Abstract

This study aims to describe and analyze community empowerment through the Kampung KB program in Ketegan Village, Tanggulangin District and to determine the supporting and inhibiting factors for community empowerment in the KB Village. The research method carried out by the researcher is a qualitative descriptive method. The technique of determining the informants in this study used a purposive sampling technique. Data collection techniques in this study were obtained through interviews, observation, and documentation. fish-based food processor by PLKB Tanggulangin Regency. Based on the results of the study, it is shown that the main target of this program is the community, especially in Ketegan Village. From the community side, they gave a positive response in the implementation of the family planning program in the form of community participation in providing information.

Pendahuluan

Gerakan pembangunan yang dilakukan pemerintah secara essential harus dilakukan bersamaan dengan menggerakkan partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk kegiatan yang dilakukannya sendiri. Dengan demikian menjadi tugas yang sangat penting bagi managementpembangunan untuk menggerakkan, membimbing, menciptakan iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan masyarakat. Upaya- upaya ini dilakukan melalui kebijaksanaan, peraturan dan kegiatan pembangunan pemerintah yang diarahkan untuk menunjang, merangsang dan membuka jalan bagi kegiatan pembangunan masyarakat. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dapat terhambat oleh beberapa hal, salah satunya yaitu Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia seperti tabel berikut ini : salah satunya yaitu Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia seperti tabel berikut ini :

Berdasarkan tabel dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penduduk di Indonesia meningkat dari tahun 2017 hingga 2020 dengan bertambahnya 6,7 juta jiwa penduduk hanya dalam kurun waktu 3 tahun [1]. Untuk menekan angka pertumbuhan penduduk pemerintah Indonesia membuat kebijakan program Keluarga Berencana (KB) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang menekankan kewenangan kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) [2]. Dan diperbarui lagi dengan Undang-Undang Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan dan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga [3].

No Desa Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Peserta KB Memiliki 2 Anak Per-PUS Memiliki 2 Anak Per-PUS Memiliki 3 Anak Per-PUS
1 Ketegan 150 110 200 59 40
2 Kedensari 250 160 175 81 29
3 Randegan 210 196 150 70 19
Jumlah 610 466 525 210 88
Table 1.Data Kesertaan Ber-KB Kecamatan Tanggulangin Tahun 2020Kantor Balai PLKB Kecamatan Tanggulangin,(2020)

Berdasarkan Tabel bahwa dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Desa Ketegan dengan peserta KB yang tidak sebanding dapat menimbulkan jumlah keluarga yang tidak ideal dan sangat memerlukan kebutuhan lebih untuk mencukupi keluarganya tersebut. Sedangkan rata-rata warga Desa Ketegan memiliki mata pencaharian yaitu : Sebesar 75% memiliki mata pencaharian sebagai buruh tambak dengan penghasilan 18 juta rupiah dan didapatkan 4- 5 bulan sekali. 30% memiliki mata pencaharian buruh tani dengan omset penghasilan 5,5 juta rupiah didapatkan 5 bulan sekali, dan 35% memiliki mata pencaharian sebagai buru pabrik dengan omset penghasilan dibawah 3,8 juta per-bulan. Penghasilan tersebut hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari (sandang, papan, pangan), yang memiliki mata pencaharian buruh tambak dan buruh tani untuk menunggu masa panen sebagian mereka banyak yang menganggur. Dengan kondisi tersebut maka keluarga perlu diberdayakan melalui usaha mikro keluarga dengan pengembangan olahan hasil tambak untuk menambah penghasilan perekonomian keluarga akan tetapi dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala diantaranya pembekalan serta sarana prasarana untuk menjalankan usaha tersebut.

Program KB Nasional diakui oleh dunia internasional, banyak negara berkembang yang menjadikan Indonesia sebagai modal untuk membangun program KB Nasional yang kuat. Alasannya jelas dan terukur, sebab selama bertahun- tahun, Indonesia memiliki Gerakan keluarga berencana yang terkuat dan tersukses di dunia. Jumlah pengguna kontrasepsi. ( Contraceptive Prevalence Rate/ CPR) meningkat dua kali lipat hingga mencapai 60% antara tahun 1976 dan 2002. Menurut Badan Pusat Statistik, di Provinsi Jawa Timur sebanyak 7.922.341 Juta jiwa yang mengikuti program keluarga berencana. Sehingga memberikan efek kepada beberapa daerah, salah satunya yaitu Kabupaten Sidoarjo. Program Kampung KB adalah rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Proses perencanaan dalam program Kampung KB yang meliputi, Pendekatan/ikonsultasi dengan kepala desa dan petugas atau tokoh masyarakat lain, Penyiapan data basis, penyusunan draftawal rencana kegiatan dan pembentukan kesepakatan. Partisipasi masyarakat secara aktif dalam program Kampung KB bagi masyarakat Desa Ketegan, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo ditunjukkan pada setiap program kegiatan yang dilaksanakan. Seperti masyarakat turut membantu dalam bentuk tenaga dan materi semampunya.

Salah satu upaya yang dilakukan BKKBN Jawa Timur dalam menambah jumlah Kampung KB adalah dengan melakukan penilaian Kampung KB di tiap tahunnya. Dari hasil penilaian tersebut, akan diberikan penghargaan kepada Kampung KB terbaik yang layak dijadikan Kampung KB, sehingga nantinya tiap Kabupaten/Kota dapat berlomba-lomba membuat kegiatan maupun inovasi menarik guna mendapat penghargaan Kampung KB terbaik tingkat Provinsi. Tidak lupa juga tujuan diadakannya penilaian kampung KB untuk mengentaskan kemiskinan, juga mendekatkan pembangunan kepada masyarakat. Intinya program tersebut, melibatkan semua sektor pembangunan, Untuk mewujudkan masyarakat sejahtera dengan meningkatkan 3 (tiga) pilar pembangunan, yaitu Pendidikan, Kesehatan dan ekonomi. Gerakan pembangunan yang dilakukan pemerintah secara essential harus dilakukan bersamaan dengan menggerakkan partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk kegiatan yang dilakukannya sendiri. Dengan demikian menjadi tugas yang sangat penting bagi managementpembangunan untuk menggerakkan, membimbing, menciptakan iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan masyarakat. Upaya-upaya ini dilakukan melalui kebijaksanaan, peraturan dan kegiatan pembangunan pemerintah.

Program ini berbasis dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dimana pemerintah sebagai pendamping dan fasilitator program. Program Kampung KB bukan semata-mata hanya membahas alat kontrasepsi saja melainkan mempunyai fokus yang digunakan untuk memberdayakan masyarakat dengan di mulai dari keluarga. Pada tahun 2018, jumlah Kampung KB di Jawa timur sebanyak 1.416. Jika dilihat dari segi kuantitas keberadaan Kampung KB sudah banyak namun perspektif kualitas, pengelolaan Kampung KB masih belum optimal sehingga perlu ditingkatkan. Pemilihan Kampung KB dapat dilihat dari keaktifan Pokja ( Kelompok Kerja) dan mitra terkait dalam menjalankan program KKBPK dan menghasilkan outcomeyang diharapkan. Strategi dan inovasi yang dilakukan di Kampung KB lainnya dalam menjalankan kegiatannya. Hal ini merupakan bentuk timbal balik antara masyarakat dengan program kampung KB dengan cara berusaha mensukseskan program yang sudah direncanakan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan program pemberdayaan Kampung KB menunjukkan bahwa masyarakat bisa menerima dan imengikuti program Kampung KB di Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Akan tetapi, Tidak semua masyarakat di desa tersebut menggunakan KB serta menerapkannya dengan waktu yang berkepanjangan. Tidak hanya itu, pembinaan tidak dilakukan secara berkala, Serta kurangnya fasilitator dalam melakukan pendampingan. Sehingga masih banyak masyarakat yang hanya mengetahui program KB secara umum di Desa Ketegan tersebut.

Menurut (Sulistyawati, 2013) [4]. Keluarga Berencana KB adalah usaha menjaga jarak kehamilan dan mengukur jumlah anak, Maka pemerintah memiliki cara untuk mencegah dan menunda kehamilan dengan mencanangkan sebuah program yang bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia yang dapat memenuhi kebutuhan dalam hidup sejahtera. Tujuan program keluarga berencana yaitu untuk menurunkan angka kelahiran dengan diadakan kebijakan dalam tiga fase yaitu Menjarangkan, Menunda dan Menghentikan. Adapun maksud akan kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu juga anak akibat melahirkan pada usia muda, Jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua ( Hartono, 2002) [5]. Pemberdayaan sebagai suatu proses, Tentunya dilaksanakan secara bertahap, dan tidak bisa dilaksanakan secara instan.

Adapun tahapan pemberdayaan menurut ( Ambar Teguh Sulistyani 2004 ) [6] yang dikutip oleh ( Aziz Muslim) dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat, bahwa tahap-tahap yang harus dilalui dalam pemberdayaan diantaranya adalah: Pertama, Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku. Perlu membentuk kesadaran menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Dalam tahapan ini pihak yang menjadi sasaran pemberdayaan harus disadarkan mengenai perlu adanya perubahan untuk merubah keadaan agar dapat sejahtera. Sentuhan penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran akan tentang kondisinya saat itu, dan demikian akan dapat merangsang kesadaran akan perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang menggunakan suatu proses induktif serta objek yang diamati bersifat alamiah dan yang didapatkan berupa fakta yang ada dilapangan. (Sugiyono, 2010:9) [7]. Menurut (Moleong2011:127) [8]. Lokasi penelitian ini merupakan titik lokasi penelitian untuk mengamati sebuah peristiwa yang terjadi sehingga dapat mendapatkan data penelitian yang meyakinkan dari objek akan diteliti, Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Informan yaitu orang yang paham atau mengetahui sesuatu hal permasalahan yang terjadi, serta orang yang memiliki informasi tentang subjek yang ingin diketahui oleh peneliti. Teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2013:308) [9]. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah Teknik Wawancara (interview).

Wawancara adalah narasumber dan pewawancara yang bertujuan untuk bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Teknik Observasi (Pengamatan) Suatu Teknik pengumpulan data dengan mengamati suatu Fenomena Sosial biasa dilakukan dan kemudian mencatat data-data yang telah ditemukan. Teknik Dokumentasi dalam menggunakan Teknik wawancara dan observasi secara langsung informasi bisa didapat atau diperoleh dengan melihat fakta yang tersimpan, baik dalam bentuk hasil rapat, arsip, catatan, maupun foto kegiatan, Data untuk mendapatkan informasi dapat dibedakan berdasarkan sumbernya menurut (Sugiyono 2013:156) [10]. terdiri dari : Data Primer : Data utama yang didapatkan dari seseorang atau secara langsung dari sumbernya. Data Sekunder : Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia, dari sumber yang tidak langsung, miasalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Pengumpulan data adalah mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan. Reduksi data bisa dikatakan sebagai proses awal dalam analisis data. Penyajian data berupa tabel, gambar, Serta alur kerangka yang disesuaikan. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan merangkum data yang sudah didapatkan dan disusun secara singkat dan jelas. Alur kerangka Penelitian Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah Program Kampung KB (Keluarga Berencana) Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin.

Hasil dan Pembahasan

1. Partisipasi

Selain adanya akses sumber daya, (Nugroho 2008) [11]. Menjelaskan bahwa dalam menjalankan program pemberdayaan dibutuhkan partisipasi. Partisipasi aktif dari masyarakat untuk mengelolah sumber daya yang ada disekelilingnya. Pada Kampung KB Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin memiliki tujuan kepada masyarakat yang ikut serta berpartisipasi dalam program pemberdayaaan. Namun pada kenyataannya pemikiran yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat semua tidak sama, Yaitu ada beberapa masyarakat yang faham akan kondisi yang dialaminya tapi memiliki keinginan untuk merubahnya dan sebaliknya ada beberapa masyarakat yang faham akan kondisi yang dialaminya namun enggan berusaha untuk merubahnya.Kehadiran program KB Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin harus memperkenalkan pada seluruh masyarakat Desa Ketegan khusunya pada peserta KB dengan cara memberikan sosialisasi mengenai program tersebut. Masyarakat kelompok pemberdayaan selain diberikan akses pelatihan pengolahan makanan, masyarakat juga diharapkan ikut serta dalam berpartisipasi pada pelatihan tersebut.

Partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam mendayagunakan sumber daya pada lingkungannya. Partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pemberdayaan karena merupakan cara agar memberikan kemungkinan kepada masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam proses pemberdayaan yang dibuat oleh pemerintah untuk mendayagunakan sumber daya yang ada di lingkungannya. Dalam hal ini partisipasi masyarakat Desa Ketegan mengenai pemberdayaan masyarakat. Partisipasi oleh masyarakat yang mengikuti program pemberdayaan masyarakat dengan diberikan pelatihan pengolahan makanan cukup baik karena hanya beberapa masyarakat saja yang tidak ikut serta dalam berpartisipasi. Sebelum adanya covid-19, kegiatan program KB tersebut dijalankan per desa. Tetapi, setelah adanya virus tersebut petugas menjadi kesulitan untuk menjalankan program tersebut. Sehingga, salah satu cara agar program tersebut tetap berjalan, yaitu dengan melaksanakan program tersebut disatu desa. Dengan syarat desa tersebut harus memiliki tempat yang cukup luas. Sedangkan desa yang memiliki tempat yang luas yaitu desa Ketegan, Sehingga program tersebut dilaksanakan di desa tersebut.

Kehadiran program KB Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin harus memperkenalkan pada seluruh masyarakat Desa Ketegan khusunya pada peserta KB dengan cara memberikan sosialisasi mengenai program tersebut. Bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh PLKB yaitu dengan 2 cara diantaranya sosialisasi yang dilakukan sendiri oleh pihaktif. PLKB Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo dan sosialisasi yang dilakukan secara formal dengan menghadirkan beberapa pihak dinas salah satunya yaitu Dinas Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, sosialisasi formal tersebut dilakukan 2-3 bulan sekali dengan bertujuan untuk memberikan motivasi kepada seluruh Peserta KB agar membuka fikiran dan memiliki antusias untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik.hasil dari penelitian ini yaitu kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata namun tidak menjelaskan mengenai kurangnya ikut serta masyarakat dalam berpartisipasi namun hasil penelitian terbaru yaitu pihak PLKB mengajak masyarakat peserta KB untuk berpartisipasi dengan memberikan sosialisasi dan mengajak pihak lain untuk memberikan sosialisasi guna membangunkan minat masyarakat peserta KB Kampung KB Desa Ketegan.

Kesimpulan

Partisipasi, Pembangunan yang melibatkan masyarakat secara langsung memerlukan ikut serta partisipasi dan keaktifan dari masyarakat untuk mendukung berjalannya kegiatan pemberdayaan. Masyarakat peserta KB memiliki antusias untuk mengikuti program pemberdayaan masyarakat, antusias tersebut tumbuh dengan adanya sosialisasi yang diberikan oleh pihak PLKB Kecamatan Tanggulangin.

References

  1. BPS,” Jumlah Penduduk Negara Indonesia,”2020,”2020. [Online]
  2. UU, ”Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana yang menekankan Kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), 2009. [Online]
  3. UU, ”Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan dan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga,”2014. [Online]
  4. Sulistyawati, (2013). Pelayanan Keluarga Berencana . Jakarta : Salemba Medika
  5. Hartono, H. (2002). Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
  6. Sulistiyani, Ambar Teguh . (2004). Kemitraan dan Modul-modul Pemberdayaan . Yogyakarta: Gava Media
  7. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
  8. Alfabeta
  9. Moleong, L.J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
  10. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
  11. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
  12. Nugroho. (2008). Manjaemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : PT. Elex Media Komoutindo