKM. Sedangkan untuk informan pendukung peneliti melakukan wawancara kepada Seketaris Desa Kedensari serta para pelaku UMKM tas dan koper.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

1. Daya Beli Komoditas Kecil Masyarakat Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

Pemberdayaan dalam perekonomian adalah upaya untuk membangun energi (masyarakat) dengan memberikan suatu dorongan untuk memotivasi, dengan meningkatkan kesadaran kapasitas diri untuk menggunakan potensi ekonomi yang mereka miliki dan mencoba mengembangkannya . Empirasi atau keberdayaan masyarakat adalah elemen dasar untuk mengembangkan keterampilan dan potensi mereka, memungkinkan masyarakat untuk bertahan hidup dan kerabat dalam melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari, untuk mencapai kemajuan yang lebih baik. Kemampuan untuk membeli komoditas kecil adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki kemampuan untuk membeli kebutuhan, baik untuk keluarga maupun untuk diri mereka sendiri atau dapat dikatakan bahwa mereka adalah kebutuhan utama dengan menggunakan uang dari keterampilan individu. Dalam hal ini, orang-orang UKM memiliki kemampuan untuk membeli barang yang mereka butuhkan dengan uang yang mereka dapatkan dari UKM tas dan koper ini tanpa meminta uang dari orang tua dan lainnya .Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Yudi selaku Pemilik UMKM Garuda yaitu:

“Dengan hasil yang saya peroleh ya saya mampu untuk memenuhi kehidupan rumah tangga mba, apalagi kebutuhan primer pasti sangat penting untuk sehari-hari keluarga saya.” (Wawancara Pribadi dengan Bapak Yudi pemilik UMKM Garuda, pada tanggal 20 Desember 2021).

Adapun yang disampaikan oleh Bapak Hadi selaku pemilik UMKM Hadi Surya dalam wawancara yaitu:

“Alhamdulillah mba dari saya berjualan tas dan koper ini hasil atau omsetnya bisa membeli kebutuhan pokok seperti minyak, beras, lauk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya dan keluarga.” (Wawancara Pribadi dengan Bapak Nur Hadi pemilik UMKM Hadi Surya, pada tanggal 27 Desember 2021).

Adapula yang disampaikan oleh Bapak Roni Pemilik UMKM UD Sumber Rejeki dalam wawancara yaitu;

“Ya kalau dari penghasilan Ukm saya alhamdulillah bisa membeli kebutuhan primer bahkan saya juga mampu membeli untuk stok beberapa bulan. Saya juga mampu membelikan kebutuhan istri dan nak saya seperti body care, skincare dan semavamnya itu. Dan alhamdulillah saya dapat membuatpara karyawan saya juga mampu untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak, gula untuk membantu keluarganya.”(Wawancara Pribadi dengan Bapak Roni pemilik UMKM UD Sumber rejeki, pada tanggal 5 Januari 2022).

Serta yang disampaikan oleh Ibu Wiwin pemilik UMKM DN Collection dalam wawancara yaitu;

“ Dari hasil penjualan sendiri aku bisa beli beras, minyak untuk sehari-sehari dan bisa membeli seperti bedak, sabun, minyak wangi dan kebutuhan cewek lainnya mba hehehe. Lumayan lah mba bisa membantu perekonomian suami saya”(Wawancara Pribadi dengan Ibu Wiwin pemilik UMKM DN Collection, pada tanggal 5 Januari 2022).

Ada pula hasil wawancara dari Bpk. Yusro Arifianto selaku Sekretaris Desa Kedensari berikut ini:

“ Dari adanya UMKM Tas dan Koper di Desa Kedensari ini bisa mengangkat perekonomian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjadi masyarakat yang lebih mandiri.” ( Wawancara Pribadi dengan Bapak Yusro Arifianto selaku Sekretaris Desa Kedensari, pada tanggal 27 Desember 2021).

Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa dengan adanya UMKM Tas dan Koper sangat membantu para masyarakat Desa Kedensari dalam menjalani kehidupannya dan mampu membeli kebutuhan sehari-hari baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga dari hasil UMKM nya. Baik yang sudah menikah atau lajang, dan ibu rumah tangga yang dapat membantu perekonomian suaminya sehingga ekonomi keluarga mereka dapat dipenuhi. Serta dari program pelatihan ini terdapat Keuggulan yaitu memandirikan masyarakat, memberikan keterampilan, memanfaatkan sesuatu yang tadinya tidak manfaat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan adanya program Pelatihan ini tentunya ada perubahan yang dirasakan masyarakat setelah melakukan proram karena mereka sudah bisa mandiri, dan dapat membantu pertumbuhan ekonomi mereka.

2. Kendala Daya Beli Komoditas Kecil Masyarakat Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

Namun dalam pelaksanaan pemberdayaan ekonomi terdapat beberapa kendala dari pihak aparatur pemerintah serta dari para pelaku UMKM sendiri hasil wawancara dari Bpk. Yusro Arifianto selaku Sekretaris Desa Kedensari berikut ini.

“Hambatan dari pelatihan yang kami lakukan yaitu kurangnya partisipasi masyarakat yang ikut serta dari masa ke masa. Kami sudah berupaya untuk melakukan penyuluhan terkait pemasaran dan cara untuk mendesign produk unggulan baru, namun masyarakat masih banyak yang kurang antusias dalam program yang kami lakukan. Apalagi pada saat pandemic covid-19 ini, pelaku usaha banyak yang mengalami kesulitan dalam berjualan, dan tujuan kami ingin memberikan penyuluhan agar mereka bisa bangkit kembali namun mereka tetap tidak antusias atas program yang dilakukan di pemerintah desa Kedensari ini mba, padahal masih banyak pelaku usaha yang kurang memahami kemajuan teknologi.”( Wawancara Pribadi dengan Bapak Yusro Arifianto selaku Sekretaris Desa Kedensari, pada tanggal 27 Desember 2021).

Adapun hambatan yang dialami oleh para pelaku usaha seperti yang dikatakan oleh Ibu wiwin berikut ini:

“ Semenjak adanya wabah covid ini saya kesulitan untuk berjualan mba, omset juga turun otomatis modal yang saya gunakan untuk produksi barang baru juga sulit. Saya juga tidak paham mengenai cara penjualan online, jadinya ya saya jual hanya nunggu pesanan, dan saya titipkan ke toko lain yang lebih besar, sama orang datang ditoko saya aja mba.” Hasil (Wawancara Pribadi dengan Ibu Wiwin pemilik UMKM DN Collection, pada tanggal 5 Januari 2022).

Seperti yang dikatakan oleh Bpk. Yudi berikut ini

“ Saat pandemi covid ini bahan baku mahal mba, saya juga bingung untuk muter penghasilan bagaimana. Kalau bahan baku naik otomatis harga jual juga ikut naik dan saya juga aga kesulitan jualnya mba.” (Hasil wawancara Pribadi dengan Bapak Yudi pemilik UMKM Garuda, pada tanggal 20 Desember 2021).

Berdasarkan hasil wawancara bahwa pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah desa mengalami kendala yakni antusias masyarakat yang kurang dari masa ke masa. Dari sektor masyarakat kurang menerima informasi yang jelas dari pemerintah desa setempat sehingga komunikasi yang dilakukan ini kurang baik. Serta masyarakat pelaku usaha sendiri banyak yang kurang mampu memahami pengetahuan kemajuan teknologi karena dari mereka pelaku usaha kebanyakan tidak menjual produk melalui online melainkan hanya menunggu penjualan di toko pribadi mereka. Dan karena pandemi covid ini, omset menurun sedangkan bahan baku meningkat sehinga modal mereka untuk produksi barang baru juga mengalami kesulitan.

B. Pembahasan

1. Daya Beli Komoditas Kecil Masyarakat Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan tujuan membangun manusia dan masyarakat. Pemberdayaan adalah upaya sinergis antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam bentuk perubahan iklim mikro dan pengembangan usaha. , UKM dapat tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang kokoh, mandiri dan menguntungkan. Pemberdayaan dalam kancah ekonomi adalah upaya membangun kekuatan (masyarakat) dengan memberikan dorongan dan motivasi dengan mewujudkan potensi ekonomi, menciptakan kemampuan untuk mengusahakan perkembangannya, dan membangkitkan kesadaran . Bentuk kegiatan pemberdayaan di Desa Kedensari meliputi pelatihan dan pembinaan yang diharapkan dapat meningkatkan dan meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM menjadi usaha yang berkelanjutan.

Berdasarkan data yang didapat di lapangan, pelatihan yang diselenggarakan oleh Desa Kedensari bagi masyarakat ini bisa menjadi modal pertama bagi seluruh UMKM yang ada di Desa Kedensari. Dalam pelatihan yang ada di Desa Kedensari memberi kemampuan dalam keterampilan yang diperoleh dan dapat menjadi landasan atau modal bagi setiap masyarakat. Karena untuk membuka suatu usaha maka setiap orang membutuhkan keterampilan dan pengalaman di bidang tersebut untuk membuka suatu usaha, sehingga usaha yang dikelola dapat bergerak maju dan membuat mereka lebih berdaya secara ekonomi. Hasil pemberdayaan Ekonomi masyarakat Melalui UMKM Tas Dan Koper Di Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yaitu Kemampuan dalam Daya Beli komoditas kecil :

Di mana suatu kondisi seseorang memiliki kemampuan untuk membeli kebutuhan mereka, baik untuk keluarga maupun untuk diri mereka sendiri atau dapat dikatakan bahwa mereka adalah kebutuhan utama saat menggunakan uang dari keterampilan individu. Pada hal ini, pelaku UMKM tas dan koper di Desa Kedensari memiliki kesempatan untuk menggunakan uang yang diterima dari UMKM Tas dan Koper untuk membeli apa yang mereka butuhkan tanpa meminta uang kepada orang tua atau orang lain. Kehadiran UMKM tas dan koper ini tentu sangat membantu masyarakat di Desa Kedensari dalam menjalani kehidupan dan membeli kebutuhan sehari-hari dari hasil UMKM baik untuk diri sendiri maupun keluarganya. Tidak hanya ibu rumah tangga yang bisa membantu perekonomian pasangan dan mewujudkan ekonomi keluarga, namun ada juga yang sudah menikah dan lajang.

Hal ini sejalan dengan teori Maslow (2006: 52), yang mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi manusia, dan kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisik atau aktualisasi diri. Menurut penulis, pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui UMKM melalui tas dan koper dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun tambahan. Dalam adanya bisnis tas dan koper para pelaku UMKM bisa mendapatkan pekerjaan yang diharapkan serta dapat membawa hasil yang memenuhi segala kebutuhan pribadinya. Hasil penelitian menjelaskan bahwa mereka yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap atau menganggur sehingga dalam keterbatasan pada pemenuhan kebutuhan dasar hidupnya.

Dengan pemberdayaan masyarakat melalui UMKM tas dan koper ini berperan dalam meningkatkan daya beli di masyarakat, tidak hanya untuk kebutuhan dasar, tetapi juga mencakup daya beli untuk kebutuhan tambahan. Menurut pemerintah kota, UMKM tas dan koper ini mempengaruhi perubahan ekonomi keluarga yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan hadirnya UMKM, tas dan koper sangat membantu perekonomian masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan mengisi perekonomian keluarga. Sebagaimana dikemukakan Mardikanto dan Soebianto (2013: 3032), pemberdayaan mengacu pada kemampuan individu, terutama kelompok rentan, untuk memberdayakan atau memberdayakan dan memberdayakan individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya serta masyarakat memiliki pendapat mereka dengan bebas, tetapi juga untuk menghindari kelaparan, kebodohan dan penderitaan.

Pada indikator ini ada persamaan dengan hasil penelitian Anisa Cyntia Devi (2017) bahwa dari adanya pemberdayaan masyarakat melalui UKM logam jaya laras secara tidak langsung mampu membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran diwilayah ponorogo serta meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Paju . Penghasilan yang diperoleh masyarakat saat bekerja di Jaya Laras Metal UKM sudah dapat memberikan kenyamanan dan adaptasi kepada keluarga mereka sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan dasar dalam kehdiupan mereka. Seperti UMKM Tas dan Koper Desa Kedensari, Dengan upaya ini telah membantu mengurangi pada per masalahan tingkat kemiskinan di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

2. Kendala Daya Beli Komoditas Kecil Masyarakat Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.

Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan program dan ketidakberhasilan kelompok sasaran untuk mencapai tujuan namun harus diakui juga bahwa ada banyak program pemberdayaan yang berhasil dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Program pemberdayaan yang kurang berhasil atau gagal mencapai tujuan tentu disebabkan oleh berbagai kendala. Salah satu hambatan yang menyebabkan program pemberdayaan tidak dijalankan adanya masalah dalam implementasinya adalah keberadaan kelompok-kelompok di masyarakat yang menolak pembaruan atau perubahan upaya yang terjadi . Pembatasan yang terjadi dalam implementasi program pemberdayaan dapat berasal dari kepribadian individu di masyarakat dan juga dapat berasal dari sistem sosial.

Berdasarkan hasil penelitian tentang kendala yang dihadapi dalam daya beli komoditas kecil masyarakat di Desa Kedensari diantaranya sebagai berikut; Pertama, kurang optimalnya pemerintah desa dalam menyebarluaskan tentang organisasi pemberdayaan ekonomi karena terbatasnya kapasitas aparatur pemerintah desa dalam mentransmisikan informasi dengan jelas, kurangnya dukungan untuk dana dan fasilitas dan waktu yang terbatas dari pemerintah desa dan masyarakat. Kedua, kurangnya pemerintah desa dalam meningkatkan kesadaran dengan melakukan sosialiasi dan petunjuk serta bimbingan dalam melakukan langkah-langkah perubahan dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Yang telah menyebabkan SDM rendah yang dimiliki oleh pemberdaya serta komunitas usaha, yaitu kesediaan pemerintah desa untuk turun langsung ke kegiatan komersial masyarakat dengan mengamati status ril upayanya masih rendah. Tujuan keinginan serta motivasi untuk berkembang sehingga pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah desa Kedensari belum optimal.Ketiga, memiliki permasalahan dalam permodalan, modal adalah faktor terpenting dalam membuka usaha. Mengingat UMKM merupakan usaha rumahan yang mengandalkan modal sendiri, maka modal ini membutuhkan dukungan pemerintah. Pengusaha tas dan koper di Desa Kedensari mengaku menggunakan tabungannya sebagai modal.

Meski sangat sulit untuk menambah modal awal karena pandemi Covid mempengaruhi penjualan mereka. Keempat, kurangnya rasa partisipasi dan kesadaran dari masyarakat untuk mengikuti adanya pelatihan yang diselenggarakan pemerintah desa yang bekerja sama dengan karang taruna setempat. Hal ini dikarenakan mindset dari masyarakat setempat merasa sudah mampu dan tidak perlu adanya pelatihan. Sedangkan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di lapangan masyarakat pelaku umkm setempat masih banyak yang belum bisa menggunakan teknologi pada era saat ini. Yang menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui UMKM Tas Dan Koper Di Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjodari program pelatihan ini terdapat Manfaat dari adanya program pelatihan ini antara lain memperkuat masyarakat, memberikan keterampilan, dan mengubah hal-hal yang tidak berguna menjadi berguna. Tentu saja, program pelatihan ini memiliki perubahan yang dirasakan masyarakat karena dapat mendukung pertumbuhan ekonomi secara mandiri setelah program tersebut dilaksanakan. Dari hasil analisis terlihat bahwa pemberdayaan ekonomi melalui UMKM tas dan koper di Desa Kedensari dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar menjadi menjadi solusi bagi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya. Dalam bisnis tas dan koper para pelaku UMKM bisa mendapatkan pekerjaan yang diharapkan dapat membawa hasil yang memenuhi segala kebutuhan pribadinya.

Namun terdapat kendala yaitu masih kurang optimalnya Pemerintah desa dalam menyebarluaskan tentang organisasi pemberdayaan ekonomi karena terbatasnya kapasitas aparatur pemerintah desa untuk mentransmisikan informasi dengan jelas. Kedua, Keterlibatan dan kesadaran masyarakat untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa bekerjasama dengan organisasi pemuda setempat juga masih kurang. Ketiga, Kenaikan harga baku ini tentu saja mempengaruhi harga penjualan, apalagi bahan baku diperoleh dari supply, sehingga mereka memerlukan biaya yang lumayan banyak. Keempat, Kurangnya rasa partisipasi dan kesadaran dari masyarakat untuk mengikuti adanya pelatihan yang diselenggarakan pemerintah desa yang bekerja sama dengan karang taruna setempat.

References

  1. P. Wicaksana, “Webinar Amal Nasional Sapa Desa,” UNAIR News, Surabaya, 2021.
  2. M. Shofwan, Faktor - Faktor Yang Menyebabkan Eksistensi Industri Tas dan Koper di Kecamatan Tanggulangin, Surabaya: UNESA Press, 2011.
  3. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013.
  4. B. M. d. M. H. Miles, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Jakarta: UIP, 1992.
  5. M. Y. Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi, Jakarta: Seminar Pemberdayaan Masyarakat, 2000.
  6. E. Hadiyati, Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil, Malang: Jurnal Universitas Ganjayana, 2011.
  7. Undang - Undang No.20 Pasal 1 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
  8. E. Suhato, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2005.
  9. A. C. Dewi, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Kecil dan Menegah (UKM) Logam Jaya Laras Untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Desa Paju Kecamatan Ponorogo Kabupten Ponorogo, Jurnal FISIP UNESA, 2007.
  10. I. R. Adi, Pemberdayaan Pengembangn Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2013.