Monetary and Fiscal Policy
DOI: 10.21070/ijppr.v22i0.1311

The Reception of Society Towards Hoax News About the Covid-19 Pandemic on TikTok


Resepsi Masyarakat Terhadap Berita Hoax Tentang Pandemi Covid-19 di tiktok

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Covid-19 Hoax News TikTok Public Reception Perception Theory

Abstract

This research aims to analyze and explain the reception of society towards hoax news about the Covid-19 pandemic on TikTok. A quantitative descriptive method was employed, drawing on Jalaluddin Rahkmat's perception theory (1989:51). The study focused on the village of Cangkring Sidokare, with 96 respondents participating. The findings indicate that concerning the news item "Humans are test subjects," 79.2% of respondents considered it a hoax, while 20.8% regarded it as factual. Regarding the news item "Delayed menstruation after vaccination," 87.5% of respondents deemed it a hoax, with 12.5% considering it factual. Concerning the news item "Difficulties in conceiving after receiving the Tetanus vaccine," 85.4% of respondents viewed it as a hoax, while 14.6% considered it factual. Regarding the news item "Contents of the Sinovac vaccine," 86.5% of respondents considered it factual, with only 13.5% believing it to be a hoax. These findings shed light on the public's reception of hoax news on TikTok and emphasize the importance of addressing misinformation during the pandemic.

Highlights:

  • The study focuses on analyzing the public reception of hoax news about the Covid-19 pandemic on TikTok.
  • A quantitative descriptive method is utilized, and 96 respondents from Cangkring Sidokare village are included.
  • Findings indicate a significant percentage of respondents considering the analyzed news items as hoaxes, emphasizing the need to address misinformation during the pandemic.

Keywords:

Covid-19, Hoax News, TikTok, Public Reception, Perception Theory

PENDAHULUAN

Saat ini dunia diguncang oleh Covid-19. Hal ini menyebabkan masyarakat memiliki berbagai resepsi terkait dengan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Kondisi tersebut membuat masyarakat khawatir dan merasa kebingungan untuk mencari informasi tentang Covid dan cara penanganan nya. Dalam penelitian [1] ditemukan tiga topik pemberitaan yaitu terjangkitnya Virus Corona, pengobatan, perilaku sosial masyarakat dalam menghadapi virus tersebut. Situs https://www.kominfo.go.id/, merupakan situs terbanyak memberikan peringatan kepada masyarakat akan adanya berita hoax Virus Corona, adapun DKI Jakarta merupakan daerah paling banyak disebut dalam pemberitaan hoax,serta berita hoax paling banyak disebarluaskan pada 24 Maret 2020 yaitu sebanyak 10 kali.

Di saat kebingungan masyarakat di terpa informasi sesat tentang Covid dan penanganan nya. Maraknya informasi bohong di era teknologi madia sosial saat ini akan mengganggu kekhawatiran lebih pada kehidupan sosial masyarakat. Media sosial adalah satu dari new media dan bagian dari inovasi internet [2]. Masyarakat pun berbedah presepsi untuk menanggapi berita tersebut. Sikap masyarakat pun juga berubah ada yang ikut menyebarkan juga ada yang hanya mengabaikan aja. Padahal berita tersebut belum tentu benar dan tidak ada yang dipertanggungjawabkan.

Resepsi merupakan bentuk penerimaan dari masyarakat serta pemaknaan oleh masyarakat berdasarkan persepsi, preferensi, sikap serta perilaku masyarakat. Dalam [3] Resepsi informan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, pendidikan dan lingkungan. Sehingga mempengaruhi resepsi informan terhadap informasi Covid-19 yang diterima. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi [4], sementara menurut [5] persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan. Preferemsi diartikan sebagai derajat kesukaan seseorang terhadap suatu jenis produk [6], sementara Sikap merupakan reaksi atau respon yang muncul dari seorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu [7], sedangkan menurut [8] Prilaku merupakan rangkaian aktivitas yang dilakukan sehari-hari, seperti berbicara, berjalan, tradisi, berpakaian, bereaksi, dan lain sebagainya.

Berdasarkan maraknya persebaran kebohongan berita terkait penambahan kasus covid-19 hal ini juga terjadi pada Desa Cangkring Sidokare, karena Desa tersebut hampir semua masyarakat menggunakan Tiktok, dan juga di Desa tersebut pernah di temukan bahwa masyarakat menonton video tiktok berita hoax tentang pandemi covid -19 dari perangkat desa tersebut. Sifat informasi di media sosial yang belum dapat dipastikan kebenarannya tentu memiliki pengaruh terhadap informasi Covid-19 [9]. Berita atau suatu informasi yang di sebarkan melalui kelompok atau individu ada yang tidak dipertanggung jawabkan kebenaranya, atau bisa diistilah hoax. Istilah hoax diartikan sebagai informasi atau berita yang berisi hal-hal yang belum pasti atau yang benar-benar bukan merupakan fakta yang sesungguhnya terjadi [10]. Dalam penelitian [11] masyarakat Bondowoso mengerti akan berita hoax yang dibagikan dan tidak langsung percaya serta sikap mereka acuh terhadap berita hoaks yang beredar di Bondowoso.

Tiktok saat ini memberikan pengaruh yang besar terutama bagi kalangan usia anak-anak remaja hingga dewasa. Berita-berita yang dijadikan konten video tiktok ini terkait dengan berbagai macam varian virus delta dan omicron serta memberikan dampak yang dilebih-lebihkan oleh pembuat konten. Dalam penelitian [12] menyebutkan bahwa masyarakat diharapkan cerdas dalam menggunakan teknologi yaitu bijak menyikapi informasi yang beredar, ketika menerima informasi melalui media sosial yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengecek literasi kebenaran berita, dan jika informasi yang diterima pada kenytaanya hanyalah sebuah hoax baiknya masayarakat tidak menyebarkan atau membagikan informasi tersebut. Sementara penelitian yang dilakukan [13] menunjukkan bahwa sebagai masyarakat awam yang kurang mengetahui informasi terkait pandemi Covid-19 yang tersebar tersebut benar ataukah salah sebaiknya kita mengikuti ajaran Al-Qur‟an dan Hadits.

Berdasarkan fenomena permasalahan tersebut maka peniliti tertarik untuk meneliti ”Resepsi Masyarakat Terhadap Berita Hoax Tentang Pandemi Covid-19 di tiktok”.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. penelitian ini memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat kategori prilaku, mengamati gejela dan mencatat dalam buku observasinya [14].

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Desa Cangkring Sidokare sebagai tempat penelitian. Hal ini dikarenakan Sidokare yang terbilang desa berkembang hampir semua masyarakat yang ada di desa tersebut telah menggunakan Tiktok seperti halnya masyarakat yang lain

Populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang mempunyai arti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi sangat populer digunakan untuk menyebutkan sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian [15]. Objek dari penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber data penelitian. Populasi penelitian adalah masyarakat di Desa Cangkring sidokare yang berjumlah 3.156 orang dengan rata-rata usia 18-50 tahun. Sementara sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 responden. Adapun definisi operasional variabel yang diteliti adalah sebagai berikut.

Variabel Definisi Variabel Indikator
Resepsi (X) Resepsi merupakan pemaknaan dan penerimaan masyarakat terhadap suatu hal yang beredar PresepsiPrefensiSikapPerilaku
Berita hoax (Y) Berita bohong, dilihat dari bahasa dan kata bohong berarti tidak sesuai dengan fakta atau tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.Dari segi kata, bnyak pengertian dari berita bohong, berita bohong adalah hasil dari berita yang direkayasa melalui proses perekayasaan berita. Berita Tidak Berdasarkan FaktaSumber Tidak AkuratLebih Cepat Viral Dibandingkan Fakta
Table 1.Definisi Variabel Operasonal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Resepsi Masyarakat Terhadap Berita Hoax Tentang Pandemi Covid-19 di tiktok

a. Variabel Persepsi

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 20 20,8%
Hoax 76 79.2
Total 96 100%
Table 2.Persepsi Berita Hoax dan Fakta

Dari table diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 20 responden atau 20,8% menyataan bahwa “Berita Hoax tentang pandemi Covid-19” di tiktok adalah fakta. Sementara sebanyak 76 responden atau 79,2% menyatakan hoax. Banyaknya responden yang menyatakan hoax tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki penilaian dan tanggapan terhadap sesuatu. Lebih lanjut dikatakan bahwa persepsi responden atas berita tersebut merupakan hoax yang menunjukkan suatu proses aktif dimana yang memegang peranan bukan hanya lingkungan atau objek tetapi juga responden itu sendiri terkait dengan berita Hoax tentang pandemi Covid-19 di tiktok.

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 20 20,8%
Hoax 76 79.2
Total 96 100%
Table 3.Persepsi Berita Hoax dan Fakta

Dari diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 20 responden atau 20,8% menyataan bahwa berita “Manusia Sudah Dibuat Kelinci Percobaan Langung” di tiktok adalah fakta dan sebanyak 76 responden atau 79,2% menyatakan hoax. Banyaknya responden yang menyatakan hoax tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki penilaian dan tanggapan terhadap pernyataan bahwa manusia sudah dibuat kelinci percobaan langung adalah merupakan berita hoax.

b. Variabel Preferensi

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 12 12,5%
Hoax 84 87,5%
Total 96 100%
Table 4.Persepsi Berita Hoax dan Fakta

Preferensi terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai “Telat Haid Setelah Vaksin” dapat ditunjukkan bahwa sebanyak 12 responden atau 12,5% menyatakan bahwa berita tersebut adalah fakta dan sebanyak 84 responden atau 87,5% adalah berita hoax. Jadi dapat diketahuu bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa telat haid setelah vaksin adalah berita hoax

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 22 22,9%
Hoax 74 77,1%
Total 96 100%
Table 5.Persepsi Berita Hoax dan Fakta

Preferensi terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai “Anosmia Sudah Pasti Covid” dapat ditunjukkan bahwa sebanyak 22 responden atau 22,9% menyatakan bahwa berita tersebut adalah fakta dan sebanyak 74 responden atau 77,1% adalah berita hoax. Jadi dapat diketahuu bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa anosmia sudah pasti covid adalah berita hoax.

c. Variabel Sikap

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 16 16,7%
Hoax 80 83,3%
Total 96 100%
Table 6.Sikap Berita Hoax dan Fakta

Sikap responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai informasi mengenai bagi yang “memiliki Kartu Vaksinasi sudah bisa mengambil kompensasi PPKM” Per Tanggal 1 Agustus sebesar Rp. 1.000.000,- untuk biaya # PPKM dapat ditunjukkan bahwa sebanyak 16 responden atau 16,7% menyatakan bahwa berita tersebut adalah fakta dan sebanyak 80 responden atau 83,3% adalah berita hoax. Jadi dapat diketahuu bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa informasi mengenai bagi yang memiliki Kartu Vaksinasi sudah bisa mengambil kompensasi PPKM Per Tanggal 1 Agustus sebesar Rp. 1.000.000,- untuk biaya # PPKM adalah berita hoax.

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 14 14,6%
Hoax 82 85,4%
Total 96 100%
Table 7.Sikap Berita Hoax dan Fakta

Sikap responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai mengenai informasi :Suntik Catin Susah Hamil” dapat ditunjukkan bahwa sebanyak 14 responden atau 14,6% menyatakan bahwa berita tersebut adalah fakta dan sebanyak 82 responden atau 85,4% adalah berita hoax. Jadi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa informasi mengenai ”waktu saya nikah khan disuruh suntik catin dulu yang mau saya taya apakah suntik catin itu bisa bikin kita susah hamil adalah berita hoax.

d. Variabel prilaku

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 83 86,5%
Hoax 13 13,5%
Total 96 100%
Table 8.Prilaku Berita Hoax dan Fakta

Perilaku responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tikto\k mengenai mengenai informasi mengenai “isi kandungan dari Sinovac” dapat diketahui bahwa sebanyak 83 responden atau 86,5% menyatakan bahwa berita tersebut adalah fakta dan sebanyak 13 responden atau 13,5% adalah berita hoax. Jadi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa informasi mengenai isi kandungan dari Sinovac adalah berita fakta.

Keterangan Jumlah Responden Persentase
Fakta 79 82,3%
Hoax 17 17,7%
Total 96 100%
Table 9.Prilaku Berita Hoax dan Fakta

Perilaku responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai mengenai informasi “Virus Covid 2021 varian Delta gelalanya khas, tapi penulannya cepat dan lebih parah” dapat diketahui bahwa sebanyak 79 responden atau 82,3% menyatakan bahwa berita tersebut adalah fakta dan sebanyak 17 responden atau 17,7% adalah berita hoax. Jadi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa informasi mengenai informasi virus Covid 2021 varian Delta gelalanya khas, tapi penulannya cepat dan lebih parah adalah berita fakta.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan bahwa hasil analisis mengenai resepsi masyarakat terhadap berita hoax tentang pandemi Covid-19 di Tiktok mengenai variabel persepsi menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 76 responden atau 79,2% menyatakan hoax tentang pandemi Covid-19 di tiktok. Sebagian besar responden juga menyatakan hoax yaitu sebanyak 76 responden atau 79,2% bahwa manusia sudah dibuat kelinci percobaan langsung adalah merupakan berita hoax.

Hasil analisis variabel preferensi terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai telat haid setelah vaksin dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 84 responden atau 87,5% adalah berita hoax. Preferensi responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai anosmia sudah pasti covid menunujukan bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 74 responden atau 77,1% adalah berita hoax.

Hasil analisis sikap responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai informasi mengenai bagi yang memiliki Kartu Vaksinasi sudah bisa mengambil kompensasi PPKM Per Tanggal 1 Agustus sebesar Rp. 1.000.000,-untuk biaya #PPKM menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 80 responden atau 83,3% adalah berita hoax. Sikap responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai mengenai informasi mengenai ”waktu saya nikah khan disuruh suntik catin dulu yang mau saya taya apakah suntik catin itu bisa bikin kita susah hamil” menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyataan hoax yaitu.

Hasil analisis perilaku responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai mengenai informasi mengenai isi kandungan dari Sinovac menunjukkan sebagian besar atau sebanyak 83 responden atau 86,5% adalah menyatakan sebagai berita fakta. Perilaku responden terhadap berita tentang pandemi Covid-19 di tiktok mengenai mengenai informasi virus Covid 2021 varian Delta gejalanya khas, tapi penularannya cepat dan lebih parah menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 79 responden atau 82,3% adalah berita fakta.

References

  1. C. Juditha, "Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya," Jurnal Pekommas, vol. 3, no. 1, pp. A, 2018.
  2. R. Pakpahan, "Analisis Fenomena Hoax Diberbagai Media Sosial Dan Cara Menanggulangi Hoax," in Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST), March 2017, pp. 479-484.
  3. R. N. Sensusiyati Rahayu, "Analisis Berita Hoax Covid-19 Di Media Sosial Di Indonesia," Intelektiva: Jurnal Ekonomi, Sosial dan Humaniora, vol. 1, no. 9, pp. - (2019). [Note: Please provide the complete page range for this reference.]
  4. D. Saputra, "Fenomena Informasi Palsu (Hoax) Pada Media Sosial di Tengah Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Islam," Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi, vol. 1, no. 1, pp. - (2020). [Note: Please provide the complete page range for this reference.]
  5. S. Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," Afabeta, Bandung, 2013.
  6. S. Siregar, "Metode Penelitian Kuantitatif," PT Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2013.