This research is based on the background of a pandemic that has caused a drastic decline in the community's economy, this of course has an impact on many sectors. Community empowerment is a development capital with people's roots and is an effort to increase the dignity of some of our people who are trapped in poverty. This study aims to describe community empowerment through the COVID-19 response program at the Sidoarjo Regency Job Training Center and the obstacles faced in community empowerment through the COVID-19 response program at the Sidoarjo Regency Job Training Center. Qualitative descriptive research method, where data collection techniques are carried out by means of in-depth interviews, observation and documentation. The informants in this study were employees of the Sidoarjo Regency BLK and training participants at the Sidoarjo Regency BLK. At the capacity stage, namely the type of competency-based training provided by BLK Sidoarjo in the COVID-19 response program, it consisted of two trainings, namely welding to make sinks for washing hands and sewing to make faceshields, masks, and PPE. At the empowerment stage, the training participants are given incentives in the form of money at the end of the training which can be used as capital to buy tools to open a business.
Pemberdayaan masyarakat merupakan modal pembangunan berakar kerakyatan adalah upaya untuk meningkatkan harkat serta martabat sebagian dari masyarakat kita yang terperangkap pada kemiskinan dan keterbelakangan. Tantangan yang dihadapi umat manusia dewasa ini adalah perubahan peradaban yang terjadi dalam waktu cepat, dengan skala besar dan secara substansi mendasar. Perubahan menimbulkan kompleksitas, ketidakpastian dan konflik sebagai peluang tetapi juga sekaligus mendatangkan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang lebih baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis, sejahtera dan maju. Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting pemerintah, terutama sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu [1].
Dalam hal ini untuk menangani dampak sosial-ekonomi akibat adanya pandemi Virus COVID ini Pemerintah melalui Kementrian ketenaga kerjaan membuat program Pelatihan Tanggap COVID yang dimana pelatihan ini ditujukan untuk membantu mereka yang kehilangan pekerjaan agar dapat kembali survive melewati keterpurukan akibat pandemi dan juga untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan yang melonjak secara signifikan. Jenis-jenis program pelatihan yang direfocusing menjadi program pelatihan tanggap Covid-19 yang dilakukan di BLKL Sidoarjo Jawa Timur adalah jenis program pelatihan yang memiliki durasi/waktu pelatihan yang panjang, (lebih dari 240 Jam Pelajaran (JP)) dan membutuhkan kehadiran peserta secara fisik seperti program pelatihan Otomotif, Las, Listrik, Bangunan, AC/Refrigerasi, atau sejenisnya [2].
Metode yang digunakan dapat berupa On-line Training, Blended Training, dan Off-line Training. On-line Training merupakan pelatihan yang dilaksanakan secara online. Blended Training adalah pelatihan yang menggabungkan antara belajar secara online/virtual dengan pelatihan tatap muka Sedangkan Off-line training adalah pelatihan yang 100% harus hadir di kelas/workshop untuk melakukan pelatihan tatap muka langsung [3].
Peserta pelatihan masih diutamakan bagi para pekerja yang terkena PHK. Selain mendapat/menambah ilmu dan keterampilan, mereka juga akan mendapat insentif tambahan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi. Persyaratannya cukup mudah tidak ada syarat khusus pendidikan formal sebelumnya. Semua memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kerja gratis ini. Bahkan untuk penyandang disabilitaspun juga diperbolehkan. sekarang ini [4].
Tanggal | Kegiatan | Peserta |
Juni 2020 | Pembuatan Masker | 16 orang |
Juni 2020 | Pembuatan Masker | 16 orang |
Juni 2020 | Pembuatan Hazmat | 16 orang |
Juni 2020 | Pembuatan Masker | 16 orang |
Okt 2020 | Pembuatan Face Shield | 16 orang |
Okt 2020 | Pembuatan Hazmat | 16 orang |
Juli 2020 | Pembuatan Hazmat | 16 orang |
Agustus 2020 | Pembuatan Wastafel | 16 orang |
Juli 2020 | Pembuatan Wastafel | 16 orang |
Juni 2020 | Pembuatan Wastafel | 16 orang |
Juni 2020 | Pembuatan Wastafel | 16 orang |
Juli 2020 | Pembuatan Wastafel | 16 orang |
Dari data di atas, diketahui bahwa terdapat beberapa kegiatan yang diadakan untuk menghadapi Covid-19 yaitu pembuatan masker, pembuatan hazmat, pembuatan faceshield, pembuatan hazmat, dan pembuatan wastafel. Permasalahan terkait pemberdayaan masyarakat melalui program tanggap covid-19 di Balai Latihan Kerja Kabupaten Sidoarjo berdasarkan hasil observasi awal di lapangan yang pertama yaitu dikarenakan masih pada masa pandemi covid-19 maka sosialisasi yang dilakukan oleh BLK Sidoarjo untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait program tanggap COVID-19 di BLK Sidoarjo hanya melalui media sosial dan dari mulut ke mulut dengan waktu yang terbatas, yang kedua banyak warga di Kabupaten Sidoarjo yang merasa antusias dan ingin mengikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program tanggap covid-19 di Balai Latihan Kerja Kabupaten Sidoarjo namun pada setiap kelasnya dibatasi hanya untuk 16 orang peserta dan masih diutamakan bagi para pekerja yang terkena PHK, dan yang ketiga bahan baku untuk pembuatan alat-alat yang susah didapatkan pada saat pandemi.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada BLK Sidoarjo yang berlokasi di Jl. Raya Kebaron No. 01, Kebaron Dua, Kebaron, Kec. Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61273.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penelitian ini. Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif ialah penelitian untuk menghasilkan data berupa kata-kata secara deskriptif baik secara lisan maupun tulisan dari orang-orang dan pelaku-pelaku yang diamati dan yang gunakan sebagai prosedur penelitian [5]. Dengan menggunakan metode penelitian ini penulis berupaya untuk menggambarkan fenomena yang ada tanpa melakukan dugaan sementara (hipotesis), perhitungan secara statistik dan matematis.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Jenis dan sumber data menggunakan data primer dan data sekunder dengan penganalisisan data melalui beberapa tahap yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan [6].
Pemberdayaan masyarakat melalui program tanggap COVID-19 di BLK Sidoarjo pada tahap penyadaran yaitu sosialisasi yang dilakukan oleh BLK Sidoarjo untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait program tanggap COVID-19 di BLK Sidoarjo yaitu melalui media sosial dan dari mulut ke mulut, hal ini dikarenakan situasi pada saat ini masih pada masa pandemi Covid-19. Pada saat sosialisasi, pihak BLK Sidoarjo menjelaskan bahwa di dalam kegiatan pemberdayaan terdapat beberapa pelatihan yang dimana salah satunya adalah mengelas/membuat alat cuci tangan tanpa sentuh sehingga hasil dari pelatihan tersebut peserta pelatihan dapat memiliki bekal untuk menguasai las dan bisa membuat usaha di tengah pandemi
Pendampingan yang diberikan oleh BLK Sidoarjo pada saat sosialisasi agar dapat meyakinkan masyarakat khususnya bagi masyarakat yang terkena PHK akibat COVID-19 bersedia mengikuti kegiatan pemberdayaan pelatihan berbasis kompetensi dalam program tanggap COVID-19 di BLK Sidoarjo yaitu dikarenakan masih dalam situasi pandemi Covid-19 maka dilakukan melalui media sosial dan juga masyarakat dapat datang secara langsung ke Disnaker agar masyarakat yang merupakan pegawai yang terkena PHK dapat dimasukkan ke dalam program pelatihan yang diadakan di BLK Sidoarjo
Fenomena di atas diperkuat dengan teori menurut Teguh pemberdayaan dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya, kekuatan, kemampuan dan proses pemberian daya, kekuatan, kemampuan dari pihak yang mempunyai daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya [7].
Pemberdayaan masyarakat melalui program tanggap COVID-19 di BLK Sidoarjo pada tahap pendayaan yaitu kehadiran peserta pelatihan instalasi westafel yang berjumlah 16 orang dari awal sampai akhir program yaitu hadir 100. Bagi peserta yang dinyatakan kompeten berhak mendapatkan sertifikat dimana di dalam sertifikatnya dicantumkan unit-unit kompetensi yang telah diraihnya, dengan harapan dapat diaplikasikan dalam kehidupan/pekerjaan sehari-hari untuk peningkatan/ perbaikan taraf hidup. Sedangkan bagi peserta yang dinyatakan belum kompeten akan dibuatkan surat keterangan yang menyatakan peserta pernah mengikuti pelatihan [8].
Target atau sasaran bagi para alumni peserta setelah lulus dari pelatihan berbasis kompetensi dalam program tanggap COVID-19 di BLK Sidoarjo yaitu setelah dilaksanakan pelatihan dan lulus maka segera dilakukan penempatan kepada perusahaan rekanan BLK Sidoarjo sehingga setelah para peserta pelatihan telah lulus dapat segera direkrut oleh perusahaan. Selain itu, para alumni peserta pelatihan juga dapat membuka usaha sendiri atau minimal dapat mengelas atau membuat alat-alat yang diperlukan di rumah yang membutuhkan keahlian menjahit [9].
Fenomena di atas diperkuat dengan teori Sulistiyani bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah membentuk individu atau kelompok menjadi mandiri. Kemandirian meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan, serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut [10].
Berdasarkan pembahasan serta hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: