Abstract

This study aims to assess the effectiveness of the nutrition-aware family program (kadarzi) in addressing stunting in Payan Hamlet, Pabean Village, Sedati District, Sidoarjo Regency, Indonesia. The research utilized a descriptive qualitative approach, incorporating observation, interviews, and both primary and secondary data. The authors employed purposive sampling and the data analysis model of Miles and Huberman, focusing on data reduction, presentation, and drawing conclusions. The study's goal was to evaluate the program's impact based on the effectiveness theory proposed by Sutrisno (2017), which includes five indicators: target accuracy, program understanding, timeliness, goal achievement, and real change. The results indicate that while the program demonstrated success in some areas, improvements are needed in terms of program understanding. The implications of this study provide valuable insights for the ongoing global efforts to combat stunting and improve child nutrition.

Highlight :

  • The study utilized a descriptive qualitative approach, incorporating observation, interviews, and both primary and secondary data.
  • The research employed purposive sampling and the data analysis model of Miles and Huberman, focusing on data reduction, presentation, and drawing conclusions.
  • The study aimed to evaluate the program's impact based on the effectiveness theory proposed by Sutrisno (2017), which includes five indicators: target accuracy, program understanding, timeliness, goal achievement, and real change.

Keywords: Kadarzi program, stunting, nutrition, Sidoarjo, Indonesia

Pendahuluan

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Permasalahan gizi yang dimaksud antara lain kegagalan pertumbuhan pada awal kehidupan seperti berat badan lahir rendah, pendek, kurus dan gemuk, yang akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Anak yang kekurangan gizi nantinya bisa mengalami hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan, sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas di masa dewasa. [1] Kurang energi dan kurang protein, kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan mineral lainnya merupakan msalah gizi yang sering dialami oleh balita (bawah lima tahun). [2]

Salah satu gangguan gizi yang sering terjadi pada anak-anak adalah stunting. World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.[3] Lebih lanjut, kejadian stunting merupakan dampak dari asupan gizi yang kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya kesakitan, atau merupakan kombinasi dari keduanya serta banyak dijumpai di negara dengan kondisi ekonomi kurang. [4] Dengan kata lain, stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor kesehatan atau medis semata namun juga aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Kekurangan gizi pada masa tumbuh kembang anak di usia dini akan menghambat perkembangan fisik, meningkatnya kesakitan, menghambat perkembangan mental anak, dan bahkan menyebabkan kematian. Balita yang mengalami masalah stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan kemungkinan risiko mengalami penyakit degeneratif di masa mendatang. [5]

Figure 1.Poulasi Stunting di Indonesia

Populasi balita stunting di Indonesia masih tinggi dan menjadi masalah global, karena menurut standar WHO, masalah status gizi pada balita stunting di atas 20% akan menjadi masalah dunia. Pada tahun 2010 populasi stunting adalah 36,8% [6] sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 30,18% namun angka ini sudah mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 sebnayak 37,2%. [7] Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun angka populasi stunting menurun, namun angka tersebut masih tinggi dan perlu upaya dari pemerintah secara strategis dalam rangka percepatan penurunan stunting.

Figure 2.Populasi Stunting di Jawa Timur dan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2018 - 2020

Populasi balita stunting di Jawa Timur masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 2018 balita pendek sebesar 18,6%, tahun 2019 sebesar 18,8% dan tahun 2020 sebesar 19,9%, sedangkan balita sangat pendek pada tahun 2018 sebesar 7,5%, pada tahun 2019 sebesar 7,9%, dan pada tahun 2020 sebesar 12,9%. Data Kabupaten Sidoarjo menunjukkan bahwa populasi stunting yaitu pada tahun 2018 balita pendek sebesar 16,3%, tahun 2019 sebesar 16,5% dan tahun 2020 sebesar 16,7%, sedangkan balita sangat pendek pada tahun 2018 sebesar 8,1%, pada tahun 2019 sebesar 8,3%, dan pada tahun 2020 sebesar 8,7%. [8] Data tersebut menunjukkan bahwa angka populasi stunting masih di atas target pemerintah yakni 14%. Salah satu Desa penyumbang angka Stunting yang cukup tinggi diantaranya adalah Desa Pabean, lebih tepatnya di Dusun Payan. Berikut adalah data stunting di Dusun Payan, Desa Pabean, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo:

No RW Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
1 RW 01 6 5 4
2 RW 02 3 1 1
3 RW 03 2 3 2
4 RW 04 4 4 3
Jumlah 15 13 10
Table 1.Penyebaran Stunting Di Dusun Payan Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo

Guna menghadapi masalah stunting yang menjadi problematika global, maka di Indonesia dibentuk keluarga sadar gizi (Kadarzi). Kadarzi merupakan keluarga yang seluruh anggota keluarganya mengerti, memahami dan melakukan perilaku gizi seimbang serta mampu mengatasi masalah tersebut. Penilaian status Kadarzi didasarkan pada 5 indikator utama yakni menimbang badan secara teratur, makan beragam makanan, memberikan ASI eksklusif, menggunakan garam beryodium, meminum suplemen gizi berupa vitamin A. Masalah status gizi yang terjadi pada anak merupakan dampak dari adanya kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap, serta ketidakseimbangan antara asupan makanan yang dikonsumsi dengan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya.

Kesadaran keluarga akan perilaku terhadap gizi juga dirasa mempengaruh taraf kesehatan pada setiap anggota keluarganya. Keluarga yang menerapkan perilaku sadar gizi dapat memberikan perlindungan yang optimal dalam hal kesehatan melalui makanan yang dikonsumsi. Stunting pada balita merupakan salah satu akibat dari tidak tercapainya kesadaran akan gizi. Meskipun telah terjadi penurunan angka Stunting di seluruh negara berkembangakan tetapi hal ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Oleh karena itu, efektivitasi suatu program sangatlah penting, termasuk program kadarzi[8].

Efektivitas program dapat didefinisikan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana tercapainya sasaran program yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas merupakan sebuah patokan untuk membandingkan antara proses yang dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang dicapai. Suatu program dikatakan efektif apabila usaha atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan hasil yang diharapkan. [9] lebih lanjut, efektivitas program dapat dianalisis melalui beberapa aspek yang meliputi pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tepat tujuan dan perubahan nyata [10] Namun dalam pelaksanaan efektivitas program stunting masih terdapat beberapa permasalahan dan tantangan. Patmawati (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa beberapa permasalahan terkait program penanganan stunting kurangnya SDM yang memahami program yang dijalankan, anggaran yang masih kurang dan belum optimal, kurang jelasnya dalam penyampaian informasi, dan pengawasan yang masih kurang optimal dalam program pencegahan stunting. [11] Di samping itu, hal yang sama juga disampaikan dalam penelitian Norsanti (2021) bahwa faktor penghambatnya adalah kurangnya pendanaan, pendidikan orang tua, ekonomi keluarga balita stunting dan kurangnya sosialisasi tentang pola asuh anak. [12] Berdasarkan permasalahan tersebut diatas Penulis tertarik untuk menganalisis lebih dalam lagi mengenai efektivitas program Kadarzi dalam upaya penurunan stunting di Dusun Payan Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut.

Metode

Dalam penelitian terkait “Efektivitas Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dalam Penanganan Stunting” ini merupakan penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah upaya peneliti mengumpulkan data yang didasarkan pada latar ilmiah [13]. Sedangkan penelitian lainnya menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada penelitian dengan tujuan guna memahami gejala dan fenomena serta komprehensif yang dialami oleh subjek penelitian terhadap beberapa beberapa persoalan seperti tindakan, motivasi, persepi dan lain sebagainya dengan menggunakan deskripsi sebagai penjelasannya . Dengan penelitian kualitatif deskriptif, peneliti bermaksud untuk mengetahui dan menjabarkan secara terperinci serta mendalam efektivitas program keluarga sadar gizi (Kadarzi) dalam penanganan stunting. Lokasi dari penelitian ini ialah pada Dusun Payan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data ialah metode yang digunakan untuk mengumpulkan bahan yang digunakan dalam sebuah penelitian. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yang mana peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan yakni Ibu Yasinta selaku Sekretaris Desa Pabean, Ibu Sri Selaku Pengurus Posyandu Dusun Payan serta Ibu Firda selaku tenaga ahli gizi Puskesmas Pembantu Desa Pabean. Dan untuk melengkapi hasil dari penelitian tersebut, peneliti juga menggunakan data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen yang tersedia seperti Data Balita Stunting Desa Pabean Kecamatan Sedati. Fokus dalam penelitian ini ialah berhubungan dengan Efektivitas Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dalam Penanganan Stunting. sedangkan fokus indikator pada penelitian ini adalah indikator yang digunakan untuk mengukur efektivitas sebuah program menurut Sutrisno yang berisi variabel Ketepatan sasaran, Pemahaman program, Ketepatan Waktu, Tercapainya Tujuan, serta Perubahan nyata.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan memilih sampel dengan berlandaskan pada penilaian atas karakteristik sampel yang dibutuhkan dan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini atau disebut dengan purposive sampling. Sedangkan untuk teknik analisis data hasil penelitian berpedoman pada model analisis data dari Miles dan Huberman, teknis analisis data ialah proses mengorganisir, menganalisis dan menginterprestasikan data non numeric menjadi sebuah informasi atau trend yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian. Miles dan Huberman membagi proses analisis data menjadi tiga langkah yakni 1) Reduksi data, yakni proses melakukan pemilihan, pemfokusan, pengabstraksian dan transformasi data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. 2) Penyajian data, pengumpulan informasi yang tersusun yang memberikan peluang terjadinya penarikan kesimpulan. Mulanya penyajian data pada data kualitatif berbentuk teks naratif, namun seiring dengan perkembangannya kini banyak ditemui penyajian data kualitatif dengan menggunakan grafik, bagan ataupun matriks. 3) Penarikan kesimpulan, yakni kegiatan penyimpulan data yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan [14].

Hasil dan Pembahasan

A. Efektivitas Program Kadarzi dalam Penanganan Stunting

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas program keluarga sadar gizi (Kadarzi) dalam penanganan stunting dengan berdasarkan efektivitas program menurut Sutrisno dengan beberapa indikator yakni a) Ketepatan sasaran, b) Pemahaman program, c) Ketepatan Waktu , d) Tercapainya Tujuan dan e) Perubahan nyata :

1. Ketepatan Sasaran

Pada indikator ketepatan sasaran dimana posisi pengukuran sangat penting dalam merumuskan sebuah program bagaimana sebuah program tersebut dapat tertancap pas dan tepat sasaran pada perencanaa nyang sebelumnya telah ditentukan sehingga berjalan sesuai dengan kondisi lingkungan.Program Keluarga Sadar Gizi di Desa Pabean, khususnya Dusun Payan telah dilaksanakan secara lebih masif khususnya sejak adanya regulasi Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Hal ini karena Pemerintah menargetkan angka populasi mencapai 24% di tahun 2024 secara nasional. Berdasarkan regulasi tersebut sasaran remaja, calon penganting, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0 (nol) – 59 (lima puluh sembilan) bulan. Di samping itu, mengacu pada regulasi tersebut maka dapat dikatakan bahwa sasaran program tersebut dapat difokuskan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Berikut penjelasan mengenai sasaran program kadarzi berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri Selaku Pengurus Posyandu Dusun Payan:

“program ini tentunya menyasar pada ibu dan balita yang ada di dusun payan. Jadi meskipun bukan berKTP asli warga Dusun Payan dan Desa Pabean bisa menjadi sasaran program ini di Posyandu. Karena di desa ini banyak pendatang yang tinggal di kos-kosan atau kontrakan. Kendala selama ini lebih pada masih minimnya ibu hamil yang rajin kontrol ke Posyandu. jadi mereka langsung ke Puskesmas. Padahal pendataan awal seharusnya di Posyandu. Ibu hamil juga menjadi sasaran penting dalam penanganan stunting.” (Wawancara 26 Mei 2023)

Berdasarkan wawancara di atas, pada dasarnya sasaran utama program kadarzi yang dilaksanakan di Posyandu Dusun Payan yakni Ibu hamil, Balita dan Ibu Menyusui. Namun hanya balita dan ibu menyusui yang secara rutin mengunjungi Posyandu. sementara ibu hamil kurang antusias untuk ikut kegiatan Posyandu dan lebih memilih langsung mengakses pelayanan di Puskesmas Pembantu Desa Pabean dan Puskesmas Sedati. Hal ini mengakibatkan kurangnya informasi mengenai kondisi ibu hamil di Posyandu Dusun Pabean. Padahal seharusnya Posyandu dapat menjadi tempat pertama bagi para ibu hamil memperoleh pelayanan promotif dan preventif kaitannya dengan penangan stunting. berikut merupakan data balita dan ibu hamil di Dusun Payan Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut:

No. RW Tahun 2021 Tahun 2022
Balita Ibu Hamil Balita Ibu Hamil
1 RW 001 19 9 23 5
2 RW 002 24 8 31 9
2 RW 003 13 6 18 5
4 RW 004 15 11 26 8
Jumlah 71 34 98 27
Table 2.Balita dan Ibu Hamil Di Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo

Berdasar tabel 2 daapt diketahui bahwa jumah balita di tahun 2021 sejumlah 71 balita sedangkan pada tahun 2022 terdapat 98 balita. Sedangkan jumlah ibu hamil mengalani penurunan dari tahun 2021. Dengan adanya hal tersebut maka Pelaksanaan program Kadarzi di Dusun Payan Desa Pabean difokuskan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Dikeranakan jumlah balita dan ibu hamil di Desa Pabean cukup banyak sehingga program Kadarzi tersebut wajib dipahami oleh ibu hamil dan ibu menyusui di Desa Pabean.

Pelaksanaan program Kadarzi di Dusun Payan Desa Pabean juga didukung oleh para stakeholder atau lembaga yang ada di desa. Partisipasi atau keterlibatan lembaga-lembaga tersebut penting untuk efektivitas program. Hal ini sesuai dengan wawancara bersama Ibu Yasinta selaku Sekretaris Desa Pabean sebagai berikut:

“penanganan stunting di Desa Pabean melibatkan beberapa lembaga desa seperti PKK, Posyandu, Kader Pembangunan Manusia, Kader Dasawisdma, Bidan Desa, petugas gizi dari Puskesmas Pembantu, Puskesmas Kecamatan dan juga adanya tim khusus untuk penanganan stunting. lembaga-lembaga terebut punya peran masing-masing. Kalau lembaga yang sumberdayanya itu masyarakat ya selain melakukan pendataan, penyuluhan, dan edukasi kepada masyarakat. kalau tenaga kesehatan mendukung dari sisi pelayanan teknisnya. Karena itu harus orang-orang khusus yang betul-betul memahami mengenai gizi dan stunting.” (Wawancara, 23 Mei 2023)

Dalam pelaksanaannya, program dilaksanakan dengan melibat berbagai pihak dan lembaga yang ada di desa dan di tingkat kecamatan. Di tingkat desa, program dilakukan dengan melibatkan 2 Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) yakni Posyandu dan PKK. Sementara untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang terlibat yakni Puskesmas Pembantu Desa Pabean di tingkat desa dan Puskesmas Sedati di tingkat kecamatan. Sementara itu, sumber daya manusia yang terlibat sebagai pelaksana teknis program/kegiatan yakni bidan desa, kader posyandu, kader PKK, Kader Pembangunan Manusia, kader dasawisma, dan petugas gizi Puskesmas. Bidan desa, kader posyandu, kader PKK, dan kader pembangunan manusia memiliki peran sentral dalam upaya penurunan stunting, karena pihak-pihak tersebut merupakan bagian dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Desa Pabean. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Norsanti dengan judul “Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balang dengan fokus studi kasus di Desa Mampari dan Desa Banua Hanyar, bahwa upaya percepatan penurunan stunting dengan menyasar pada ibu hamil, ibu neyusui dan balita melibatkan beragam pihak baik dari Puskesmas, Bidan Desa, Posyandu, dan lembaga desa lainnya seperti PKK dan Kader Pembangunan Manusia. [15] Program percepatan penurunan stunting di Desa Pabean dilakukan dengan beberapa kegiatan yang meliputi pemberian vitamin A, obat cacing, pendataan bayi-bayi yang mendapatkan asi eksklusif selama 6 bulan, pemberian imunisasi bagi bayi dan balita, pemberian dan makanan tambahan bagi sasaran serta kegiatan lain yang mendukung. Tidak hanya itu, yang lebih penting dalam upaya-upaya tersebut yakni melakukan deteksi dini pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Upaya dini ini untuk mencegah ada kasus bayi/balita stunting di Desa Pabean di kemudian hari. Karena upaya pencegahan sangatlah penting. Berikut merupakan salah satu kegiatan posyandu yang dilakukan di Desa Pabean sebagai berikut:

Figure 3.Kegiatan pemberian vaksin di Posyandi Desa Pabean

Pada gambar 3 dapat diketahui bahwa pemebrian vaksin terhadap balita di Posyandu Desa Pabean merupakan salah satu cara guna mencegah stunting pada balita di wilayah Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan kesimpulan secara keseluruhan dengan indikator ketepatan sasaran tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah tepat sasaran. Karena Pemerintah Desa Melalui posyandu tersebut telah melaksanakan Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan melakukan pemberian vitamin A, obat cacing, pendataan bayi-bayi yang mendapatkan asi eksklusif selama 6 bulan, pemberian imunisasi bagi bayi dan balita, pemberian dan makanan tambahan bagi sasaran serta kegiatan lain yang mendukung. Tidak hanya itu, yang lebih penting dalam upaya-upaya tersebut yakni melakukan deteksi dini pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

2. Pemahaman Program

Pada indikator pemahaman program dipelrukan dalam rangka untuk mencapai suatu program yang telah ditentukan oleh organisasi, pemahaman suatu program perlu dilakukan oleh para implementasi sehingga dalam penerapannya sesuai dengan target yang dilayangkan oleh organisasi tersebut.

Pemahaman program merupakan aspek kedua dalam konteks efisiensi program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting di Dusun Payan, Desa Pabean. Pemahaman program bukan hanya dari sisi penerima atau sasaran, melainkan juga dari sisi pelaksana program. Dari sisi pelaksanaan program, pada dasarnya tidak semua memiliki pemahaman yang baik terhadap pelaksanaan program, khususnya para kader baik kader posyandu, kader PKK, dan kader pembangunan manusia. Sementara itu, untuk petugas puskesmas pembantu, puskesmas, dan bidan desa telah memiliki pemahaman mengenai program secara baik. Hal tersebut dikarenakan sudah melekat pada tugas mereka.

Lebih lanjut, upaya untuk memberikan pemahaman program terkait program kadarzi di Dusun Payan Desa Pabean dapat mengacu pada wawancara dengan Ibu Sri selaku pengurus Posyandu sebagai berikut:

“kami punya kegiatan rutin yakni hari buka Posyandu tiap 1 bulan. Tidak hanya itu kami juga melalukan kunjungan rumah, ini biasanya tiap seminggu sekali. Di dalam kegiatan itu, kami tidak hanya melakukan pendataan dan pencatatan, imunisasi, dan pemberian makanan bergizi, tetapi juga melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian gizi kepada ibu hamil, ibu menyusui dan balita khususnya yang dibawah 2 tahun. Namun dalam prakteknya memang tidak semua wagrga tahu akan pentingnya gizi dan perkembangan anak. Kadang warga tersebut malu datang ke Posyandu karena anaknya berat badannya kurang. Padahal kalau ke Posyandu akan mendapat vitamin khusus bagi balita yang berat badan dan tinggi badannya kurang. Lalu ada juga yang malas memberi makanan bergizi pada anaknya karena ya lebih pada faktor ekonomi . (Wawancara, 26 Mei 2023)

Berdasarkan wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa selain melakukan kegiatan pelayanan kesehatan dan pendataan serta pencatatan, kader-kader Posyandu yang dibantu Bidan Desa dan tenaga dari Puskesmas melakukan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya pemenuhan gizi kepada ibu hamil, iebu menyusui, dan balita khususnya yang di bawah 2 tahun. Upaya tersebut merupakan bentuk edukasi yang dilakukan agara sasaran program kadarzi lebih paham pentingnya pemenuhan gizi untuk mencegah terjadinya stunting. Selain itu pemerintah Desa Pabean juga melaksanakan sosialisasi mengenai program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting di Dusun Payan, Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan sosialisasi sebagai berikut:

Figure 4.Kegiatan Sosialisasi Desa Pabean

Berdasarkan gambar 4 diatas dapat diketahui bahwa pemerintah Desa Pabean melakukan kegiatan sosialisasi yang melibatkan Kasun, RW serta Ibu PKK dan Kader Posyandu Desa Pabean guna memberikan informasi mengenai program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting. Dengan harapan program tersebut dapat di sampaikan kepada warga sekitar sehingga msyarakat juga sadar akan pentingnya stunting tersebut dicegah. Namun, sosialisasi tersebut belum selurhnya masyarakat mengetahui program tersebut.

Selain itu, dari sisi penerima/sasaran program memang harus diakui, masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya pemenuhan gizi terhadap ibu dan anak untuk mencegah gagal tumbuh pada balita (stunting). Budaya konsumsi masyarakat cenderung kepada makanan yang kurang bergizi. Kondisi ini selain dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat, juga dikarenakan faktor ekonomi masyarakat yang sulit untuk memperoleh makanan yang bergizi baik untuk ibu hamil, bayi, dan balita. Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Yasinta selaku Sekretaris Desa Pabean sebagai berikut:

memang sosialisasi sudah dilaksanakan tapi juga masih ada masyarakat yang belum paham. Sehingga masih menganggap enteng stunting. Bahkan juga ada yang tidak paham apa itu stunting sehingga dianggap angin lalu. Makanya kita juga sering berkunjung ke rumah-rumah ibu hamil yang kurang aktif ikut posyandu. Sehingga kita jemput bola untuk memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat.” (Wawancara, 26 Mei 2023) Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa tidak

Penjelasan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Fitri dengan judul “Studi Meta Analisis: Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Program Literasi Gizi menggunakan Pendekatan Pendidikan Keluarga” yang menyatakan bahwa penyuluhan dan sosialisasi sebagai bentuk edukasi kepada keluarga sasaran stunting merupakan aspek penting dalam membentuk masyarakat yang sadar akan pentingnya pemenuhan gizi. Hal ini juga akan berdampak pada peningkatan kualitas pengasuhan kepada anak khususnya balita. [16]

Pemahaman terkait pentingnya program pada dasarnya dapat dioptimalkan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif. Kegiatan edukatif ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya upaya percepatan penurunan stunting di Dusun Payan Desa Pabean. Sehingga masyarakat dapat menerapkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang sangat sering dimapanyekan dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, termasuk masyarakat yang bebas stunting.

Berdasarkan kesimpulan secara keseluruhan dengan indikator pemahaman program tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan belum baik. Dikarenakan masih banyak masyarakat Desa Pacean yang belum memahami program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting di Dusun Payan, Desa Pabean. Sehingga masih perlu disosialisasikan lagi secara berkala mengenai program tersebut.

3. Ketepatan Waktu

Pelaksanaan program Kadarzi di Desa pabean untuk penangan stunting didukung oleh program-program dari Dinas Kesehatan melalui puskesmas pembantu dan puskesmas, pemerintah Desa Pabean melalui Posyandu, PKK dan Kader Pembangunan Manusia melalui TPPS Desa Pabean. Namun hal yang menjadi permasalahan yakni kegiatan ini tidak dilaksanakan secara rutin dan menyeluruh ke tiap Posyandu di Desa Pabean. Hal ini terkadang memberikan rasa ketidakadilan bagi masyarakat yang menjadi anggota Posyandu. Padahal seharusnya kegiatan harus dilaksanakan minimal sebulan sekali dan itu dilaksanakan di tiap posyandu atau dilaksanalan di Bidan Desa.

Penjelasan tersebut sesuai dengan wawancara dengan Ibu Firda selaku tenaga ahli gizi Puskesmas Pembantu Desa Pabean sebagai berikut:

“kalau dari Puskesmas siap mendukung saat dilakukan kegiatan rutin bulanan di Posyandu. Jadi untuk pelayanan teknis, bukan kader yang melayani tapi tenaga kesehatan. Misal ada imunisasi bidan yang turun, ada PMT ahli gizi yang turun. Disitu ada kolaborasi antara kader dan tenaga kesehatan. Sebenarnya sih harusnya minimal 2 minggu sekali ada kegiatan di Posyandu. Tapi terkendala anggaran, makanya Cuma sebulan sekali. Untuk mengakalinya ada kunjungan kader ke warga-warga.” (Wawancara 26 Mei 2023)

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui “bahwa kegiatan di Posyandu Dusun Payan dilaksanakan sebulan sekali. Pada kegiatan tersebut selain ada imunisasi, ada juga pemberian makanan tambahan dan penyuluhan gizi. Namun pelaksanaan kegiatan tersebut dirasa masih kurang, karena seharusnya dilaksanakan 2 minggu sekali. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan anggaran baik dari APBDesa dan APBD melalui anggaran Puskesmas.

Lebih lanjut, Ibu Sri selaku Pengurus Posyandu Payan juga menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:

“selaian pemberian makanan bergizi, kegiatan bulanan di Posyandu yakni dalam bentuk pemberian vitamin untuk balita khususnya pada masa 1000 HPK. Ini sangat menentukan perkembangan anak nantinya dan sangat efektif untuk pencegahan stunting. (Wawancara 26 Mei 2023)

Berdasarkan wawancara di atas kegiatan pemberian vitamin, makanan tambahan, penimbangan dan layanan edukasi padasarnya merupakan kegiatan-kegiatan utama yang penting untuk upaya percepatan penurunan stunting. Namun yang lebih intens dilaksakan ada pendataan dan penimbangan. Hal ini hanya untuk memberikan informasi mengenai jumlah bayi dan balita stunting di desa. Harusnya lebih banyak kegiatan untuk pencegahan, baik kepada ibu hamil, 1000 HPK, dan bayi. Sehingga upaya pencegahan ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat secara menyeluruh. Berikut ini merupakan jumlah balita dan ibu hamil yang ahdir dalam kegiatan posyandu di Desa Payan sebagai berikut:

Juni 2023 Juli 2023 Agustun 2023
Balita Ibu Hamil Balita Ibu Hamil Balita Ibu Hamil
56 5 58 6 64 5
Table 3.Balita dan Ibu Hamil Hadir Posyandu Di Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah balita dan ibu hamil yang hadir dalam posyandu tidak sebnyak jumlah balita dan ibu hamil yang terdata di desa. Beberapa penjelasan di atas sesuai dengan penelitian Tongko dkk dengan judul “Upaya Pemerintah Desa terhadap Penanggulangan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Totikum Selatan Kabupaten Benggai Kepulauan” yang menyebutkan bahwa hal utama sebagai upaya penanganan stunting di desa yakni mengenai peningkatan gizi masyarakat khususnya sasaran Posyandu yakni kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita tiap bulan sekali. [17] Hal ini tidak hanya perlu dukungan puskesmas namun juga dukungan dari pemerintah desa melalui penganggaran dari APBDesa, sehingga kegiatan-kegiatan pemenuhan gizi dalam upaya penanganan stunting dapat dilaksanakan secara rutin.

Berdasarkan kesimpulan secara keseluruhan pada indikator ketepatan waktu tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan sudah tepat waktu. Dikarenakan posyandu telah dilakukan setiap bulan di Balai Dusun Payan sehingga balita mendapatkan vaksin sebagimana yang dibutuhkan. Namun, di Posyandu Desa Pabean belum memiliki SOP terkait program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting.

4. Tercapainya Tujuan

Pelaksanaan program Kadarzi memiliki tujuan yakni dalam rangka upaya percepatan penurunan stunting yang mana merupakan prioritas nasional dan telah tercantum dalam Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Tujuan dari program ini yakni mencapai angka stunting sebesar 14% secara nasional. Target ini seharusnya juga menjadi target di lingkup pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan target di lingkup Desa Pabean. Karena berdasaekan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskeda) tahun 2018 angka stunting Kabupaten Sidoarjo sebanyak 27,05% dan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 angka stunting Kabupaten Sidoarjo yakni 14,8%. Beberapa nilai riset tersebut menunjukkan bahwa angka stunting Kabupaten Sidoarjo masih tinggi dan harapannya dapat di bawah target nasional di tahun 2024.

Upaya program kadarzi dalam rangka penanganan stunting di dusun payan dapat merujuk pada wawancara dengan Ibu Sri selaku pengurus Posyandu berikut ini:

“kegiatan pada Posyandu memang focus menyasar pada balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Meskipun di memang masih minim ibu hamil yang rajin dating ke Posyandu. Di tahun 2020 ada sekitar 15 balita yang beresiko stunting, tahun 2021 karena naik menjadi 13. Alhamdulillah di tahun 2022 ini jumlah balita yang terinidikasi resiko stunting berkurang menjadi 7 balita. Terjadi penurunan karena banyak upaya baik pemberian vitamin, makanan tambahan, susu khusus yang diberikan oleh puskesmas dan bantuan dari angkapusa pura Juanda.” (Wawancara 26 Mei 2023)

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah angka stunting khusus di Dusun Payan meningkat dari tahun 2020 sebanyak 15 bayi/balita dan tahun 2021 sebanyak 13 serta tahun 2022 menjadi 7 bayi/balita. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ada permasalahan pada penanganan stunting di tahun 2020-2021. Namun mulai berkurang di tahun 2022, karenanya banyaknya kegiatan terkait program kadarzi yang diterima sasaran stunting mulai dari pemberian susu, maganan bergizi, dan vitamim. Bahkan bantuan juga diterima dari PT Angkasa Pura Juanda. Kondisi masih tinggi stunting seharusnya menjadi perhatian seluruh stakeholder Desa Pabean harus meningkatkan upaya percepatan penurunan stunting melalui kegiatan-kegiatan yang selama ini dilaksanakan baik melalui Puskesmas dan Posyandu. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan dari sisi pencapaian tujuan penurunan stunting di Dusun Payan Desa Pabean. Kondisi di Desa Pabean juga terjadi pada kasus di daerah lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Aminah dan Riduan yang menyatakan bahwa pada aspek ketercapaian tujuan program, masih sedikit Ibu Hamil yang berkunjung ke Posyandu dan lebih memilih langsung pergi ke Puskemas. [18] Kondisi ini menjadi perhatian penting baik dari pemerintah desa dan puskesmas serta stakeholder lain yang terlibat dalam upaya percepatan penurunan angka stunting.

Berdasarkan kesimpulan secara keseluruhan pada indikator tercapainya tujuan tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah baik dikarenakan telah ada penurunan jumlah balita stunting di Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

5. Perubahan Nyata

Program Kadarzi di Dusun Payan Deda Pabean dalam praktiknya telah memberikan dan berdampak pada adanya perubahan nyata di lingkup masyarakat, khususnya dari sisi perubahan perilaku hidup. Dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan oleh Bidan Desa, Puskesmas, dan Posyandu serta dukungan kader-kader seperi kader PKK dan kader pembangunan manusia, telah memberikan pemhaman dan eduksi bagi masyarakat terkait pentingnya pemenuhan gizi khususnya untuk 1000 HPK. Masa 1000 HPK terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan buah hati. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Firda selaku tenaga ahli gizi sebagai berikut:

“dalam setiap penyuluhan yang kami lakukan selalu kami berupaya mengedukasi masyarakat untuk pentingnya memilih makanan yang bergizi pada balita khususnya yang masih dalam fase 1000 HPK. Sebenarnya untum memperoleh gizi itu tidak mahal. Tergantung kemauan dan pengetahuan orang tuannya. Apalagi puskesmas punya program pemberian vitamin, susu, dan makanan bergizi. Untuk penting untuk diikuti pada saat di Posyandu. Alhamdulillah masyarakat sudah mulai mengerti meskipun belum semuanya.”(Wawancara 26 Mei 2023)

Perubahan nyata di lingkup masyarakat ini memang tidak terlalu besar, karena masih ditemukan jumlah angka stunting yang tinggi di Desa Pabean. Meskipun begitu, ada upaya dan semangat masyarakat untuk menerapkan hidup bersih dan sehat, sebagai salah satu bagian dalam memenuhi gizi kepada ibu hamil, bayi, dan balita. Terlebih dengan peran yang sangat luar biasa dari para kader Posyandu, kader PKK, dan kader pembangunan manusia yang sigfatnya merupakan relawan, bekerja dengan insentif yang tidak banyak, namun bekerja secara maksimal dalam upaya percepatan penurunan stunting di Dusun Payan Desa Pabean. Sehingga dapat berkontribusi dalam upaya penurunan stunting di level desa, kabupaten, provinsi, dan bahkan nasional.

Penjelasan di atas sesuai dengan penelitian Norsanti dengan judul “Efektivitas Program Penanganan Stunting Di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan” yang menyatakan bahwa perubahan perilaku masyarakat melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi penentu adanya pemahaman terhadap penting gizi. Ini menjadi modal awal untuk penanganan stunting. Karena pada dasarnya kemauan untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup merupakan kesadaran dari masyarakat. Pihak posyandu, puskesmas dan pihak-pihak lainnya telah berupa dengan optimal melakukan penyulihan dan edukasi.

Berdasarkan kesimpulan secara keseluruhan pada indikator perubahan nyata tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah berhasil. Dikarenakan masyarakat Desa Pabean ada upaya dan semangat masyarakat untuk menerapkan hidup bersih dan sehat, sebagai salah satu bagian dalam memenuhi gizi kepada ibu hamil, bayi, dan balita. Terlebih dengan peran yang sangat luar biasa dari para kader Posyandu, kader PKK.

B. Faktor P enghambat Efektivitas Program Kadarzi dalam Penanganan Stunting

Pelaksanan program Kadarzi dalam mengatasi kondisi Gagal Tumbuh pada Balita (Stunting) di Dusun Payan, Desa Pabean tidaklah berjalan secara efektif. Hal ini dikarenakan beberapa faktor penghambat dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan program yang meliputi belum adanya pemahaman yang menyeluruh dari para stakeholder mengenai pentingnya pemenuhan gizi, belum optimalnya pencapaian sasaran program Ibu Hamil, dan belum optimalnya budaya makan makanan bergizi bagi masyarakat. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi aspek pencapaian efektivitas program kadarzi dalam penurunan angka stunting di Dusun Payan Desa Pabean.

Faktor penghambat pertama yakni terkait belum adanya pemahaman yang menyeluruh dari para stakeholder mengenai pentingnya pemenuhan gizi dalam upaya penurunan stunting. Karena pada dasarnya program stunting tidak hanya melibatkan satu pihak saja. Ada banyak pihak yang terlibat khususnya dari sisi pelaksana teknis dari unsur lembaga kemasyarakatan, seperti Posyandu, PKK, dan KPM. Apabila pemahaman para kader tersebut kurang optimal, maka akan berakibat pada belum optimalnya edukasi dan penyulusan kepada sasaran program stunting khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Faktor penghambat kedua yakni terkait belum optimalnya pencapaian sasaran program Ibu Hamil. Hal ini dapat terjadi karena para ibu hamil khususnya di Dusun Payan lebih memilih langsung mengunjungi Puskesmas atau Puskesmas Pembantu daru pada ke Posyandu. Padahal seharusnya langkah pertama yakni berkunjung ke Posyandu sebagai garda terdepan pendataan dan pencataan sasaran program stunting.Lebih lanjut, melalui Posyandu akan dapat terkontrol kondisi sasaran program kadarzi untuk stunting yang selanjutnya dapat ditindaklanjuti oleh Puskesmas dan Puskesmas Pembantu[19].

Faktor penghambat ketiga yakni terkait belum optimalnya budaya makan makanan bergizi bagi masyarakat. Masyarakat cenderung meremehkan pentingnya hal tersebut dan lebih memilij makan makanan yang tidak bergizi. Terlebih untuk sasaran ibu hamil, bayi, dan balita yang mana sangat memerlukan makanan yang bergizi. Sehingga harus menjadi perhatian lebih, karena apabila tidak terpenuhi gizinya maka akan memberikan akibat pada tidak optimalnya pencapaian penurunan stunting di Dusun Payan Desa Pabean.

Simpulan

Berdasarkan indikator pada pengukuran efektivitas program keluarga sadar gizi (Kadarzi) dalam Penanganan Stunting dilihat dari Ketepatan sasaran, Pemahaman program, Ketepatan Waktu, Tercapainya Tujuan dan Perubahan nyata. Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:

Pada indikator ketepatan sasaran tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah tepat sasaran. Karena Pemerintah Desa Melalui posyandu tersebut telah melaksanakan Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan melakukan pemberian vitamin A, obat cacing, pendataan bayi-bayi yang mendapatkan asi eksklusif selama 6 bulan, pemberian imunisasi bagi bayi dan balita, pemberian dan makanan tambahan bagi sasaran serta kegiatan lain yang mendukung.

Pada indikator pemahaman program tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan belum baik. Dikarenakan masih banyak masyarakat Desa Pacean yang belum memahami program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting di Dusun Payan, Desa Pabean. Sehingga masih perlu disosialisasikan lagi secara berkala mengenai program tersebut.

Pada indikator ketepatan waktu tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan sudah tepat waktu. Dikarenakan posyandu telah dilakukan setiap bulan di Balai Dusun Payan sehingga balita mendapatkan vaksin sebagimana yang dibutuhkan. Namun, di Posyandu Desa Pabean belum memiliki SOP terkait program kadarzi dalam percepatan penurunan stunting.

Pada indikator tercapainya tujuan tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah baik dikarenakan telah ada penurunan jumlah balita stunting di Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

Pada indikator perubahan nyata tersebut bahwa Pemerintah Desa Pabean Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan telah berhasil. Dikarenakan masyarakat Desa Pabean ada upaya dan semangat masyarakat untuk menerapkan hidup bersih dan sehat, sebagai salah satu bagian dalam memenuhi gizi kepada ibu hamil, bayi, dan balita. Terlebih dengan peran yang sangat luar biasa dari para kader Posyandu, kader PKK.

Pelaksanan program Kadarzi dalam mengatasi kondisi Gagal Tumbuh pada Balita (Stunting) di Dusun Payan, Desa Pabean tidaklah berjalan secara efektif. Hal ini dikarenakan beberapa faktor penghambat dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan program yang meliputi belum adanya pemahaman yang menyeluruh dari para stakeholder mengenai pentingnya pemenuhan gizi, belum optimalnya pencapaian sasaran program Ibu Hamil, dan belum optimalnya budaya makan makanan bergizi bagi masyarakat. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi aspek pencapaian efektivitas program kadarzi dalam penurunan angka stunting di Dusun Payan Desa Pabean.

References

  1. I. Supariasa, Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC, 2016.
  2. Trihono et al., Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2015.
  3. Ruswati et al., "Risiko Penyebab kejadian Stunting pada Anak," Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat: Pengmaskesmas, vol. 1, no. 2, pp. 34-38, 2021.
  4. Sutarto, D. Mayasari, and R. Indriyani, "Stunting, Faktor Resiko, dan Pencegahannya," Jurnal Agromedicine, vol. 5, no. 1, pp. 540-545, 2018.
  5. L. Masan, "Penyuluhan Pencegahan Stunting Pada Balita," Jurnal Altifani Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 1, no. 1, pp. 58–62, 2021.
  6. Kementerian Kesehatan. "Riset Kesehatan Dasar." Kementerian Kesehatan, 2013.
  7. Kementerian Kesehatan. "Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar." Kementerian Kesehatan, 2018.
  8. Badan Pusat Statistik. "Profil Statistik Kesehatan 2021." Badan Pusat Statistik, 2021.
  9. Rusli, B. "Kebijakan Publik: Membangun Pelayanan Publik yang Responsif." Kebijakan Publik, 2013.
  10. Waworuntu, C. "Efektivitas Pemekaran dalam Mewujudkan Kualitas Pelayanan Publik." Jurnal Eksekutif, vol. 1, no. 1, 2017.
  11. A. Patmawati, "Efektivitas Program Pencegahan Stunting di Desa Padasari Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang," in Repository FISIP UNSAP, vol. 2, issue 1, 2020.
  12. N. Norsanti, "Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting Di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balangan (Studi Kasus Pada Desa Mampari dan Desa Banua Hanyar)," J. Administrasi Publik Dan Pembangunan, vol. 3, no. 1, pp. 10, 2021. doi: 10.20527/jpp.v3i1.3825.
  13. Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D," CV Alfabeta, Bandung, 2016.
  14. S. Yunengsih and S. Syahrilfuddin, "The Analysis of Giving Rewards By the Teacher in Learning Mathematics Grade 5 Students of Sd Negeri 184 Pekanbaru," J. PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran), vol. 4, no. 4, pp. 715, 2020. doi: 10.33578/pjr.v4i4.8029.
  15. E. Sutrisno, "Manajemen Sumber Daya Manusia," Kencana, Jakarta, 2017.
  16. Norsanti, "Efektivitas Program Percepatan Penurunan Stunting di Kecamatan Batumandi Kabupaten Balang (Studi Kasus di Desa Mampari dan Desa Banua Hanyar)," Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, vol. 3, no. 1, 2021.
  17. Putra, Ari, and Yosi Fitri, "Studi Meta Analisis: Efektivitas Pencegahan Stunting Melalui Program Literasi Gizi menggunakan Pendekatan Pendidikan Keluarga," Vol. 4 (1), 2021.
  18. Tongko, Mirawati, et al., "Upaya Pemerintah Desa terhadap Penanggulangan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Totikum Selatan Kabupaten Benggai Kepulauan," Jurnal Kesmas Untika Luuwuk: Public Health Journal, vol. 11, no. 2, 2020.
  19. Aminah and Riduan, "Efektivitas Program Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting (KP2S) di Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara," Jurnal Ilmu Sosial, vol. 1, no. 8, 2022.