Social Policy
DOI: 10.21070/ijppr.v21i0.1299

The Desicion Making of Transformasional Leadership


Pengambilan Keputusan Kepemimpinan Transformasional

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Gender Women's Leadership Desicion Making

Abstract

The purpose of this study was to describe and prove women's leadership in decision making in the Food and Agriculture Office of Sidoarjo Regency. The research method used is correlational quantitative. The sampling technique used is simple random sampling. Determination of the number of samples using the Tarro Yamane formula with a total of 166 respondents. The results of this study prove that there is an influence of women's leadership on decision making either partially or simultaneously in the Food and Agriculture Office of Sidoarjo Regency. Women's leadership which includes idealized influence (X1), inspirational motivation (X2). Intellectual stimulation (X3), and individualized consideration (X4) have a simultaneous effect on decision making (Y) at the Food and Agriculture Office of Sidoarjo Regency. In addition, the idealized influence variable (X1) partially has a significant effect on decision making (Y). Inspirational motivation (X2) has no significant effect on decision making (Y). Intellectual stimulation (X3) has a significant effect on decision making (Y). And the individualized consideration variable (X4) has a partial effect on decision making (Y).

Pendahuluan

Pengambilan keputusan dapat dikatakan berkualitas apabila dapat berjalan secara efektif dan efisien. Efektifitas tujuan organisasi dipengaruhi oleh bagaimana suatu pengambilan keputusan diambil serta bagaimana pengambilan keputusan tersebut berjalan. Apabila pengambilan keputusan memiliki kualitas yang bermutu maka tujuan organisasi dapat terlaksana. Pengambil keputusan erat kaitannya dengan kepemimpinan. Sementara itu, Kepemimpinan dalam suatu organisasi identik diduduki oleh laki-laki. Dalam Sasongko [1] konsep gender melahirkan adanya presepsi perempuan yang lemah lembut, keibuan dan emosional. Sementara itu laki-laki dianggap kuat, tegas dan rasional. Terdapat dua aliran teori gender yaitu teori nurture dan teori nature. Pada saat ini banyak dijumpai banyak wanita yang menduduki posisi sebagai seorang pemimpin. Fenomena kepemimpinan di Internasional cukup diperhitungkan dan melahirkan tokoh-tokoh yang dinilai kepemimpinannya berhasil dan efektif. Munculnya fenomena kepemimpinan perempuan menjadi tolak ukur bahwa perempuan juga dapat berkontribusi dalam pembangunan. Berdasarkan hasil publikasi yang telah diterbitkan oleh the global gap index tahun 2020, kesetaraan gender di Indonesia menempati posisi ke 101 dari 158 negara. Sementara itu, pada tahun 2018-2019 tindeks pemberdayaan gernder di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan karena adanya peningkatan presentase indikator pembentuk Indeks selain itu, ditinjau dari perkembangan presentase pertumbuhan perempuan sebagai tenaga professional di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2016-2019 dari 24,17% ke 30,63%. Perkembangan presentase jabatan perempuan serta turunnya presentase jabatan manager laki-laki menunjukkan adanya daya saing anatra perempuan dan laki-laki di tingkat jabatan managerial profesionalPemberdayaan Gender. Berdasarkan data BPS jumlah tenaga professional yang ada di Sidoarjo mencapai 51.61%.

Jabatan Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020
Fungsional Tertentu 2246 2070 2000 5294 5070 4971 7540 7140 6971
Fungsional Umum 2249 1846 1943 950 872 846 3199 2718 2789
Eselon V - - - - - - 0 0 -
Eselon IV 326 562 289 259 477 245 585 1039 534
Eselon III 118 212 108 49 126 47 167 338 155
Eselon II 23 43 27 8 16 8 31 59 35
Eselon I - - - - - - 0 0 -
Jumlah 4962 4733 4367 6560 6561 6117 11522 11294 10484
Table 1.Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jabatan Dan Jenis Kelamin Di Sidoarjo

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sangat sedikit perempuan yang menduduki jabatan struktural di organisasi sektor publik. perempuan yang menduduki jabatan Eselon II dari tahun 2018-2020 kurang dari 50%.Sehingga berdasarkan data tersebut keterwakilan perempuan dalam jabatan publik kurang stabil. Keberadaan pejabat Eselon II berpengaruh karena pengambilan keputusan untuk berbagai program maupun kebijakan di tingkat kementerian dapat dilakukan bersama-sama dengan ASN Eselon I sehingga jika semakin banyak perempuan yang menduduki eselon II maka partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan akan meningkat.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ernawati [2] terkait dengan “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Pengambilan Keputusan Di Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai” menunjukkan hasil adanya pengaruh gaya kepemimpinan partisipatif terhadap pengambilan keputusan. penelitian tersebut menggunakan indikator gaya kepemimpinan partisipatif.Sukmayani [3] tentang “Kepemimpinan wanita: gaya kepemimpinan dan proses pengambilan keputusan pemimpin wanita (studi kasus : SMP cendekia baznaz)” menunjukkan objek penelitian yang cenderung memiliki gaya kepemimpinan berorientasi hubungan. Sehingga gaya kepepimpinan menunjukkan objek penelitian yang cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang berorientasi hubungan. Sehingga gaya kepemimpinan tergolong ke dalam gaya kepemimpinan transformasional. Sementara itu, Proses pengambilan subjek keputusan yang dilakukan tergolong menggunakan model informasi dikarenakan subjek penelitian menggunakan data dan informasi dari berbagai sumber sebagai bahan analisis sebelum mengambil sebuah keputusan.Selain itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Rosener [4] terkait dengan gaya kepemimpinan manajer laki-laki dan manajer perempuan. Pada penelitian tersebut, menemukan gaya kepemimpinan perempuan lebih menggunakan kepemimpinan transformasional yaitu memotivasi orang-orang dengan mentransformasi kesenangan diri individu ke dalam tujuan-tujuan kelompokdaripada laki-laki yang cenderung menggunakan kepemimpinan transaksional. Dalam Bass, Avolio, dan Atwater [5] menemukan bahwa laki-laki pada umumnya lebih menampilkan kepemimpinan transaksional dibandingkan perempuan. Sebaliknya perempuan lebih memperlihatkan kepemimpinan transformasional dibandingkan laki-laki. Sementara itu, menurut R. Yulianti [6] pemimpin perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Apabila gender dihubungkan dengan gaya kepemimpinan terlihat adanya gaya tertentu khas perempuan. Hal tersebut bukan karena perbedaan jenis kelamin melainkan lebih pada faktor karakteristik pekerjaan. Karakteristik pekerjaan tersebut berkaitan dengan gaya kepemimpinan perempuan didapati bahwa gaya kepemimpinan perempuan terbagi dua yaitu gaya kepemimpinan feminisme dan gaya kepemimpinan transformasional.

Dinas pangan dan pertanian kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kedinasan yang dipimpin oleh perempuan.Dinas pangan dan pertanian kabupaten Sidoarjo berhasil meraih penghargaan peringkat II dinas Kabupaten/Kota teraktif dalam pengawasan obat hewan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2021.Berdasarkan observasi di lapangan terdapat beberapa permasalahan dari pengaruh kepemimpinan perempuan terhadap pengambilan keputusan di Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo diantaranya idealized influence (pengaruh pola pikir) untuk melakukan perubahan dengan mengintegrasikan bidang pangan dan pertanian belum maksimal karena ego sektoral masing- masing bidang masih sangat besar. Sehingga belum terjadi integrasi antara bidang pertanian dan bidang perternakan. Kemampuan pemimpin dalam melatih (coaching) dan mengembangkan (development) sangat diperlukan untuk keberlangsungan organisasi. Kedua, terdapat permasalahan intellectual stimulation (rangsangan intelektual) tidak dapat ditangkap dengan baik oleh pegawai. Pegawai kurang memahami intruksi yang diberikan oleh pemimpin sehingga para pegawai kebingungan dengan intruksi tersebut.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif koresional. Menurut Sugiyono [7] metode tersebut digunakan untuk membuktikan adanya hubungan suatu pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain. Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo. Penentuan sampel dalem penelitian ini menggunakan rumus Tarro Yamane :

=== == (1)

= 165,981= 166 (2)

Keterangan :

= sampel

= Populasi

= presisi yang ditetapkan (4%)

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang penelitian yang telah dipaparkan maka populasi dalam penelitian ini adalah ASN Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo.Populasi dalam penelitian ini adalah ASN Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah 226 orang. Adapun teknik sampling yang digunkan adalah simple random sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan populasi tersebut. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 166 responden. Gay dan Diehl [8] berpendapat bahwa banyaknya sampel yang diambil akan representatif dan digenaralisir. baNamun ukuran sampel yang diterima bergantung kepada jenis penelitianya. Jika penelitiannya korelasional, maka jumlah sampel minimal 30% dari objek. Sehingga penentuan sampel dalam tersebut menggunkan rumus Tarro Yamane dengan presisi 4% sehingga data yang telah diperoleh menjadi valid dan akurat. Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan wawancara, observasi, dan kuisoner. Teknik analisis data yang digunakan meliputi uji instrumen, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, uji simultan, uji parsial, uji koefisien korelasi berganda, dan uji determinasi berganda. Adapun data yang diolah menggunkan software SPSS versi 20.

Hasil dan Pembahasan

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan linear antara dua variabel secara sigmnifikan. Dua variabel dapat dikatakan linear apabila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05. Berdasarkan hasil olah data penelitian, nilai signifikasi variabel idealized influence (X1) sebesar 0.009. Variabel inspirasional motivation (X2) sebesar 0.002. Signifikasi variabel intellectual stimulation (X3) sebesar 0.000. Serta nilai signifikasi variabel individualized consideration (X4)sebesar 0.13. Sehingga hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat bersifat linear karena signifikasi (linearity) lebih kecil dari signifikasi test of linearity sebesar 0,05. Sehingga dari adanya hasi nilai proses olah data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear antara variabel X dan variabel Y.

Uji normalitas dapat ditentukan dengan menggunakan plot Regression Standardized Residuals Graph. Distribusi normal membentuk diagonal lurus, dan data dikatakan terdistribusi normal jika membentuk kurva yang cenderung simetris terhadap mean. Selain itu, plot residual standar dari regresi juga tersedia. Jika sebaran data membentuk titik-titik yang mendekati diagonal, maka data dinyatakan terdistribusi normal. Menunjukkan sebaran bentuk data mendekati normal, berdasarkan hasil pengolahan data penelitian. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi syarat uji normalitas dan data berdistribusi normal.

Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah ada korelasi yang dideteksi oleh model regresi antara variabel-variabel independen. Cara mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Variace Inflation Factro (VIF) dan Tolerance. Batas VIF adalah 10 dan toleransinya adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolarancekurang dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas dan variabel tersebut harus dikeluarkan dari model penelitian.Berdasarkan hasil olah data penelitan yang dilakukan, nilai VIF variabel idealized influence (X1) sebesar 1.442 dan nilai tolerance sebesar 0.694. Nilai VIF Variabel inspirasional motivation (X2) sebesar 1.493 dan nilai tolerance sebesar 0.670. Nilai VIF variabel intellectual stimulation (X3) sebesar 1.074 dan nilai tolerance sebesar 0.931. Serta nilai VIF variabel individualized consideration sebesar 1.062 dan nilai tolerance sebesar 0.941. Sehingga variabel-variabel dalam penelitian tersebut memiliki nilai VIF yang tidak lebih besar dari 10 dan nilai tolerance tidak lebih kecil dari 0.1 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam regresi tersebut tidak terjadi mulikolinearitas karena asumsi terpenuhi.

Uji autokorelasi merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada t-1 (sebelumnya) dalam sebuah regresi linear. Berdasarkan hasil olah data penelitian diketahui nilai untuk Durbin Watson adalah 0.941. Dalam Ghozali [9] adapun nilai standar yang digunakan dalam suatu penelitian dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson dibawah 5. Sehingga dari hasil tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi karena nilai Durbin Watson 0.941<5.

Figure 1.Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji ketidaksamaan varians dari residual pengamatan dari suatu penelitian. Model regresi yang baik memiliki homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Dapat dilihat secara grafis apakah terdapat heteroskedastisitas dari scatterplot. Berdasarkan hasil data penelitian, citra scatterplot menunjukkan bahwa data terdistribusi secara acak, sehingga tidak dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.

Analisis regresi berganda adalah persamaan yang dapat menggambarkan pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) secara bersama-sama atau parsial.Berdasarkan data yang diperoleh dari hasiltable olah data penelitian dapat disimpulkan bahwa :

  1. Nilai konstanta sebesar -7.826 menyatakan jika pengambilan keputusan dipengaruhi oleh variabel diluar dari variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini.
  2. Nilai konstanta sebesar -7.826 menunjukkan bahwa keputusan dipengaruhi oleh variabel selain yang ada dalam penelitian ini.
  3. Nilai koefisien sebesar 0,223 menunjukkan bahwa penambahan pola pengaruh ideal 1 meningkatkan pengambilan keputusan sebesar 0,223.
  4. Nilai koefisien sebesar -0,816 menunjukkan bahwa pengambilan keputusan menurun sebesar 0,492 ketika motivasi inspirasional menurun.
  5. Nilai koefisien sebesar 0,335 berarti stimulasi intelektual meningkatkan pengambilan keputusan sebesar 0,335.

Sementara itu, uji t atau uji parsial digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh dari masing variabel X1,X2,X3, serta X4 terhadap varibel Y. Berdasarkan hasil olah data penelitian yang disajikan pada tabel 2 padadiatas dapat diketahu bahwa :

Idealized influence

Nilai thitung untuk variabel Idealized influence 3.204 kemudian nilai pada tabel distribusi 5% (0.05) yakni sebesar 1.654. Maka nilai thitung> ttabel (3.204 > 1.654), sehingga ada alasan kuat pada H1 diterima dan H0ditolak. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikansi (0.002 < 0.05), maka ada alasan untuk H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Idealized influence memiliki pengaruh positif yang signifikan.

Inspirational Motivation (X2)

Nilai thitung untuk variabel Inspirational Motivation -2.163 kemudian nilai pada tabel distribusi 5% (0.05) yakni sebesar 1.654. Maka nilai thitung< ttabel (-2.163 < 1.654), sehingga ada alasan kuat pada H1 tidak diterima dan H0 diterima. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikansi (0.002 < 0.05). Dengan demikian dapat diartikan bahwa Inspirational Motivation memiliki pengaruh negatif yang signifikan.

Intellectual Stimulation (X3)

Nilai thitung untuk variabel intellectual stimulation 12.288 kemudian nilai pada tabel distribusi 5% (0.05) yakni sebesar 1.654. Maka nilai thitung> ttabel (12.288 > 1.654), sehingga ada alasan kuat pada H1 diterima dan H0ditolak. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikansi (0.000 < 0.05), maka ada alasan untuk H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian dapat diartikan bahwa intellectual stimulation memiliki pengaruh positif yang signifikan.

Individualized Consideration (X4)

Nilai t-hitung untuk variabel pertimbangan individu adalah 5,660 dan nilai tabel distribusi adalah 5% (0,05), atau 1,654. Kemudian ada alasan kuat untuk menerima H1 dan menolak H0, karena nilai thitung > ttabel (5,660 > 1,654). Hal ini diperkuat dengan nilai signifikansi (0,000 < 0,05), sehingga ada alasan untuk menerima H1 dan menolak H0. Dengan demikian, pandangan individual dapat diartikan memiliki efek positif yang signifikan.

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -7.826 4.338 -1.804 .073
Idealized Influence (X1) .223 .072 .199 3.104 .002
Inspirational Motivation (X2) -.186 .086 -.141 -2.163 .032
Intellectual Stimulation (X3) .335 .027 .680 12.288 .000
Individualized Consideration (X4) .401 .071 .312 5.660 .000
Table 2.Hasil Uji Parsial

Pengujian simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel X terhadap variabel Y. Pengolahan data survei menghasilkan Fhitung sebesar 47.828 dan hasil distribusi Ftabel dengan taraf signifikansi 5±2,43. Artinya jika Fhitung > Ftabel ( 47,828 > 2,43 ) maka ada alasan kuat untuk menerima H1 dan menolak H0. Ada alasan kuat untuk menerima H1 dan menolak H0, karena diperkuat dengan nilai signifikan (0,000 < 0> ttabel (3,204 > 1,654)). Hal ini diperkuat dengan nilai signifikan (0,002 < 0> ttabel (12,288 > 1,654)), sehingga terdapat alasan kuat untuk menerima H1 dan menolak H0. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikan (0,000 < 0,05), dan H1 adalah Ada alasan untuk menerima dan menolak H0. Dengan demikian, stimulasi intelektual dapat diartikan memiliki efek positif yang jelas.

Analisis koefisien berganda digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, syarat koefisien berganda adalah nilai R antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1, semakin kuat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dan semakin dekat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan 0, semakin lemah hubungan tersebut, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali. Dari hasil data penelitian, nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,735 atau mendekati 1, menyiratkan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas termasuk pengaruh ideal (X1). Motif inspirasi (X2), rangsangan intelektual (X3), dan pertimbangan individu (X4) secara bersama-sama (sekaligus) untuk pengambilan keputusan (Y) di Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo.

Ukuran keputusan ganda digunakan untuk menghitung kemampuan model regresi untuk menjelaskan perubahan variabel yang mempengaruhi variabel independen. Semakin dekat R2 ke 1, semakin baik model regresi menjelaskan variabilitas variabel. Dalam penelitian ini, besarnya adjusted R-squared adalah 0,529 atau 52%. Artinya pengambilan keputusan dipengaruhi oleh kepemimpinan perempuan. Ini termasuk pengaruh ideal (X1), motivasi inspirasional (X2), stimulasi intelektual (X3), dan pertimbangan pribadi (X4), sedangkan sisanya 48% dari variabel lain di . studi yang terpengaruh.

Bass dan Riggio [10] membagi kompenen gaya kepemimpinan perempuan menjadi empat yaitu : Idealized influence , inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Secara statistik pengujian penelitian ini membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan yang meliputi Idealized influence (X1) inspirational motivation (X2),intelektual stimulation (X3) dan individualized consideration (X4) berpengaruh secara simultan terhadap pengambilan keputusan di Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan uji hipotesis dengan uji F dapat diketahui bahwa Fhitung sebesar 47.828,sedangkan hasil dari Ftabel distribusi dengan tingkat signifikan 5% adalah sebesar 2.43. hal tersebut berarti Fhitung >Ftabel ( 47.828 > 2.43 ) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Idealized influence (X1) inspirational motivation (X2),intelektual stimulation (X3) dan individualized consideration (X4) berpengaruh secara stimultan terhadap pengambilan keputusan (Y). Sehingga hipotesis kepemimpinan perempuan yang meliputi variabel Idealized influence (X1) inspirational motivation (X2),intelektual stimulation (X3) dan individualized consideration (X4) berpengaruh secara stimultan terhadap pengambilan keputusan (Y) diterima. Hasil tersebut sejalan dengan teori Prof. Dr. Sondang P Siagian [11] yang mengkategorikan gaya kepemimpianan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yaitu uji t yang dilakukan pada pengaruh ideal (X1), nilai thitung untuk variabel pengaruh ideal adalah 3,204 dan nilai pada tabel distribusi adalah 5% (0,05) atau 1,654. Kemudian terdapat alasan kuat untuk menerima H1 dan menolak H0 karena nilai thitung > ttabel (3,204 > 1,654). Hal ini didukung oleh nilai signifikansi (0,002 < 0,05), sehingga ada alasan untuk menerima H1 dan menolak H0. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Idealized influence memiliki pengaruh positif yang signifikan. Dengan demikian bahwa hipotesis idealized influence berpengaruh postif dan signifikan secara parsial terhadap pengambilan keputusan dapat diterima. Hasil tersebut sejalan dengan teori Paul Hersay dan Kenneth Wahyu sumidjoyo dalam Rasyid [12] a. leadership is the activity of influencing exercised to strive willingly for group objective (George R. Tenry) kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dalam berkerja penuh untuk dapat memenuhi tujuan kelompok, b. leadership is influencing people to follow in the achievement of a common goal.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan hipotesis yang ada bahwa idealized influence (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan (Y). Adanya inspirasi yang memotivasi bukan suatu faktor utama yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Motivasi yang menginspirasi digunakan untuk menciptakan lingkungan kelompok kerja yang kondusif. Selain itu, untuk menginspirasi dan memotivasi diri mereka sendiri, para pemimpin harus memahami kebutuhan dan keinginan individu dan menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan mereka. Dengan demikian motivasi individu berpengaruh terhadap produktifitas kinerja. Selain itu hal tersebut didukung oleh pendapat Schermerhon dalam Sulistiana [13] Konsep kepemimpinan adalah proses menginspirasi orang lain untuk bekerja keras untuk menyelesaikan suatu tugas. Pengertian ini dapat dipahami sebagai mendorong orang lain untuk termotivasi, atau memotivasi diri sendiri untuk menjadi produktif, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama, dapat saya jelaskan.

Variabel intellectual stimulation memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengambilan keputusan.Hal tersebut sejalan dengan teori Prof. Dr. Sondang P Siagian [11] yang menyebutkanberfikir kritis merupakan salah satu cara untuk dapat menyelesaikan permasalahan. Makin tinggi kemampuan seseorang dalam menggali bakat yang terpendam dalam diri orang tersebut maka semakin tinggi kreatifitas orang tersebut.berpikir kreatif dapat menemukan ide baru, teknik baru dan gagasan baru dalam proses pengambilan keputusan sehingga permasalahan di dalam organisasi dapat diatasi.

Individualized Consideration memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pengambilan keputusan. Hal tersebut didukung dengan item pertanyaan “Menghindari campur tangan kecuali bawahan gagal mencapai tujuan”, sebanyak 61% responden menjawab setuju. Saat ini, para pemimpin tidak bisa mengharapkan rasa hormat dan penghargaan dari bawahannya. Tapi rasa hormat itu harus diperoleh. Kepemimpinan adalah proses dua arah antara pemimpin dan pengikut. Seorang pemimpin tidak dapat memimpin tanpa bawahan yang bersedia. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori Reddin [14] yang menyebutkan Perilaku hubungan merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui komunikasi dua arah yang meliputi mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan masalah. Kemampuan mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan masalah akan menambah opsi maupun sudut pandang baru alternatif kebijakan dari sebuah permasalahan. Sejalan dengan teori tersebut, Burns dalam Ma’sum [15] menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.

Simpulan

Kepemimpianan perempuan yang meliputiKepemimpinan perempuan yang meliputi idealized influence (X1), inspirational motivation (X2). Intellectual stimulation (X3), dan individualized consideration (X4 dari hipotesis awal penelitian ini terbukti dan diterima. Dari keempat variabel, hanya Inspirational motivation (X2) yang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan (Y). semenatara itu, varibael memiliki pengaruh paling signifikan yaitu intellectual stimulation (X3).

References

  1. Sasongko, S, Konsep Dan Teori Gender. Jakarta, BKKBN, 2009.
  2. Ernawati, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Pengambilan Keputusan Di Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai. Jurnal Ilmiah Administrasia.Vol 10 No 01, pp 1-7, Juni 2019.
  3. Sukmayani, Ayu, “Kepemimpinan Wanita : Gaya Kepemimpiann Dan Proses Pengambilan Keputusan Pemimpin Wanita (Studi Kasus : SMP Cendekia Baznaz)”, Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2019.
  4. Rosener, J. B, Ways Men And Women Lead. Harvard Bussiness Review, Vol 68 No 6, pp 119-125, 1990
  5. Bass, Avolio, Tranformasional Leadership. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2006.
  6. Yulianti, R, Women Leadership: Telaah Kapasitas Perempuan Sebagai Pemimpin. Madani Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan. Vol 14 Hal 2, 2018.
  7. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2017.
  8. Gay, L, Research Methods For Business And Management. New York: Macmillan Publishing Company, 1992.
  9. Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2005.
  10. Bass, Bernard, Riggio, Ronald, Tranformasional Leadership. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc, 2006.
  11. Siagian, S. P, Teori Dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: CV Haji Masagung, 1988.
  12. Rasyid M, A, Politik Sosial Dan Kepemimpinan Wanita. Ponorogo: Wade Group, 2017.
  13. Sulastiana, Mariana, Kepemimpinan Melalui Motivasi. Sumedang. UNPAD, 2008.
  14. Reddin, William J, Managerial effectiveness. 15th Edition. New York : Mc Graw-Hill Book Company, 1963.
  15. Ma’sum, T, Persinggungan Kepemimpinan Transformasional Dengan Kepemimpinan Visioner Dan Situasional. Jurnal Managemen Pendidikan Islam, Vol 2 No 2, pp 85-106, April 2019.